"Siapa dia ya polisi, cuma gak bisa sesuai peraturan mereka," lanjut Bimo."Bisa Yah, di situ ada David temannya Salman dan kebetulan Romi juga akrab semenjak kejadian kemaren," sanggah Romi membuat Bimo langsung mengangguk."Pergilah, Ayah tidak tega lihat Bunda kamu disana," lanjut Bimo yang dibalas anggukan oleh Romi, ia kembali masuk ke dalam mencari Khanza."Khanza," panggil Romi karena ia tidak melihat istrinya tersebut."Di kamar Fatimah, Kak!" sahut Khanza membuat Romi langsung menuju kamar adiknya.Ceklek! "Kenapa Kak?" tanya Khanza begitu melihat Romi masuk."Kamu nginap disini dulu sama Fatimah ya," ucap Romi membuat Khanza bingung."Kakak mau kemana?" tanya Khanza membuat Romi langsung tersenyum."Kakak ada kerjaan penting dan harus di selesaikan malam ini juga," jawab Romi membuat Khanza mangut-mangut."O iya Bang, lihat Bunda gak?" tanya Fatimah yang sedang asik dengan ponselnya."Bunda nginap di rumah Oma," jawab Romi berbohong ia tidak ingin istri dan adiknya tersebut
"Ada apa, Hem? Aku gak marah sama sekali," jawab Salman menyakinkan Vina. Vina menggaruk tengkuknya sekilas, bingung harus bagaimana mengatakannya. Sedangkan Salman masih terus memperhatikan gerak-gerik istrinya tersebut."Em ... A--aku capek banget Kak, pengen istirahat, Kakak marah gak?" jawab Vina membuat Salman melongo, ia mengira ntah kenapa."Yang bilang malam pertama sekarang siapa Vina? Badanku rasanya udah lelah banget ini, bahkan aku belum kepikiran kesitu," jawab Salman dengan greget membuat Vina langsung menunduk karena malu.Salman yang melihat itu langsung terkekeh lalu menarik Vina ke dalam dekapannya."Menikah itu tidak melulu soal nafsu atau malam pertama, tapi bagaimana kita saling memahami satu sama lain dan saling pengertian Vina," ucap Salman membuat pipi Vina terasa panas, ia benar-benar malu sekarang."Kalo masalah itu kapanpun bisa kita lakukan, tapi balik lagi kita harus lihat situasi dan kondisi juga, udah gak sabar ya." ledek Salman membuat Vina langsung men
"Maaf bukti-bukti yang lain mungkin bisa di terima tunjukkan Pak," ucap Bimo yang sudah bersusah payah mencari semua barang bukti dalam satu malam.Mata Ira langsung melotot melihat pistol yang ia gunakan malam itu ada di meja. Tiba-tiba ia teringat kalo ia lupa membawa pistol tersebut karena terlalu takut saat Romi sudah di larikan ke rumah sakit."Lagi Pak," lanjut Bimo, Ira mulai panas dingin karena Bimo terlihat dendam sekali padanya. Polisi tersebut menunjukkan screenshot percakapan Ira dan Rea, mata Ira kembali melotot melihat hal itu, ia langsung menoleh ke arah Rea seolah-olah meminta penjelasan.Rea tidak menjawab ia hanya mengangguk pertanda itu bener."Kaget darimana saya dapat percakapan ini?" tanya Bimo dengan nada remeh membuat Ira seketika menoleh."Tanya sendiri sama partner kamu ini, semua pesan dan telpon yang tidak ada suara saat kamu ngomel-ngomel itu sudah saya rekam, karena waktu itu ponsel Rea saya yang megang," lanjut Bimo dengan tatapan mautnya.Indah yang me
Disisi lain, Fatimah langsung merasa tidak tenang setelah mendengar ucapan Romi barusan."Kamu kenapa Fatimah?" tanya Vero yang baru saja datang dari toilet."Kak kayaknya aku harus pulang deh," ucap Fatimah membuat Vero kaget."Hah? 'Kan belum makan," ucap Vero tidak percaya dengan ucapan Fatimah."Gak apa-apa Kak, Bang Romi kayaknya marah sama aku, karena ini pertama kalinya aku keluar sama cowok," jawab Fatimah membuat Vero mangut-mangut."Ditambah lagi tadi aku pergi di saat semuanya gak ada di rumah, cuma ada Kak Khanza.Aku kira semuanya baik-baik saja ternyata dugaanku salah, ada masalah ternyata," lanjut Fatimah membuat Vero mengangguk sekilas."Jadi sekarang mau pulang?" tanya Vero, sebenarnya Fatimah merasa tidak enak karena makanan sudah terlanjur di pesan."Ya sudah gini deh, kita makan dulu gak lama sekitar 20 menitan, setelah itu saya antar kamu pulang ke rumah," lanjut Vero karena ia tahu pasti Fatimah bimbang."Ya udah deh Kak," jawab Fatimah menyetujui usul Vero.20 m
