Ketika kapal berlabuh di dermaga Ashtanworth, mereka segera melangkah ke daratan yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan tua dan angker. Di sepanjang jalan, patung-patung perwira penjaga tampak menjaga di berbagai titik, perbatasan sampai gerbang masuk.Namun, yang seharusnya menjadi penjaga keamanan itu sekarang hanya menambah ketakutan dengan kehadiran mereka yang tampak seperti hantu, wajah-wajah marmer mereka merayap di bawah efek sihir hitam yang seolah memiliki kehidupan tersendiri.Iveryne merasa bulu kuduknya merinding saat dia melewati patung-patung tersebut. Wajah-wajah mereka yang kaku dan mati memberikan kesan aneh yang membuatnya merasa seperti diawasi oleh mata tak terlihat. Dia merasa sesuatu yang ganjil dalam atmosfir kota, sebuah kegelapan mengintai di balik keindahan arsitektur kuno.Reiger mengamati patung-patung dengan ekspresi dingin. “Ini bukan tempat yang menyenangkan,” ujarnya dengan suara rendah.Heran, Iveryne menatapnya. “Kamu merasakannya juga?”Reiger mengang
“Mengapa kita harus lari!” Wilder setengah berteriak, tergesa-gesa menghindari ranting-ranting pohon yang sakit. Terakhir kali dahinya membentur itu, malah tubuhnya yang jatuh tengkurap.“Setidaknya jelaskan sesuatu!” Iveryne balas berteriak, meski kakinya dengan lincah menghindari bebatuan kecil, serta rumput-rumput tajam. “Kita sudah menyelesaikan penyihir-penyihir itu.”Iveryne ingat betul, masih terbesit dengan jelas dalam kepalanya bagaimana Reiger, Wilder, dan Heros menyelesaikan penyihir gelap dengan beberapa tebasan oleh pedang jiwa mereka.“Mereka mengirim tanda, dalam beberapa menit ke depan, area ini akan dipenuhi penyihir-penyiur lain!” Segera, Wilder dan Calix, dengan napas yang terengah-engah, berlari jauh lebih cepat dari yang lainnya, mendorong diri mereka melampaui batas-batas fisik tertinggi tubuh mereka.Mata Iveryne memandang keliling dengan cepat, mencari-cari tanda-tanda ancaman yang mungkin mengintai di sekitarnya. Udara sekitar terasa tegang, penuh dengan aura
Dalam kegelapan Gua yang terasa semakin menakutkan, langkah kaki mereka yang berhati-hati tanpa disadari mengenai tali yang tersembunyi di antara batu-batu. Tanpa peringatan, tali itu menjerat kaki mereka satu per satu, dan sebelum mereka bisa bereaksi, tubuh mereka terangkat ke atas dan tergantung terbalik secara bergantian. Udara yang panas dan lembab di Gua itu seketika menjadi terasa lebih mencekam saat mereka berada dalam posisi yang tidak nyaman, bergantung dari tali-tali yang mereka sendiri tanpa sengaja aktifkan.Saat tergantung terbalik, belati dan ransel mereka bergoyang-goyang dengan tidak stabil. Ransel-ransel itu terlepas dari bahunya satu per satu, jatuh dengan berat di tanah yang keras. Belati-belati mereka pun ikut terlepas, mendarat dengan gemuruh yang samar di antara dedaunan yang rapuh di bawah. Bunyi keras itu menambah ketegangan situasi, sebelum sempat menahan, pedang mereka ikut jatuh bergantian di lantai batu.“Sialan, ini tidak seharusnya terjadi,” gerutu Reig
“Kalian tidak berhak masuk ke sini!” teriak salah satu dari Kurcaci dengan suara gemetar, mencoba mempertahankan posisinya meskipun ketakutan yang jelas terpancar dari wajahnya.Para penyihir di luar terdiam sejenak, mengamati situasi dengan penuh perhatian. Tatapan mereka tajam, penuh dengan keingintahuan dan keinginan untuk mengetahui keberadaan makhluk-makhluk yang berani berurusan dengan kedua penyihir penunggu gerbang.“Apa kalian tahu sesuatu tentang Iveryne Lechsinska Silverion dan kelompoknya?” tanya salah satu Penyihir dengan tajam, mencoba menekan para Kurcaci untuk mendapatkan jawaban.Namun, para Kurcaci tetap teguh dalam pendirian mereka, tidak ingin memberikan informasi apa pun kepada musuh yang tidak diinginkan itu. Apalagi ketika Iveryne dan yang lainnya menggeleng pada mereka saat pertanyaan itu dilontarkan.Para Penyihir di mulut Gua meningkatkan tekanan, mengancam akan menggunakan kekuatan magis untuk memaksa masuk jika para Kurcaci tidak memberikan informasi yang me
