"Lex, kumohon .... jangan penjarakan Papa," ucap Riska dengan wajah penuh permohonan. Setelah kebenaran terungkap semuanya, dan Alex mengetahui jika dalang sebenarnya dari hancuran perusahaan papanya dulu karena ulah papanya Riska, Alex segera mengambil alih lagi semua yang menjadi haknya itu."Lex ..." Perempuan itu masih bersimpuh di kaki Alex, berharap lelaki itu membatalkan tuntutannya untuk sang papa."Kau pikir akan semudah itu memaafkan? Lihat, bagaimana keluargamu begitu menikmatinya." Alex tak mungkin luluh apalagi kasihan melihat wajah memelas Riska. "Tapi, Lex, bagaimana nasibku kalau ..." Belum juga Riska sempat menyelesaikan kalimatnya, Alex sudah lebih dulu memotong dengan cepat."Cukup, Ris, aku tidak ingin mendengar lagi omong kosongmu!" Alex membanting pintu ruangannya keras. Di susul Riska yang berlari di belakangnya, namun langkah kaki perempuan itu harus terhenti karena dua satpam sudah menunggunya di depan."Lepas! Hei, lepaskan aku sialan!!!""Bagaimana, kau sud
Beberapa minggu setelah kejadian tidak mengenakkan di hotel, Dion datang ke kantor Pratama untuk menemui Alex. Dion sengaja datang karena ingin menuntut atas pengeroyokan yang di lakukan Alex dan satu pria lagi yang tidak dirinya kenal.Padahal kejadian sebenarnya bukan seperti itu. Dirga lah yang sudah menghajarnya habis-habisan. Sedangkan Alex malah berusaha menghentikan karena takut masalah itu akan semakin rumit jika Dion sampai kehilangan nyawanya."Pokoknya saya akan menuntut Asisten Anda kalau dia sampai tidak memenuhi apa yang saya minta!" ungkap pria itu di depan Arya. Dion merasa sangat di rugikan jika sampai tidak mendapatkan ganti apa-apa atas luka yang dua pria itu berikan padanya.Dion berpikir ini kesempatan bagus untuk memeras Arya, mengingat kondisi perusahaannya yang semakin memburuk, dan sampai saat ini dirinya belum punya rencana apapun untuk perusahaan miliknya.'Kira-kira berapa yang harus aku minta ya?' Dion berpikir licik, ia akan menggunakan segala cara agar b
Arya tergelak sendiri mengingat yang di ceritakan Alex tadi. Bagaimana ia marah karena mengira Dirga sudah memanfaatkan kepolosan Nabil. Bahkan Alex hampir saja menghajarnya di tempat umum hingga menyita perhatian para pengunjung restoran lainnya.Beruntung sebelum Alex melayangkan tinju ke arah wajahnya, Dirga sudah lebih dulu berbicara. Pria itu menjelaskan semuanya tanpa ada sedikitpun yang ia sembunyikan."Lucu sekali lelaki itu. Dia memang pintar. Tapi, selalu bertindak terburu-buru." Arya bergumam pelan. Melangkahkan kakinya ke dalam kamar, lelaki itu melirik sekilas istrinya yang berada di atas tempat tidur."Mas, kamu udah pulang?" Rengganis langsung bangkit untuk menyambut kepulangan lelaki itu."Iya." Menghentikan langkah sejenak, ia mengecup kening wanita itu lembut. "Bagaimana kabarmu hari ini?" Arya mengurungkan langkahnya menuju kamar mandi. Padahal rencananya tadi ia ingin langsung membersihkan diri setelah sampai di rumah."Aku dan anak-anak semuanya baik." Rengganis m
Beberapa bulan setelah semua beres, keadaan akhirya kembali normal seperti biasa. Alex telah menyeret satu persatu orang yang sudah terlibat dalam hancurnya perusahaan papanya. Sigit Prasetya dan Bara adalah dua orang utama yang menerima hukuman dari Alex. Tentu dengan masa hukuman yang berbeda tergantung seberapa besar keterlibatan mereka dalam permasalahan itu.Pengalihan perusahaan milik Papa Wahyu ke tangannya kembali juga sudah di laksanakan dengan mengundang perwakilan dari beberapa perusahaan saja, termasuk dari Keluarga Pratama dan Andreas yang menjadi pendukung utama.Alex sengaja mengadakan acara itu di rumah karena tidak terlalu banyak yang mereka undang. Hanya orang-orang terdekat serta beberapa kolega dari Papa Wahyu dulu yang masih menjalin pertemanan baik dengan mereka.Jika dulu Papa Wahyu yang memimpin perusahaan itu sendiri, tapi sekarang ia sudah menyerahkan tanggung jawab penuh perusahaan pada Alex. Pria paruh baya itu merasa jika Alex lebih mampu di bandingkan dir
