Kedua mata Jena sontak membulat mendengar ucapan Abi barusan. Wajahnya pun kembali bersemu merah. Jena lebih memilih berjalan sendiri meskipun kedua lututnya sakit dari pada digendong Abi."Aku akan menuntunmu masuk ke rumah kalau tidak mau digendong."Tubuh Jena menegang, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat dari pada biasanya karena Abi tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggang, memeluknya dari samping dengan erat."Kenapa wajahmu memerah?"Jena tersentak mendengar pertanyaan Abi barusan lantas menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah. Entah kenapa dia merasa sangat gugup sekarang. Apa lagi Abi memeluk pinggangnya dengan begitu erat.Abi lagi-lagi tersenyum melihat Jena yang salah tingkah, sangat manis pikirnya. Dia pun menuntun gadis itu dengan hati-hati masuk ke dalam rumah."Aku pulang!" teriaknya.Anita sontak beranjak dari tempat duduknya karena mendengar suara Abi. Kedua matanya tampak berbinar melihat gadis yang datang bersama putra sulungnya
Elrangga cepat-cepat bersembuyi ketika mendengar Jena memutar kenop pintu kamarnya. Tingkahnya mirip sekali dengan pencuri padahal dia hanya meletakkan secarik kertas bertuliskan permintaan maaf untuk gadis itu.Elrangga sebenarnya malas sekali meminta maaf pada Jena. Namun, ucapan Abi tadi membuat perasaannya mendadak tidak tenang. Lagi pula dia memang bersalah karena sudah menyuruh Jena pulang sendirian hingga membuat gadis itu tersesat dan diganggu preman.Elrangga terus memperhatikan Jena yang berdiri di depan pintu kamarnya. Gadis itu tampak kebingungan membaca satu kata yang dia tulis di kertas berwarna kuning tersebut. Apa Jena tidak bisa membaca? Atau mungkin tidak mau memaafkan kesalahannya?Elrangga mendengkus kesal. Padahal dia sudah membuang jauh-jauh harga dirinya untuk menulis permintaan maaf pada Jena, tapi gadis itu malah jual mahal.Menyebalkan!Sepertinya dia harus meminta maaf langsung pada Jena.Elrangga menarik kedua lengan bajunya sampai sebatas siku lantas berj
Hari bahagia itu akhirnya tiba dan sampai sekarang Elrangga belum tahu alasan yang membuat Abi mau menikahi Jena karena kakak kandungnya itu sangat sibuk dan tidak mempunyai waktu sedikit pun untuk berbicara dengannya. Abi memang sengaja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya karena dia ingin pergi bulan madu setelah menikah dengan Jena.Elrangga sebenarnya ingin sekali memberi tahu Eyang Putri tentang Jena yang tidak bisa membaca karena hanya neneknya itu yang bisa membatalkan pernikahan mereka.Namun, ayah dan ibunya mengancam akan mencoret namanya dari daftar keluarga jika dia nekat memberi tahu Eyang Putri.Mereka sangat ... menyebalkan.Semua orang yang tinggal di rumah ini tidak ada satu pun yang memihaknya. Bahkan Ardilla—adik kandungnya sangat menyukai Jena. Entah sihir apa yang gadis kampung itu miliki hingga membuat seluruh anggota keluarganya menyayanginya.Semua orang yang tinggal di kediaman Dewangga tampak sibuk sejak tadi pagi, terutama pelayan. Mereka sibuk menghias t
Setelah melakukan proses pemberkatan, malamnya Abi dan Jena langsung menggelar acara resepsi di rumah Dewangga. Acara resepsi pernikahan mereka mengusung tema Garden Party yang hanya dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan teman dekat Abi dan Jena.Bahkan Ambar—sahabat baik Jena rela datang jauh-jauh dari kampung untuk menghadiri pernikahan mereka."Astaga, Jenaa ...!" pekik Ambar sambil memeluk Jena erat-erat karena hampir satu bulan mereka tidak bertemu."Kamu cantik banget," puji gadis yang rambutnya selalu dikepang dua itu setelah memperharikan Jena dari atas sampai bawah.Malam ini Jena memang terlihat cantik dan anggun dalam balutan gaun off shoulder berwarna merah muda dari George Chakra yang memiliki belahan sampai sebatas paha yang dipadu dengan stiletto berwarna senada. Rambut cokelatnya di buat sedikit bergelombang di bagian bawah untuk menutupi bahunya yang sedikit terbuka. Satu set perhiasan emas dari Stone Hange yang berharga puluhan juta juga turut melengkapi penampilannya
