Pagi-pagi sekali Aiden telah bangun, dia berharap bisa bertemu Hanna sebelum dia pergi berlari pagi ini.Dia menunggu di depan pintu kamar apartemen Hanna sambil menenteng kantong belanja yang berisi pakaian-pakaian yang dibelinya untuk Hanna.Hampir 1 jam Aiden menunggu, lalu kemudian dia mencoba mengetuk pintu kamar apartemen Hanna.Setelah beberapa saat Aiden mengetuk, pintu kamar apartemen Hanna tidak juga kunjung dibuka."Ada apa ini, kemana dia? Apakah dia tidak pulang dari semalam?"Karena rasa penasarannya akhirnya Aiden memutuskan menggunakan sebuah benda kecil berbentuk persegi dan berwarna hitam. Komputer mini, yang sekilas terlihat seperti sebuah telepon biasa. Benda itu hanya bisa dimiliki oleh peretas teratas."Dari seluruh kamera pemantauan cctv di sekitar sini sepertinya dia tidak pulang ke apartemennya semalam," gumam Aiden.Aiden memainkan jari jemarinya pada benda hitam tersebut lagi dengan cekatan."Itu dia. Ketemu," ujar Aiden sambil mengamati benda hitam itu lagi
Sesampainya di Institut Penelitian AS, Hanna segera turun dari mobil Aiden. Dia takut rekan-rekan kerjanya akan melihat dia datang bersama dengan Aiden.Hanna tidak ingin orang lain menduga-duga yang tidak benar. Dia takut kelak prestasinya dikaitkan dengan hubungan tidak profesional.Lagipula dia memang tidak ingin orang-orang mengira bahwa dia memiliki hubungan dengan Aiden.Tidak pantas rasanya jika tersebar gosip bahwa 'Pemilik institut berkencan dengan ketua tim penelitian'."Hanna, Tung..gu." Belum sempat Aiden menyelesaikan kata-katanya, Hanna sudah berjalan dengan sangat cepat menuju ke dalam gedung, tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun pada Aiden."Mengapa dia begitu terburu-buru?" Aiden kebingungan.Sayangnya, ada sepasang mata yang sudah mengamati mereka berdua sejak datang tadi dari atas gedung."Huh! Hanna, kamu selalu merebut semuanya dariku. Sekarang bahkan kamu juga mendekati pria yang kusukai," ujar Shopie dengan kesal.Shopie merasa sangat kesal dan benci kepad
Hanna dan timnya melanjutkan riset mereka. Ketika Hanna sedang memegang gelas berisi cairan kimia, seseorang menyenggolnya dari belakang.PRANKGelas yang berisi cairan kimia yang sedang dipegangnya terjatuh dan pecah seketika. Hampir saja tumpahan cairan itu mengenai tangan dan kakinya."Hanna, apakah kamu baik-baik saja? Maaf, aku tidak sengaja menyenggol mu," ujar Shopie padanya."Hmmm, ya tidak apa-apa," jawab Hanna dengan wajah tenang tanpa terlihat emosi apa pun."Oh, astaga. Apa yang terjadi denganmu? Kenapa ada luka di dahimu, Hanna?" tanya Shopie berpura-pura perduli."Tadi, ada pot tanaman yang terjatuh dari lantai atas ketika aku akan memasuki gedung dan kemudian mengenai kepalaku," ujar Hanna."Mungkin Tuhan memberi teguran agar kamu tidak terlalu serakah," ledek Shopie.Mia yang sedari tadi mendengarkan menjadi kesal dan marah, "Hei, Shopie. Kamu yang bersalah dan...""Mia, bisa kah kamu menolongku untuk melanjutkan pada bagian yang ini. Tolong ambilkan peralatan yang bar
Setelah mengantarkan Hanna ke Institut Penelitian AS, Aiden segera menjemput ibunya di rumah.Hari ini Aiden berjanji menemani ibunya untuk menghadiri peresmian toko perhiasan milik teman ibunya yang bernama Lisa Albert di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Amerika.Lisa Albert termasuk salah satu perancang perhiasan yang cukup terkenal.Setiap perhiasan yang dibuatnya begitu indah dan bahkan beberapa diantaranya bernilai fantastis."Lisa, selamat atas peresmian toko perhiasanmu. Sekarang selain di Eropa, kamu juga akan semakin terkenal di Amerika." Marta mengucapkan selamat dan memberikan pelukan kepada Lisa."Nyonya Albert, selamat atas peresmian toko baru milikmu. Aku tidak pernah meragukan keterampilan mu dalam merancang perhiasan. Semuanya tampak indah," ujar Aiden sambil menyerahkan hadiah buket bunga.Lisa menerima hadiah buket bunga itu dan mengucapkan, "Terimakasih kalian sudah menyempatkan hadir di acara peresmian toko ini, Marta, Aiden.""Di etalase sebelah sana adalah r
