Yang Lily rasakan semenjak berpindah tempat tinggal, ialah kesendirian. Andai Flo tidak ada di sekitarnya, yang dia rasakan mutlak kesepian. Tapi saat Lily keluar, dan Flo menyapanya, menghantarkan mereka pada obrolan panjang, kesepian itu tertepis dan kembali saat Lily meninggalkan Flo dan masuk ke dalam kamar.
Mengamati wajah bersihnya yang merona terpantul dari cermin yang menghadapnya, Lily mengusap kaca tersebut hingga terpantul jelas, diambilnya sikat dan menggosok gigi. Usai kumur-kumur, dimuntahkannya air tersebut dan siap melepas handuk yang membalut tubuhnya dan berpakaian. “Nona?” Ketukan di pintu muka membuat wajah Lily menoleh, urung memasukkan lengan piyama ke tangannya.
“Flo? Ada apa?”
Yang disahut berdeham singkat, “kupikir, ada yang harus kuberikan padamu.”
Lily mengangguk, “tunggu dulu, aku berpakaian dulu.” Dengan tergesa Lily memakai piyamanya, setelah dirapikannya rambut segera menuju pi
“Maafkan saya ….” kedua lutut itu bertekuk, meletakkan sebuah tubuh pucat yang terlihat begitu cantik. Gaun membalut tubuh Anatasha yang tak bernyawa, polesan make up yang membuat wajahnya cerah dan hidup, dan kelopak matanya memejam rapat dengan bulu mata lebat yang begitu menghiasi. Sekalipun bagaikan dewi yang dilingkupi cahaya, Anatasha … sudah tiada.Polesan tangan Path membuatnya hidup … tapi, tangan seseorang sudah membuatnya kehilangan nyawa.Path segera melaju ke rumah kediaman keluarga besar Anatasha. Saat itu juga, ruangan tersebut dipenuhi tangis. Saat tubuh Anatasha ditempeli banyak tangan, bibir dan pipi yang meratapinya dengan rintihan maupun raungan tangis, Path diseret. Jika Anatasha mati, berarti perannya dalam tugas tidak becus! Path dibanting ke dinding, dan dipukul. Pukulan bertubi-tubi dari Ayahanda Anatasha yang tidak terima, beliau berusaha dilepas dari Path oleh istrinya. Terlihat berusaha menahan diri, dan kini
Mayat yang manis … untuk pertama kalinya Aland memuji Anatasha saat dia didesak untuk datang ke keluarga Encaster. Katanya, salahsatu tunangannya mati. Em, itu berita bagus. Hanya di telinga Aland. Berarti Lucas melakukan tugasnya dengan baik. Tidak perlu diragukan yang ke selanjutnya. Sebelumnya wajah Anatasha yang hidup terlihat memuakkan. Tapi saat matanya tertutup dan terbaring dalam keadaan tak bernyawa, penglihatan Aland berubah. Astaga Anatasha! Aland baru menyadarinya … dengan mata yang terpejam tersebut, ternyata kamu sangat manis … sungguh.Buktinya, saat Aland disuruh memegang tangan tunangannya, Aland menurut tanpa gerak badan yang menandakan kejijikan. Aland membawa telapak tangan itu ke bibirnya, menciumnya dan membawanya ke sentuhan pipi. Air mata Aland jatuh … ah, sekalipun dia pura-pura, sebenarnya Aland cukup sedih. Terlihat disayangkan jika wajah manis ini akan dikubur di tanah dan diserbu jutaan cacing. Tapi selamat tinggal Anat
“Aku buatkan minum?” Lily mengulangi pertanyaannya, wajahnya menghadap pahatan tirus wajah Yale. Yale yang ditanyai mengerjap sekali, lalu mengangguk. Sekalipun dia tidak haus, seharusnya dia menghargai penyambutan Lily yang ingin menghidangkan sesuatu untuknya. Lily menyingkirkan diri dari pangkuan Yale, sekalipun Yale berterus-terang kalau dia melihat Lily hanya sebagai seorang adik--yang entah ‘kan dibenarkan oleh ikatan darah mereka atau malah sebaliknya, tapi setidaknya untuk saat anggap saja seperi itu--Lily terlihat kurang nyaman. Saat diliriknya Yale, dia samasekali tidak bisa menganggap Yale sebagai keluarganya, sekalipun ikatan darah pada keduanya kelak memang akan dibenarkan. Di mata Lily, kastanya dengan Yale terlalu jauh. Saat Lily membandingkan mereka berdua, sedikit kesusahan untuk menganggap diri sebagai bagian keluarga dari Yale Adhistira, Lily hanya bisa menatap rendah dirinya sendiri.Setelah Lily berlalu ke dapur dan membuatkan minu
KRAK! Suara pintu terbuka. Yale yang duduk santai di atas sofa terkesiap. Astaga! Apakah Aland datang berkunjung? Sedikit membuat Yale panik, karena posisinya yang berdua saja dengan Lily di dalam apartemen gadis itu. Bisa jadi si Aland Asrazaq marah, atau bahkan menuduh yang macam-macam. Sekalipun sudah memiliki sembilan tunangan, pada dasarnya, keluarga Asrazaq sangat mengikat para tunangan pewaris mereka.Tapi bukan Yale jika kocar-kacir kabur dan bersembunyi saat Aland datang. Kini dia memberikan pose menantang, bersandar layaknya raja di atas sofa single, kedua kakinya terlipat angkuh, dengan kepalan tangan yang menempel di sebelah pipi. Tapi saat pintu terbuka, Yale berdecak. Urung ada drama yang menuduhnya sebagai selingkuhan sang tunangan, ternyata yang datang bukan Aland, melainkan seorang lelaki muda yang membuat Yale terheran-heran. Jika dia bisa masuk sembarangan, maka dia memang memiliki akses untuk bolak-balik di dalam kediaman salahsatu tunangan.Mata Ya
