Ell menatap hasil karyanya di rambut indah Emily yang sudah tidak jelas bentuknya lagi. Melempar gunting sembarang tempat lalu melangkah pergi meninggalkan Emily.
Mendengar pintu kamar sudah tertutup, Emily meluruh ke lantai, menggigit bibir bawahnya seraya mendongakkan kepala menahan agar air matanya tidak jatuh.
Kini ia tahu apa alasan di balik sikap keras suaminya terhadapnya. Alasan kenapa mereka menikah, “Aku harus kuat, dia juga pasti menderita,” gumamnya.
Pintu kembali terbuka, Emily menarik napas panjang untuk menetralisirkan jantungnya.
“Kau baik-baik saja?” terdengar suara Rosalinda.
Emily menganggukkan kepala, “Ya, aku baik-baik saja, Ros.” Emily berusaha berdiri dan Ros pun membantunya.
“Bajumu perlu diganti. Tuan mengatakan kancingnya rusak.” Rosalinda melepaskan baju Emily dan menggantinya dengan yang baru.
Keduanya pun turun ke bawah, Ros membawanya ke dapur dan menj
“Aku memberimu izin untuk cuti beberapa hari, memulihkan kesehatanmu tapi sepertinya kau tidak mengindahkannya.” Sindir Ell sembari melayangkan tatapan sinis ke arah Emily. Tindakan yang sia-sia karena Emily tidak akan melihat dan mengetahuinya. Lupakah ia jika Emily adalah seorang wanita buta.Ellard harusnya tidak terkejut mendapati Edward di rumahnya yang memang sudah terbiasa berkeliaran di sana. Namun tidak sejak Emily hadir. Ellard tidak menyukai sikap baik hati yang ditunjukkan Edward pada wanita itu. Lihat saja apa yang dilakukan Edward kali ini. Pria itu sedang sakit karena menyelamatkan Emily dari kolam berenang, dan dengan bodohnya ia mengabaikan kesehatannya dengan datang berkunjung ke rumah Ellard hanya untuk melihat Emily. Saat Ellard dan Peter menjenguknya tadi pagi, kesehatannya belum fit sepenuhnya.“Aku merapikan rambutnya. Bagus tidak?” Edward tersenyum manis mengangkat gunting dan sisir yang ada di tangannya. Ellard kembali m
Emily merasa gugup di kursinya, ia merasa tidak nyaman namun ia juga menikmatinya, menikmati sentuhan dan perlakuan lembut Ellard terhadapnya walau ia tahu sikap yang ditunjukkan Ellard terhadapnya hanyalah kepura-puraan belaka di hadapan relasi bisnisnya.Ya, seperti yang ia katakan dahulu saat memutuskan untuk menikahi Emily, selain untuk membalaskan dendam dan meluapkan kemarahannya, Ellard juga menggunakan Emily untuk menarik simpati pangeran Arab agar berminat bekekerja sama dengannya.Dan di sini lah mereka berada, dia aula salah satu hotel terbesar di dunia. Merayakan berhasilnya kerja sama mereka. Meski tak bisa melihat, Emily tahu ruangan itu penuh dengan orang-orang penting. Ellard adalah salah satu pebisnis hebat yang sangat disegani sedangkan Asad- pangeran Arab yang terkenal sangat pemilih dalam menjalin kerja sama. Tentu saja kerja sama keduanya menjadi perbincangan hebat di kalangan pebisnis.Peter dan Edward tentu saja hadir di sana. Edward hadir
“Apa kau mulai mengkhawatirkannya?” Edward menelisik wajah Ellard yang terlihat sangat melakoni perannya sebagai suami yang penuh perhatian, suami yang terlihat sangat khawatir akan kondisi istrinya. Ia benar-benar bertingkah layaknya suami yang begitu sangat mencintai Emily.Ellar menatapnya sekilas sebelum kembali mengalihkan tatapannya pada Emily yang sedang ditangani. “Jika ia sakit dan terbaring bagaimana aku bisa menarik perhatian Asad si pria unta itu. Mereka masih di sini dua hari lagi dan aku membutuhkan Emily sebelum pada akhirnya si pria gurun pasir itu menyerahkan semua tanggungjawab pada kita. Kau tahu sesungguhnya aku tak bisa bekerja sama namun aku tidak keberatan untuk berbagi hasil. Aku ingin dia lepas tangan dan hal itu bisa ia lakukan jika ia sudah menaruh simpati dan kagum pada seseorang. Aku sedang berjuang,” Ellard mengerling sebelum memberi isyarat dengan ekor matanya bahwa Asad dan istrinya sudah sampai di rumah sakit.&l