Hanna bekerja di laboratorium penelitiannya hingga malam hari. Dia begitu sibuk, hingga tidak menyadari hari yang terang telah berubah menjadi gelap."Uuhh, jam berapa ini? Aku terlalu asik dengan pekerjaanku, hingga tidak menyadarinya," Hanna berbicara pada dirinya."Hanna, ayo sudah cukup! Ini sudah larut malam," ujar Mia kepada Hanna."Mia, kamu pulang saja duluan, aku akan pulang sebentar lagi," sahut Hanna."Hanna, ini semua catatan penelitian hari ini. Aku sudah mengumpulkan semuanya menjadi satu kesimpulan," Shopie tiba-tiba muncul dan menyela pembicaraan Hanna dan Mia."Oke, terimakasih Shopie. Kerja yang bagus hari ini," ujar Hanna pada Shopie sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum."Baiklah, aku akan pulang lebih dulu. Sampai jumpa Hanna,Mia," ujar Shopie lagi."Oke, sampai jumpa," Hanna melambaikan tangannya, sedangkan Mia ternganga dan kebingungan melihat perubahan Shopie yang tiba-tiba."Dia..Dia.. ," Mia masih kebingungan untuk berkata-kata, hanya tangannya yan
Ketika Hanna dan Aiden baru saja sampai di apartemen, telepon Hanna berbunyi. Hanna menjawab teleponnya sambil berjalan menuju kamar apartemennya."Hanna, dimana kamu selarut ini? Ayah bertanya pada Mia, katanya kamu malam ini tidak ada jadwal di rumah sakit," terdengar suara Dante yang khawatir."Ayah, aku bekerja hingga terlalu larut malam di institut penelitian. Aku memutuskan pulang ke apartemenku saja malam ini Ayah. Selain karena jaraknya lebih dekat, aku juga sudah terlalu lelah. Maaf membuat Ayah khawatir," ujar Hanna."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Ayah khawatir terjadi sesuatu padamu, karena sedari tadi panggilan teleponmu tidak dijawab. Sekarang kamu beristirahatlah," ada kelegaan di suara Dante."Selamat malam, Yah," ujar Hanna lalu kemudian menutup teleponnya.Aiden yang sedari tadi mendengarkan Hanna bertelepon, kemudian bertanya, "Apakah ayahmu selalu sangat mengkhawatirkan mu?""Ya, dia selalu mudah merasa khawatir sejak aku diculik di Valletta," jawab Hanna."Be.
Setelah mereka mengobrol beberapa saat, Aiden menerima panggilan telepon dari asistennya, Jefri. Dia kemudian bersiap untuk pergi dari tempat tinggal Hanna."Apa kamu yakin, tidak ingin aku mengantarmu pergi ke rumah sakit?" tanya Aiden."Aku ingin beristirahat dan menenangkan diri sejenak, aku akan pergi ke rumah sakit di siang hari ketika jadwal operasi jantung. Bukankah asisten mu sedang menunggumu? Lebih baik kamu segera menemuinya.""Tapi, bagaimana cara kamu pergi ke rumah sakit? Bukankah mobilmu saat ini di kediaman Miller?" tanya Aiden."Mia akan menjemput ku kemari, kamu pergi duluan saja. Sepertinya asisten mu ingin menyampaikan hal mendesak," ujar Hanna meyakinkannya. "Oke, aku akan pergi menemui Jefri. Kamu bisa menghubungiku jika kamu memerlukan bantuan," ujar Aiden."Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku," ujar Hanna."Oke, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa," ujar Aiden sambil melangkah pergi meninggalkan tempat tinggal Hanna."Sampai jumpa," jawab Hanna.Jefri y
Siang harinya, Hanna pergi ke rumah sakit bersama Mia. Hanna menceritakan semua yang terjadi semalam."Kamu beruntung Ethan datang tepat waktu Hanna. Jika tidak, mungkin hal buruk terjadi padamu," ujar Mia prihatin mendengar cerita Hanna."Ya, tapi entah bagaimana keadaannya semalam, dia pergi begitu saja," jawab Hanna."Semalam aku ingin menunggumu dan pulang bersama-sama, tapi kamu bersikeras menyuruhku pulang. Ayahmu dan aku menelepon mu berkali-kali tapi kamu tidak merespon. Kami sungguh khawatir terjadi sesuatu padamu," ujar Mia dengan nada sedikit kesal."Iya, maafkan aku karena telah membuat kalian khawatir," ujar Hanna menyesal."Yang terpenting kamu baik-baik saja," sahut Mia seraya tersenyum pada Hanna.Ketika sampai di ruangan prakteknya, Hanna membaca ulang catatan kondisi pasien, dan catatan pemeriksaan terbaru hari ini."Mia, apakah kamu sudah menjelaskan kondisi pasien kepada keluarganya?" tanya Hanna."Ya, aku sudah menjelaskannya. Keluarga pasien siap dengan kemungkin