"Sebenarnya gimana ceritanya? mau ngelamar perempuan kok ternyata justru ada tamu laki-laki beserta keluarganya di rumahnya, yang benar aja kamu Mas," ucap Dania saat mereka sudah ada di mobil. Sejak tadi ia berusaha menahan rasa penasarannya pun akhirnya memiliki waktu untuk memberondong pertanyaan pada kakaknya itu."Dia sebenarnya bukan pacarku," jawab Adrian enteng, laki-laki itu masih fokus menatap jalanan di depannya, karena duduk berdampingan dengan Faris yang fokus mengemudi.Sedangkan Dania dan Helena duduk d jok belakangnya."Hah! Yang benar saja, pacar bukan, tau-tau kamu datang mau ngelamar!" Dania tersentak kaget."Ya, aku juga nggak tahu harus gimana lagi, mau maju, memintanya untuk jadi istriku, tapi rasanya nyaliku tak cukup kuat jika harus berhadapan dengan ibunya yang sinis itu.""Lha terus tadi itu apa? Apa maksudnya kalau bukan memintanya untuk jadi istrimu?!" Dania sedikit sewot. Karena Adrian sudah beberapa kali membuat ulah, ia tak ingin kejadian-kejadian yang l
"Makasih ya Yan, karena kedatangan kamu kemarin aku nggak jadi dijodohkan sama si David itu." Yulia berterimakasih pada Adrian. Siang ini mereka bertemu untuk sekedar makan siang bersama sekalian ngobrol."Iya sama-sama." Adrian menjawab lesu."Kamu kenapa? lesu banget," tanya Yulia."Nggak apa-apa. Cuma sekarang aku jadi merasa bersalah pada mamamu. Aku takut mamamu semakin benci sama aku." "Santai aja, biar itu nanti urusan itu aku yang ngomong." Yulia menjawab santai. Yang penting baginya sekarang dia sudah tak lagi berurusan dengan David dan keluarganya.Pertemuan Adrian dengan Yulia kali ini menghadirkan getar yang berbeda bagi Adrian. Adrian yang kini telah menyadari adanya cinta di hatinya untuk wanita di hadapannya ini kini merasa bimbang. Langkah apa yang akan ia ambil untuk ke depannya?"Kamu kenapa sih? Sakit? Atau sariawan?" tanya Yulia.Yulia merasa heran, tak biasanya Adrian jadi pendiam begini, biasanya dia banyak bicara walau hanya gombalan semata, tapi justru itu me
Malam itu juga Adrian memberanikan diri menemui Anita sekalian mengantarkan Yulia pulang.Dada Adrian berdegup kencang ketika memasuki halaman rumah Yulia, teringat kejadian kemarin malam, ia kini seperti dejavu, hanya saja kali ini ia mantap dengan perasaannya, ia yakin dengan cintanya. Apapun nanti yang akan dikatakan Anita ia harus terima dan terus berusaha mengambil hati wanita yang melahirkan gadis pujaan hatinya.Melihat kegelisahan pada raut wajah Adrian, Yulia mengeratkan genggaman tangannya, seolah menyalurkan energi dan kekuatan untuk menghadapi mamanya.Adrian menoleh sekilas ke samping dimana Yulia berdiri sejajar. Yulia mengangguk, dari sorot matanya seolah mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja, kita akan menghadap Mama bersama-sama."Adrian balas mengangguk. Kemudian memantapkan langkahnya semakin mendekati teras rumah Yulia."Assalamualaikum." Yulia berucap ketika memasuki pintu rumahnya. Ternyata Anita sudah duduk di sofa menunggunya pulang."Darimana saja kamu?!"
