Di Lereng Gunung Baru.Jalan rahasia yang telah dibuat oleh kerajaan Malaka telah menembus ke arah lereng gunung baru yang berbatasan langsung dengan kerajaan Palinggih. Saat mereka keluar dari jalan rahasia suara air terjun telah datang menyambut mereka. Hal tersebut membuat baterai tersenyum sumringah dengan penuh kemenangan. Tak ada yang tahu ke mana ia akan pergi saat ini dan itu berhasil membuatnya merasa senang. Apalagi ia membayangkan betapa jengkelnya wajah Amor yang sombong itu saat mengetahui bahwa ia telah berhasil keluar dari istana dengan selamat."Hahaha."Badra terus tertawa sambil memegang perutnya yang sedikit sakit karena tertawa secara berlebihan. Ia tidak tahu bahwa mengalahkan Amor dan Bayan akan sebahagia ini. Ia pun tak sabar untuk melihat bagaimana reaksi dua orang itu saat mengetahui apa yang akan ia lakukan pada Ayudisha.Badra pun memegang sebuah peta yang diberikan oleh seorang mata-mata menuju kediaman yang telah disiapkan Amor untuk Ayudisha. "Ayo kita b
Di gelapnya malam, Badra bersama prajurit khusus terus bersembunyi di balik semak-semak. Mereka dengan tenang mengawasi para penjaga dengan sedikit bersabar. Badra bahkan merasa kesal saat melihat banyaknya penjaga di kediaman ini. Hal tersebut membuktikan betapa perhatiannya Amor pada sang adik. Hanya sangat disayangkan, saat ini Badra membawa banyak prajurit khusus. Mereka adalah prajurit-prajurit yang dilatih dengan kekuatan tempur yang luar biasa. Jadi akan sangat mudah untuk mengalahkan mereka semua."Ayo bergerak." Perintah Badra.Semuanya langsung bergerak dan melumpuhkan para penjaga dengan sekali hentakan dan tanpa suara. Badra pun dapat masuk dengan leluasa tanpa hambatan. Ia bergerak menuju kamar yang paling di jaga ketat oleh para penjaga. Dari pengamatan sekilas, dapat disimpulkan bahwa saat ini anggota keluarga Ayudisha yang berada di tempat ini hanya ayahnya saja. Amor di istana kerajaan dan putri Minah di berada di kediaman keluarga Bayan. "Lumpuhkan dulu ayahnya, bar
Bayan terus menatap ke arah tempat Ayudisha berbaring saat ini. Wajah cantik itu kini telah dipenuhi memar dan keringat, hal tersebut membuat Bayan menjadi sedih dan merasa bersalah. Mata Bayan sedikit sembab karena menangis sepanjang malam. Jujur saja ia tidak sanggup melihat istrinya mengalami hal semacam ini."Apakah dia sudah tidur?"Suara Bayan sangat serak saat menanyakan hal itu dan ayah mertuanya langsung mengangguk pelan sambil tersenyum. Ayah Ayudisha adalah seorang sastrawan yang bijak, ia mampu berfikir jernih dan bersikap bijaksana. Walaupun ia juga merasa sedih dan terguncang, ia masih tetap terlihat tenang untuk membuat Bayan dan Ayudisha merasa nyaman."Tabib mengatakan bahwa Ayudisha baik-baik saja dan luka akan sembuh dalam beberapa Minggu. Dia hanya kaget karena dia tidak pernah membunuh seseorang sebelumnya."Setelah itu Tuan Gili pun mengompres wajah Ayudisha dengan air hangat. Melihat betapa lembut ayah mertuanya memperlakukan Ayudisha, Bayan kembali meneteskan a
Ayudisha tersenyum pada Bayan. Ia ingin mengatakan pada laki-laki itu bahwa ia baik-baik saja. Memar di wajahnya sedikit memudar dan rasa sakit yang ada tubuhnya sudah mereda. Hal tersebut membuat Bayan merasa lega dan juga ikut tersenyum."Ayo kita pulang.""Ya."Kereta telah disiapkan sebelumnya. Tuan Gili telah mengirim surat untuk Amor dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi sepanjang malam. Hal tersebut membuat Amor mengirimkan banyak prajurit istana dan sebuah kereta untuk Ayudisha. Kereta tersebut merupakan kereta ternyaman dan tebaik yang ada di kerajaan Malaka. Sehingga Ayudisha dapat beristirahat di dalamnya. Bayan menggenggam tangan Ayudisha dan menggendongnya untuk naik ke atas kereta. Tak lupa ia menyiapkan selimut serta bantal agar Ayudisha dapat tidur di dalam. Serta sebuah kain tipis untuk menutupi wajah Ayudisha yang terluka."Pelan-pelan." ucap Bayan lembut.Di dalam kereta, Ayudisha ditemani oleh ayahnya. Laki-laki paruh baya itu terus mendampingi Ayudisha, bahk