"Gak apa-apa 'kan sama istri sendiri, pahala malahan, yang gak boleh itu sama istri orang," jawab Salman lalu mengambil tisu melap bibir istrinya yang belepotan."Udah atau mau di habisin semua kuenya?" tanya Salman."Udah," jawab Vina sambil mengerucutkan bibirnya karena masih kesal dengan kelakuan suaminya tersebut.Salman meletakkan kue diatas meja lalu ia kembali mendekati istrinya dan detik kemudian ia menggendong Vina."A ...! Ih turunin Kak, gak usah di gendong aku berat," teriak Vina karena kaget."Jangan teriak-teriak, orang juga tahu kalo kita pengantin baru," celetuk Salman membuat Vina kesal sekaligus malu."Ngapain gendong-gendong sih, aku bisa jalan sendiri Kak," rengek Vina."Biar romantis," lanjut Salman lalu ia membuka lebarkan pintu kamar dengan kakinya kemudian ia merebahkan Vina di ranjang."Uh ... akhirnya, untung gak jatuh," gumam Vina membuat Salman terkekeh lalu ia kembali berjalan menutup pintu.Saat Vina hendak duduk, Salman terlebih dahulu menindihnya membua
"Romi, Khanza tidur itu," panggil Bimo membuat Romi langsung menoleh kesamping, ia langsung tersenyum lalu mendekati orang tuanya."Bun, tolong ambilin kantong plastik ini," ucap Romi membuat Indah langsung melepaskan kantong plastik tersebut dari tangan Khanza."Bawa istri kamu ke kamar aja, kasian," lanjut Indah yang dibalas anggukan oleh Romi."Gegara Fatimah ini, Khanza sampe capek banget eh dianya malah asik olahraga padahal Khanza gak tau jalan pulang," omel Romi membuat Bimo menaikkan alisnya sebelah."Fatimah belum pulang juga?" tanya Bimo yang dibalas gelengan oleh Romi."Belum, dia masih sok cantik disana," jawab Romi lalu ia masuk membawa Khanza ke dalam."Ada-ada aja ya Mas," ucap Indah yang dibalas anggukan oleh Bimo."Ntahlah, anak cuma dua tapi gak pernah akur," jawab Bimo membuat Indah mangut-mangut."Gimana kalo 3 sampe 5 anak ya, heboh pasti," ucap Indah tanpa sadar membuat Bimo menoleh."Kamu mau nambah anak lagi?" tanya Bimo sambil menggoda."Gak Mas, aku cuma baya
Seminggu telah berlalu, Khanza berniat mengunjungi Ibu mertuanya yang di penjara, pagi-pagi sekali ia sudah berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk Ira.Sedangkan Romi karena berhubung hari libur, ia hanya malas-malasan di kamar karena tadi malam lembur menyelesaikan semua pekerjaannya."Khanza kemana sih? Kok gak masuk-masuk," gumamnya yang tengah berbaring di ranjang sambil mengotak-atik ponselnya.Tanpa membuang waktu ia langsung bangkit dari ranjang sebelum keluar. Romi merapikan rambutnya di depan kaca lalu ia keluar dari kamar."Khanza," panggilnya namun tidak ada sahutan sedikitpun membuat Romi langsung mengedarkan pandangannya hingga ia melihat gadis itu di dapur.Romi melipat kedua tangannya lalu mendekati Khanza dari belakang."Khanza," panggil Romi lagi membuat Khanza kaget."Hah? Iya, kenapa Kak?" tanya Khanza saat melihat Romi sedang menatapnya sambil melipat kedua tangannya."Kamu dari tadi saya panggil-panggil kenapa gak nyahut-nyahut?" tanya Romi membuat Khanza meno
"Kak," panggil Khanza, ia tahu kalo suaminya pasti marah."Udah selesai?" tanya Romi sambil merangkul pundak Khanza."Em ... tinggal buat Mama Ira sih," jawab Khanza sambil menunjukkan paper bag di tangannya. Romi mengambil paper bag tersebut lalu memasukkannya ke dalam sel."Ini ada sedikit makanan buat Ibu sama Rea, kalo mau silahkan dimakan kalo gak suka kasih aja sama yang sebelah," ucap Romi tegas membuat Ira dan Rea diam seketika."Mbak Cantik terima kasih ya makanannya, enak sekali," panggil salah satu narapidana membuat Khanza langsung menoleh lalu mengangguk."Romi kamu kesini mau jenguk Ibu?" tanya Ira dengan semangatnya membuat Khanza sedikit mendongak melihat ekspresi suaminya itu."Sebenarnya kalo dari hati Romi pribadi belum ya Bu, cuma karena Khanza yang selalu ngajakin kesini akhirnya Romi mau. Tapi hasilnya berbanding terbalik dengan dugaan Romi, Ibu malah bentak dan maki-maki istriku." jawab Romi dengan nada tertahan membuat Ira diam seketika lalu ia saling melempar