"Aku dengar minggu depan kau akan melamar Yulia?""Ya, apa ada yang salah? Toh Yulia memang singel, kau juga bukan suaminya," sahut David. "Tentu saja salah! Karena aku akan menikah dengan Adrian." Tiba-tiba Yulia datang, dan langsung menjawab pertanyaan David, membuat dua laki-laki itu langsung menoleh ke arah Yulia. Entah ia tahu dari mana hari ini Adrian menemui David.Meski hari ini minggu, David ada sedikit keperluan, ia mengambil berkas di kantor tapi saat keluar kantor sudah ada Adrian menunggu."Li?""Ya, ini aku. Dan aku minta kamu David, nggak perlu lagi kamu datang ke rumah, karena itu semua percuma aku hanya akan menikah dengan Adrian, hanya dia laki-laki yang aku cinta." Yulia berkata sambil menarik lengan Adrian.David tersenyum mengejek."Aku rasa kau harus periksa ke dokter spesialis mata, agar kedua matamu bisa kembali melihat dengan jelas, mana diantara aku dan dia yang lebih baik. Buka matamu Yulia, buka matamu! Jelas aku lebih baik dari dia dalam segala hal! Aku l
Yulia terkejut bukan main setelah menerima telepon dari pihak kepolisian dan mengabarkan ibunya masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan.Kondisinya cukup parah, Anita kehilangan banyak darah. Karena ada beberapa luka di tubuhnya.Yulia yang masih berada di kantor langsung meminta ijin pada managernya untuk ke rumah sakit."Bagaimana kondisi Mama saya, Dok?" tanya Yulia, begitu tiba di ruang IGD rumah sakit, ia terlihat sangat panik. "Sampai saat ini Bu Anita masih belum sadar. Kami masih terus mengobservasi kondisi Bu Anita. Kami mohon bersabar," ucap Dokter membuat Yulia lemas.Yulia terduduk di bangku ruang tunggu, berharap ada keajaiban datang menghampiri.Meski hubungan dengan mamanya akhir-akhir ini kurang baik. Tapi tetap saja, mamanya adalah orang yang paling ia sayangi. Hanya Anita yang selalu ada di samping Yulia.Yulia masih menelungkupkan kedua tangannya di atas kepala, harap-harap cemas sambil menunggu Dokter keluar."Yulia."Yulia terkejut mendengar seseorang meman
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m
Semenjak hari itu Anita lebih banyak diam, tak lagi membahas tentang perjodohan pada Yulia.Sampai pada hari ini rumah Anita kedatangan sepupunya, yang tak lain adalah Maya–ibunya Raffi.Beberapa kali Maya datang ke rumah, dan dua kali menjenguk di rumah sakit. Melihat kondisi sepupunya yang kini terbaring di tempat tidur membuat Maya sedih, karena biasanya saat ada acara kumpul keluarga, Anita selalu menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah mereka. Tapi kini semenjak ia mengalami kecelakaan, Anita seakan tersisih dari keluarga besarnya."Gimana keadaan kamu sekarang Mbak?" tanya Maya. Ia datang sendiri dengan di temani supir."Ya beginilah May, tak ada perubahan apapun, aku cuma wanita tua yang lumpuh, dan merepotkan," ketus Anita.Maya yang memang sudah sangat mengerti karakter Anita pun biasa saja."Sabar Mbak, namanya juga ujian. Alhamdulillah Yulia gadis yang baik, aku lihat dia merawatmu dengan baik."Anita hanya menghela napas. Putrinya memang gadis yang baik, cantik, ta
"Yulia, boleh Tante ngobrol sebentar?" tanya Maya setelah Adrian pamit pulang."Ada apa Tante?" Yulia mendaratkan bobotnya di sebelah Maya.Maya mengulas senyum lembut pada gadis disebelahnya. Yulia memang cantik, dia juga sangat penurut."Gimana kerjaan kamu? Lancar?" tanya Maya sekedar basa-basi."Alhamdulillah lancar Tante." Yulia menatap lekat wajah Maya, ia seakan bisa membaca gurat ekspresi tantenya yang terlihat sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan."Ada apa Tante? Ada yang ingin Tante katakan sama Yulia?" tanya Yulia langsung pada intinya. Maya pun kembali mengulas senyum."Iya ada sedikit yang ingin Tante tanyakan." Yulia menegakkan tubuhnya seakan ia telah siap untuk mendengarkan apa yang hendak Maya tanyakan."Kamu serius sama laki-laki itu? Siapa itu tadi namanya, ehm ....""Adrian Tante.""Ah ya, Adrian. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kalian?" "Iya Tante. Yulia sama dia sih serius, tapi masalahnya ada sama Mama, Mama nggak merestui hubungan kami, padaha