"Yang Mulia, silahkan bersiap."Amor kini berdiri di depan kaca tembaga dengan tegak dan berwibawa. Para pelayan pun langsung datang menghampirinya sambil membawa jubah khusus dan mahkota untuk Amor. Kali ini untuk pertama kalinya ia akan tampil di hadapan rakyat sebagai seorang raja.Ayudisha yang duduk di belakangnya terus tersenyum saat melihat Amor yang kini menjadi seorang raja."Kakak terlihat sangat tampan.""Benarkah?"Ayudisha langsung mengangguk, hal tersebut menimbulkan pemikiran jail yang dimiliki oleh Amor muncul."Lebih tampan siapa, aku atau suamimu?"Mendengar hal itu Ayudisha langsung terdiam, ia menatap suaminya yang berdiri tidak jauh darinya sesekali lalu tersenyum maklum. Hal tersebut membuat wajah Bayan langsung tertekuk, ia tidak rela mendengar Ayudisha memuji ketampanan orang lain yang lebih baik darinya bahkan jika itu kakaknya sendiri.Amor pun langsung tersenyum dan mendekat ke arah Ayudisha."Baiklah, baiklah. Di matamu Bayan lah yang paling tampan. Sekaran
Bayan menatap makanan yang beraneka ragam di depannya. Hal tersebut membuat Bayan menelan ludah dengan susah payah. Ia terlahir dari kalangan orang yang sangat kaya, akan tetapi keluarganya adalah keluarga militer sehingga jarang untuk mereka memanjakan anak-anaknya, apalagi soal makanan. Mereka telah dilatih untuk disiplin dan hidup secara sederhana sejak dini. Akan tetapi istana memiliki pola yang berbeda, tempat ini dipenuhi oleh kemanjaan duniawi yang begitu luar biasa. Makanan beraneka ragam, tempat tinggal yang begitu nyaman dan pakaian yang begitu mewah."Pantas saja Bajingan Badra itu betah tinggal di istana. Tempat ini begitu nyaman untuk ditinggali."Ayudisha yang mendengar keluhan Bayan hanya mampu tersenyum. Ia mengambil piring dan menyendok nasi yang banyak dan menaruh beberapa lauk daging, setelah itu ia menyerahkannya ke arah Bayan."Kalau kamu suka tempat ini, aku bisa mengatakan pada Kakak Amor agar kita bisa tinggal disini mulai sekarang."Mendengar hal itu Bayan lan
"Raja Malaka telah berganti, lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"Semua Raja di setiap sudut Mirah Adhi kini telah mengetahui bahwa Malaka telah berganti kepimpinan. Malaka tak lagi dipimpin oleh Badra yang terkenal bodoh dan mudah dimanipulasi. Sekarang Malaka telah dipimpin oleh Amor, yang mana reputasi laki-laki itu bisa dikatakan tangguh. Semua orang menimbang-nimbang apakah Amor akan sama seperti Raja Senggrala yang berambisi memperluas wilayah atau tidak. Jika memang begitu maka kerajaan di sampingnya harus bersiap-siap untuk memperketat wilayah perbatasan. Akan tetapi hingga kini belum ada berita bahwa Raja Amor akan melakukan peperangan pada kerajaan lain."Raja Malaka yang baru bukan seseorang yang bisa kita remehkan. Dia menguasai kerajaan dan menggulingkan raja sebelumnya dalam waktu satu malam. Itu membuktikan bahwa dia pantas untuk menduduki tahta."Mendengar suara penasihatnya, Raja Senggrala pun memasang wajah kesal. Ia telah menyusun banyak rencana untuk menj
Pemandangan laut terlihat begitu jelas di area bukit. Banyak pohon yang rindang dan suara burung yang berburu untuk mencari ikan. Raka menikmati pemandangan itu sambil membuka buku tebal miliknya. Buku itu diberikan oleh Amor untuknya saat mulai berangkat ke perbatasan. Ahh, tidak. Ia harusnya tak bisa lagi memanggil nama Amor sesuka hati, karena laki-laki itu telah menjadi Raja nya saat ini."Yang Mulia Amor. Hmm terdengar sangat luar biasa."Raka mengagumi laki-laki itu sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang luas dan bijaksana. Bahkan saat Raka membaca buku yang diberikan Amor padanya, ia semakin mengagumi laki-laki itu tentang seleranya dalam sastra. Sebagai seseorang yang lebih gemar membaca daripada berkelahi, Raka merasa bahwa ia merasa lebih mirip dengan Amor dibandingkan Bayan kakaknya sendiri."Oi kutu buku! Aku dengar kakakmu sebentar lagi akan dinobatkan sebagai seorang Patih Muda."Raka pun langsung menoleh dan menutup buku miliknya untuk sementara. Julukan 'kutu b