Share

46. Menjelang Kepergian Rani

Mas Radit sudah terlihat menawan dalam balutan jas dokternya. Dia hanya memintaku memasangkan kancing baju, itupun dalam keadaan buru-buru. Entah kenapa Maryam pagi ini sedikit rewel.

Lelaki itu mengecup sekilas kening ini lalu beralih menatap si bungsu.

"Anak Ayah jangan rewel-rewel ya, biar Mama nggak capek," ucap Mas Radit sembari hendak meletakkan kembali Maryam di atas ranjang setelah sejenak menggendong. Tapi bayi mungil itu malah menangis semakin menjadi.

Belum pernah Maryam menangis sedemikian kencang. Biasa merengek sedikit, begitu dikasih ASI langsung terdiam. Namun pagi ini, ASI pun ia tolak.

Mas Radit terpaksa mengulur kembaki waktunya ke rumah sakit.

"Ada apa, Nak? Nggak mau sama Mama, ya? Tapi Ayah mau kerja ini. Gimana?"

Mas Radit kembali menggendong Maryam. Bayi itu kini berhenti menangis, hanya bersisa isakan.

"Coba ambil temperatur yang ada dalam kotak P3K. Kayaknya badan Maryam sedikit hangat, Yang."

Lekas kulakukan permintaannya. Mas Radit kini meletakkan benda i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status