Suasana hening hutan terganggu oleh derap kaki raksasa yang menyusup dari kegelapan. Tiga siluet besar muncul, diterangi oleh cahaya remang-remang yang merayap di antara dedaunan. Cakar-cakar raksasa seperti kilat, memantulkan cahaya bulan yang samar-samar menyinari area itu. Mereka melihat dengan ngeri saat cakar-cakar itu berkelebat di udara, menyisakan jejak cahaya.Seperti meteor yang melesat dalam malam. Insting bertahan mereka bergerak cepat, seiring dengan serangan yang datang. Dengan pergerakan yang hampir tidak terlihat, mereka menghindari banyak serangan, merasakan hembusan angin menusuk dan suara dengungan yang melengking di udara.Iveryne menahan napas, hatinya berdebar dalam ketegangan yang memuncak. Pohon-pohon di sekitar bergetar ketika cakar-cakar itu menyambar, mengancam merobek segalanya yang berada di dekatnya. Reiger, dengan tatapan tajam dan gerakan lincahnya, menuntun mereka ke samping, berusaha menghindari serangan mematikan yang datang begitu cepat, sementara
Ketika netra biru cemerlang membuka perlahan, dia merasakan kebingungan memenuhi pikirannya. Lingkungan sekitarnya berbeda dari tempat terakhir kali yang dia ingat. Dia berada di dalam sebuah perumahan yang tampaknya tidak dikenal, dikelilingi oleh dinding-dinding kayu yang mengirimkan aroma harum ke ruangan. Cahaya lembut bulan dari luar menyusup masuk melalui jendela, menerangi ruangan dengan kehangatan yang menyenangkan.Namun, kebingungan itu segera digantikan oleh rasa sakit yang menusuk pinggangnya ketika dia mencoba duduk. Dia menahan desahan kesakitan, meraba-raba tubuhnya untuk mencari sumber rasa sakit itu. Ketika tangannya menyentuh perut bagian bawahnya, dia merasakan benda dingin yang ditempelkan di kulitnya.“Ssst, jangan bergerak terlalu banyak. Kamu terluka parah,” suara lembut seorang wanita seketika mengisi ruangan, membuat Iveryne mengangkat pandangannya dengan wajah setengah waspada.Di samping tempat tidurnya, seorang wanita dengan rambut yang terikat rapi terseny
Ketika pagi menjelang, cahaya matahari merayap perlahan melalui pepohonan rimbun di Arvenwood. Iveryne melangkah keluar dengan hati-hati, menyambut segarnya udara pagi. Di sekelilingnya, anak-anak Creetress berlarian riang, sementara cahaya pagi menyinari rambut pirang khas mereka, menciptakan panorama yang indah.Ditemani Wilder, Iveryne melangkah dengan hati-hati, menyadari tatapan penasaran yang terarah ke arah mereka. Rambut pirang Wilder bergelombang lembut oleh angin pagi, dan ekspresi cerianya menyebar di wajahnya. Namun, keberadaan Iveryne menambah semacam magnetisme di antara penghuni Arvenwood.Beberapa pria dari Creetress menghentikan aktivitas mereka, mata mereka tertarik Iveryne dan Wilder yang berjalan bersama. Tatapan mereka penuh dengan rasa ingin tahu dan kekaguman, menandakan kehadiran Iveryne yang mencuri perhatian di antara mereka.Iveryne merasakan perasaan tidak nyaman di bawah sorotan tatapan-tatapan itu, namun dia berusaha untuk tetap tenang. Sementara Wilder
Setelah para pria itu pergi, suasana kembali tenang. Elara dengan cepat membimbing mereka ke tempat makan yang disiapkan, di mana aroma harum makanan menyambut kedatangan mereka.“Silakan duduk dan nikmati hidangan kami,” kata Elara sambil tersenyum ramah. “Kami senang bisa menyambut kalian di sini.”Iveryne dan teman-temannya bersyukur atas keramahan Elara, dan mereka segera menikmati hidangan yang disediakan. Meskipun masih teringat dengan pertemuan mereka dengan para pria tadi, mereka memutuskan untuk menikmati waktu bersama dan menikmati suasana hangat perumahan Creetress.Di antara suara tawa dan cerita yang ditukar, Iveryne merasa seperti dia telah menemukan tempat hangat dan ramah di Arvenwood, meski misteri tentang tujuan sebenarnya masih terus menghantuinya.Saat mereka menikmati makanan, seorang gadis kecil berambut pirang menghampiri mereka dengan mata berbinar-binar. Wajahnya dipenuhi dengan kekaguman yang jelas saat dia menatap Iveryne.“Kamu benar-benar cantik!” ucapnya