Kavier menggusar rambut kepala. Belum lama Anatasha meninggal tanpa dalang yang diketahui--padahal sudah bersikeras mencari tahu--berita yang sampai di telinganya kalau pelayan yang ditugaskan untuk melindungi Anatasha--Path--bunuh diri sedikit membuat heboh dan gempar. Tadi pagi, mayat Path ditemukan di apartemen Anatasha dalam keadaan mulut tertembak. Bagi yang menyaksikan langsung, Path mati dalam keadaan yang begitu mengenaskan.Kavier dan Andar yang disampaikan berita heboh tersebut berserta foto mayat Path saat ditemukan hanya bisa mengurut pangkal hidung. Andar berjanji, jika menemukan pelakunya, maka akan memotong kepalanya. Pada dasarnya Path adalah bawahan kesayangannya, Andar sendiri yang membawa Path dari kampung halamannya dan bekerja di keluarga Asrazaq. Andar yang tengah berlibur saat itu, menemukan Path yang seorang pekerja keras tengah mengolah sawah ditemani beberapa adiknya yang masih kecil-kecil. Andar memang melontarkan kekecewaannya terhadap Path karena
Aland berhenti menyeruput kopi. Kepalanya mendongak menatap langit berwarna jingga yang awalnya indah, tapi entah kali ini terlihat memuakkan di mata Aland. Sebentar lagi gelap, karena kalut Aland menghabiskan sepanjang hari di sebuah kafe langganannya, berdekatan dengan sebuah gunung yang terlihat memukau saat dipandang dari jauh.Aland melirik arloji, dia ingin pulang, Tapi teringat suruhan aneh Kavier, kata lainnya Aland sebenarnya sudah 'diusir'. Lebih baik memesan hotel atau tinggal di villa dari pada harus bermalam dengan salah satu tunangannya, tapi Aland tidak boleh lengah, dalam sepengetahuannya sekalipun Aland pura-pura tidak tahu, di sekitarnya banyak sekali sosok asing yang sebenarnya adalah 'mata' dan 'telinga' keluarga Asrazaq.Bisa saja, pelayan atau pemilik kafe langganan Aland sebenarnya adalah mata-mata yang disogok untuk mengusik hidup Aland secara tidak langsung. Andai saja iya, rasanya ingin sekali membakar kafe
Setelah ibadah, Aland ingin tidur lebih awal pukul 22.00 WIB. Tapi keributan di luar kamar yang dia tempati membuatnya kesal. Saat langkahnya menghentak keluar dari kamar menuju pusat keributan, didapatinya Agnes terjun bebas dari kursi rodanya, terdampar di atas lantai. Serpihan piring dan gelas porselen berhamburan di atas lantai, begitu pula beberapa makanan dan cairan-cairan kecokelatan yang terlihat menjijikkan di atas lantai.Rio yang panik berusaha membantu Nona-nya bangkit dari lantai dan duduk kembali ke atas kursi roda. Setelah itu Rio membereskan sisa keributan tersebut. Serpihan porselen dan hamburan makanan yang mengotori lantai."Ada apa ini?" Aland bertanya ketus. Dia tidak suka, jika ada keributan di saat dia butuh ketenangan.Rio ingin menjelaskan, tapi dengan wajah iba Agnes memotong kalimat dan ganti menjelaskan. "Saya ingin membawakan makanan dan minuman untuk Tuan Aland ... seharusnya saya meminta ba
Flo mual karena gelas kosongnya selalu dituangkan cairan hitam baru oleh Yale. Matanya sudah perih, termasuk lidahnya. Layar menyala di hadapan mereka membuat Flo sering menggosok mata, bibirnya mengernyit karena rasa kopi yang begitu menyengat. Nyatanya, sekalipun selalu disuguhkan kopi, Flo masih bisa menguap. Yale membekap mulut Flo dengan tangan besarnya, "baru jam setengah sembilan, Flo! Sudah kubilang aku takkan membiarkanmu tidur! ARGHHH!"OmelanYale berujung pekikan saat pampangan wajah hantu di layar televisi lebar di hadapan mereka membuatnya terlonjak ke belakang, nyaris menduduki kepala sofa.Flo menutupi kedua telinga. Kembali menguap, Yale menepuk bibirnya, "sudah kubilang jangan menguap--ARGHHH!" Pekikan jantan Yale membuat Lily di sebelahnya yang awalnya canggung kini tertawa. Yale mendelik sinis, membuat Lily serta-merta membungkam mulutnya."Minum," desak Yale saat gelas Flo tumpah, hingga cairan hitam menggenang d