Share

66. Jangan Tunggu Lama-Lama.

Murni semakin mengkeret. Harga diri dan nyalinya benar-benar diuji saat ini. Telinganya berdenging. Kedua tangannya yang sedari tadi terjalin di pangkuan terasa lembab. Keringat mengalir dari leher, belahan dada dan terus melewati perutnya.

"Saya... saya..." Lidah Murni terasa kelu. Ditatap tajam oleh empat pasang mata membuatnya gugup. Ia seperti dipaksa untuk menelanjangi dirinya sendiri.

"Kamu tidak mau mengatakannya, Murni? Baik kalau begitu saja yang--"

"Jangan, Mas. Saya saja." Murni memotong kata-kata Damar. Jika Damar yang menceritakan boroknya, bau busuknya akan semakin tercium. Karena Damar pasti tidak akan mencoba menutupi minimal sedikit kebusukannya. Kalau dirinya, mungkin lebih baik. Karena ia bisa menggunakan kalimat yang lebih persuasif alih-alih frontal seperti Damar. Murni menarik nafas panjang sebelum mengakui dosa-dosanya.

"Bu, Yah, sebenarnya Chika tidak lahir prematur. Chika lahir seperti bayi normal lainnya, sembilan bulan sepuluh hari."

Hening.

Murni menahan n
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status