Warning 21+Resepsi pernikahan Abi dan Jena sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Para pelayan tampak sibuk membereskan sisa-sisa pesta, sementara Abi dan Jena sedang mengobrol santai bersama keluarga mereka di ruang tengah tanpa Elrangga karena lelaki itu sudah mendekam diri di kamar sebelum pesta Abi dan Jena selesai.Abi melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tidak terasa sekarang sudah hampir jam sepuluh malam. Dia ingin mengajak Jena ke kamar untuk beristirahat."Ayah, Ibu, Abi pamit ke kamar dulu karena Jena butuh istirahat.""Istirahat apa istirahat?" goda Anita membuat pipi Jena seketika bersemu merah karena dia mengerti dengan maksud ibu mertuanya itu."Ibu, jangan menggoda, Jena. Apa Ibu tidak lihat wajah menantu Ibu sudah memerah seperti tomat?""Mas Abi ...." Jena mencubit perut Abi dengan gemas karena ikut-ikutan menggodanya seperti Anita.Abi malah terkekeh karena Jena terlihat sangat menggemaskan saat malu-malu seperti itu. "Kalau beg
Jena mengerjapkan kedua matanya perlahan. Tubuh gadis itu sontak menegang karena melihat Abi saat pertama kali membuka mata. Lelaki itu bahkan sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Wajah Jena seketika berubah pucat ketika menyadari kalau tidak ada satu helai benang pun yang menutupi tubuhnya.Kenapa dia bisa tidur satu ranjang dengan Abi?Jena membuka mulutnya lebar-lebar karena ingin berteriak. Namun, dia tidak jadi melakukannya karena teringat dengan apa yang dia lakukan bersama Abi semalam.Kemarin malam—tepatnya setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai Abi mengajaknya ke kamar untuk beristirahat. Sesampainya di kamar Abi malah mendekatinya yang sedang duduk di atas ranjang lantas menciumnya.Lelaki itu melumat bibir atas dan bagian bawahnya dengan begitu lembut membuat seluruh syaraf di dalam tubuhnya seolah-olah lumpuh.Abi adalah lelaki pertama yang mencium bibirnya. Dan dia tidak menyesal sudah memberikan ciuman pertamanya pada Abi karena lelaki itu sudah menjadi suaminya
Jena mematut bayang dirinya di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil. Wajah gadis itu sontak bersemu merah karena melihat kiss mark di sekitar lehernya. Hasil perbuatan Abi semalam.Abi sengaja memberi banyak tanda merah di lehernya sebagai bukti kalau dia sekarang menjadi milik lelaki itu. "Kenapa wajahmu memerah?"Jena berjingkat karena Abi tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang. Aroma musk yang menguar dari tubuh lelaki itu tercium jelas di indra penciumannya karena jarak mereka sangat dekat."Mas Abi ngagetin Jena, ih."Abi malah terkekeh. "Maaf, mas ada sesuatu buat kamu.""Apa?" tanya Jena penasaran."Cium dulu." Abi mendekatkan bibirnya ke arah Jena membuat wajah gadis itu seketika bersemu merah. Jantung pun berdebar hebat."Mas Abi, jangan gitu," ucap Jena malu-malu.Abi lagi-lagi terkekeh karena Jena terlihat sangat menggemaskan. Sepertinya keputusannya untuk menikahi gadis itu tidak terlalu buruk. Semoga saja Jena bisa membuatnya
Elrangga baru saja menerima telepon dari salah satu temannya yang sama-sama menempuh pendidikan memasak di Le Corden Blue. Temannya itu bertanya kapan dirinya akan kembali ke Sydney untuk melanjutkan kembali pendidikannya karena dia sudah izin lumayan lama.Namun, dia sendiri tidak tahu kapan akan kembali karena masih ada urusan yang harus dia selesaikan. Untung saja dosen pembimbingnya sudah memberinya izin untuk tinggal di rumah lebih lama.Ponsel Elrangga yang berada di dalam genggaman kembali berdering padahal semenit yang lalu dia baru saja bertelepon dengan temannya.Kening Elrangga berkerut dalam melihat nama yang terpampang jelas di layar ponselnya.Kak Abi.Untuk apa kakaknya itu menelepon padahal mereka bisa berbicara langsung? Aneh.Elrangga pun menggeser ikon hijau di layar ponselnya. "Iya, Kak?" 'Kamu sudah menyiapkan semua yang kakak minta, kan?'Elrangga sontak melirik dua tiket pesawat ke Thailand dan paspor yang berada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. "Iy