Sial! Sial! Sial! Aku terjebak lagi. Untuk apa aku menemui wanita iblis itu. Ini semua salah Morin!Ellard merasa gelisah dalam tidurnya. Ingin rasanya ia bangun dan membuka mata namun sekuat ia berusaha mengembalikan alam sadarnya sekuat itu juga mimpi buruk itu membelenggunya.Dasar anak jalangAnak tidak tahu diri!Kenapa kau tidak ikut mati saja menyusul jalang dan pria bangsad itu!Hadirmu akan membuat bebanku semakin banyak, pergilah kau ke neraka anak sialan!!Akh! Aku benci ini!Keringat mulai bercucuran membasahi tubuh Ellard, lagi dan lagi penyiksaan Rebecca terhadapnya kini terpampang nyata di alam mimpinya.Tolong, Tolong aku..Siapa yang meminta tolong?Siapa itu, dia sepertinya ketakutan, apakah dia juga mengalami hal serupa, tersiksa sepertiku.Jeritan minta tolong itu semakin jelas terdengar oleh telinganya. Ajaib, sontak kedua matanya terbuka. Napasnya memburu, tubuhnya sudah basah oleh keringat. E
Apa yang sedang kulakukan ini? Ellard bertanya-tanya di dalam hatinya. Apa pedulinya dengan ketakutakutan yang dirasakan Emily. Bukankah tujuannya juga hendak membuatnya hancur agar wanita faham apa yang ia rasakan.Sungguh ketakutan yang berbeda juga menyerang Ellard. Jika ditanya tentang hal paling sulit untuk dilakukan adalah menata hati. Menata hati hingga tidak takut lagi, nyatanya ia belum bisa melewati fase itu jika dihadapkan pada kenangan masa kecilnya. Tidak hanya khawatir dengan ketakutannya, kini perasaan lain mulai menyerangnya. Perasaan yang selama ini berusaha ia tepis. Keterbiasaan yang lambat laun berubah menjadi sebuah harapan.Ya, saat ini ia berharap ia mampu menenangkan Emily dengan pelukannya, tapi di sisi lain ia memberontak memaki dirinya kenapa ia harus melakukanya. Apakah wanita itu sedang menyihirnya?Ellard menggelengkan kepala, mengenyahkan bisikan-bisikan yang saling bertolak belakang justru membuat kewarasannya sedikit terguncang.
Sepanjang perjalanan, Ellard dan Edward hanya diam membisu. Edward sesekali melirikkan matanya pada Ell yang tampak sedang sibuk dengan fikirannya.“Kita langsung ke kantor,” Edward akhirnya membuka suara setelah beberapa menit hanya diam dan fokus menyetir.“Pulang,” sahutnya singkat.‘”Jam 11.00 kita ada rapat jika kau lupa,”“Jika kau tidak mau menghadirinya kau tinggal membatalkannya,” tukas Ellard.“Kau gila?!” sentak Edward. Pasalnya rapat yang akan mereka hadiri adalah tentang penrjanjian kerja sama dengan perusahaan Arab yang sangat dinantikan oleh Ellard dan sekarang setelah semuanya hanya membutuhkan hadirnya untuk menandatangan perjanjian itu ia menolak untuk hadir. Katakan apakah Edwrad bisa membenturkan kepala pria itu ke aspal. Terkadang Ellard terlihat sangat ambisius dan terkadang ia sama sekali tidak peduli dengan apa pun yang akan menimpa perusahaannya. Oke, baiklah
“Ingin tidur denganku, Emily? Aku menginginkan hakku.” Dengan tatapan tajam dan penuh kebencian Ellard mendekat ke arah Emily dan menarik kasar rambut wanita itu hingga dipaksa mendongak.“Akkhh,” Emily terpekik kaget. Wajahnya juga pucat pasi mendengar apa yang yang baru saja dikatakan oelh Ellard. Bayangan tentang pria itu akan menjamahnya sungguh membuatnya sangat takut. Ia sadar posisinya sebagia seorang istri, ia tahu apa yang diminta oleh Ellard memang adalah benar haknya, namun tetap saja ia tidak bisa memberikannya begitu saja disaat ia tahu betapa pria itu sangat membencinya.Emily rela dan pasrah saat Ellard menghukumnya dengan kekerasan, memakinya dengan umptan. Ia tidak mengeluh sama sekali, ia terima apa adanya, tapi tidak dengan kali ini. Ia tidak ingin kehormatannya juga harus menjadi korban dari kegilaan beberapa orang yang justru sudah sangat merugikannya.Emily menggelengkan kepala dengan kuat, “Ti-tidak..apa maksu
Ellard ke luar dari kamar Emily menyisakan emosi yang belum reda sepenuhnya. Alih-alih ke kamarnya ia justru menuruni anak tangga dan berjalan ke luar rumah. Masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.Ia tidak tahu ke mana arah tujuannya, yang ia tahu harus ke luar dari rumah sebelum ia benar-benar menyakiti Emily.Satu jam perjalanan akhirnya ia berhenti di sebuah pemakaman. Menarik napas panjang, ia terlihat ragu untuk turun. Bukan karena takut untuk memasuki wilayah pekuburan yang gelap gulita dan sunyi karena memang sudah malam, melainkan ia takut semakin tidak bisa mengendalikan diri jika harus meratap di hadapan makam Naura.Ellard mengembuskan napas panjang lalu menyalakan mobil kembali dan berhenti di halaman rumah sahabatnya Edward. Ia memutuskan untuk menginap di sana.Tanpa membunyikan bel rumah dan tanpa memberi tahu kedatangannya ia melangkah masuk dengan santai. Edward memang tidak menyediakan pelayan di rumahnya, karena