Beberapa Bulan Kemudian ...Kehamilan Airin sudah memasuki trimester terakhir. Wanita itu sudah terlihat sekali kesulitan untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa. Beruntung Alex selalu menyempatkan waktunya untuk menemani istrinya kemana pun pergi.Seperti pagi ini, mendadak Airin ingin di temani jalan-jalan. Padahal Alex sudah rapi dengan setelan jas dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Terpaksa Alex harus menghubungi sekretarisnya dan meminta jadwal ulang untuk rapat yang akan di adakan dua jam lagi.[Tapi, Tuan ....?] Terdengar kasak-kusuk dari seberang sana. Alex paham jika sang sekretaris pasti kebingungan mencari alasan di batalkannya rapat itu.[Katakan saja pada mereka jika istriku sedang ingin di temani di rumah] Alasan yang logis memang. Tapi, apa mungkin mereka akan percaya? Atau malah akan di jadikan bahan lelucon nanti? Entahlah.[Kau mendengarku?] Alex terpaksa bersuara lagi tatkala tidak mendapatkan sahutan dari seberang sana.[I–iya, Tuan. Saya akan coba menjelask
Setelah di buat bingung dengan tingkah Airin yang tiba-tiba meminta berhenti secara mendadak, saat ini Alex juga di buat terkesiap dengan kedua bola mata yang membulat serta mulut yang terbuka lebar tatkala melihat tingkah istrinya yang tak masuk akal.Bagaimana mungkin orang yang tadinya terlihat kesakitan sekali sekarang tengah santai dan menyantap semangkuk bakso dengan sangat lahap? Di tambah lagi setelah adegan itu selesai, Alex nyaris jatuh, bangun, serta guling-guling sendiri ketika mendengar si tukang bakso yang bersuara dan meminta bayaran untuk harga bakso yang baru saja istrinya makan."Satu juta lima ratus ribu?! Jangan gila, Pak! Istri saya hanya memesan semangkuk bakso. Kenapa mahal sekali?" Rasanya Alex ingin menghancurkan gerobak sekaligus pemiliknya. Tapi melihat tatapan heran orang-orang di sekitar, Alex terpaksa duduk kembali di bangku plastik yang di sediakan pedagang itu."Memang yang di makan istri Anda hanya semangkuk, Tuan. Tapi, dia tadi bilang akan memborong
"Pa, bagaimana dengan nasibku?" Saat ini perempuan itu tengah menemui papanya di sel tahanan. Tuan Bara harus menjalani hukuman dua tahun lebih lama di banding dengan Sigit Prasetya karena kesalahannya dia anggap lebih fatal. Sedangkan Riska dengan keadaan perutnya yang semakin hari kian membuncit kebingungan harus menyembunyikan kehamilannya dari orang-orang di tempat tinggal barunya nanti."Dari awal Papa sudah bertanya padamu, kan? Siapa Ayah dari bayi yang kau kandungan? Tapi kau malah diam dan seolah melindunginya. " Papa Bara kesal dengan Riska yang sangat keras kepala. Coba saja dulu ia mau jujur, pasti keadaannya tidak akan seperti ini."Maaf, Pa. Maafkan Riska." Bulir bening jatuh begitu saja melewati kedu pipi perempuan itu. Mama Nathali hanya mampu menenangkan dan mengusap lembut punggung putri satu-satunya itu."Sudahlah, Ris. Sebaiknya kita segera pulang." Ibu dan anak itu melangkah gontai meninggalkan sel tahanan suaminya menuju tempat tinggal baru yang mereka sewa denga
Beberapa tahun kemudian."Kakak, gendong ..." rengek Azki manja pada pria kecil berusia sepuluh tahun. Pria kecil itu hanya menurut, berjongkok dan memasang punggungnya di depan gadis kecil tadi."Yeyyy, asikkk!" Azki tersenyum senang mendapati pria itu tidak menolaknya lagi. Padahal ia tidak tahu saja sebenarnya pria itu tengah memakinya dengan kesal.Azkia Putri Aditama.Nama yang di berikan Airin dan Alex untuk putri pertama mereka. Gadis kecil berkulit putih, serta berambut lurus itu saat ini sudah berusia lima tahun. Azki tumbuh menjadi sosok yang ceria dan juga pintar.Saat ini mereka tengah kedatangan tamu dari Keluarga Roy dan juga Arya. Semua berkumpul di taman belakang menyaksikan anak-anak mereka bermain. Saling berkejaran, ada juga yang terlihat saling berbincang."Lihat ekspresi wajah putramu, El, dia lucu sekali, 'kan?" Airin menunjuk ke arah Rey yang saat ini tengah menggendong Azkia. Gadis kecil itu tampak tertawa senang, sedangkan Rey terus saja menekuk wajahnya masam