Hati Kevin hancur berkeping-keping keluarganya hancur berantakan akibat ulah ibunya sendiri ia tak mengira bahwa keluarga Ibunya menyimpan banyak sekali rahasia, ia bahkan tidak tahu sama sekali bahwa Ibunya menutupinya selama ini.Aditya sedikit takut-takut jika anaknya mengetahui akan bersikap seperti tadi. “Ayah hanya bisa berpesan jika kau memang ingin mengetahuinya, jaga sikapmu bersikaplah lebih dewasa. Berpikir dengan matang setelah mengetahuinya,” tukas Aditya.“Katakan, Ayah,” pinta Kevin.“Berjanji dulu kepada ayah,” saran Aditya.“Aku berjanji, ayah, aku akan bersikap lebih dewasa lagi,” jawab Kevin.“Ada dua orang yang bermasalah pada saat itu. Danny dan Dr. Frederick,” aku Aditya yang perlahan mulai membuka aib keluarga istrinya.Mendengar perkataan ayahnya sendiri membuat Kevin tak taha, ia akhirnya mengetahui bahkan membenarkan perkataan Bram akan ungkapan bahwa Ibunya adalah benang merah terjadinya masalah tersebut.Lidah Kevin kelu ketika mengetahui bahwa ucapan Bram
Tangan Kevin gemetar ia akhirnya menghubungi salah satu temannya yang merupakan dokter. “Tolong ayahku!” panik Kevin.Seseorang dari ujung telepon melihat tangkapan layar LCD. “Kevin?” tanya laki-laki itu yang terbangun, ia akhirnya mengangkat telepon tersebut. “Kevin, ada apa?” tanya seseorang dari ujung telepon dengan suara ngantuknya yang sangat berat.Kevin berusaha melihat situasi yang terjadi namun kondisi tersebut benar-benar membuatnya juga tidak tahu. “Ayahku mendadak pingsan, sekembali aku dari apotek, aku mendengar bunyi ‘gedebuk’ aku tak tahu jika itu ayahku,” jelas Kevin.Suara laki-laki dari ujung telepon tersebut berusaha menenangkan Kevin. “Kau pernah memompa jantung manusia?” tanya temannya.“Aku pernah melakukannya! Apalagi yang harus aku lakukan, Felix?”“Panggil Ambulans, Kevin!” balas laki-laki yang bernama Felix. Kevin akhirnya memutus teleponnya dengan Felix dan menelepon Ambulans sesuai dengan perintah temannya yang bernama Kevin itu.Felix yang tak terima akhi
Kevin yang mengetahui bahwa adiknya, Lia ambruk dengan segera memapah tubuh adiknya ke bed yang kosong. Petugas medis membantunya untuk memberikan pengobatan terhadap adik Kevin.Dokter yang melihat bahwa lukanya berada di sekitar lutut kanannya yang masih ada sisa celananya dengan segera memerintahkan suster yang ada di sisi sebelah kirinya. “Potong celananya,” sahut dokter tersebut.“Baik, dok,” jawab suster tersebut yang sudah memegang gunting, ia dengan segera memotong celana Lia yang terkena luka tersebut. Sementara dokter itu berusaha melihat beberapa perlengkapan medis.Dokter tersebut melihat suster yang sedang senggang meminta tolong untuk bisa mendekat ke arah mereka. “Kau tolong ambilkan perlengkapan medis,” perintah dokter tersebut. Suster tersebut mengambil perlengkapan medis yang berada di dekat dirinya.Dokter tersebut mengobati luka yang berada pada lutut Lia, sementara Kevin memperhatikan Lia yang di obati oleh dokter tersebut. Kevin yang tidak ingin adiknya kenapa-k
Sandra yang akhirnya bisa beristirahat bersyukur bahwa setidaknya, ia bisa memulai hidupnya dengan baru. Sandra berusaha untuk tidak memikirkan apa yang menjadi masalah Kevin.Sandra yang akhirnya sudah di pulangkan kerja oleh Tania berusaha untuk menenangkan dirinya setelah kejadian yang menimpa kehidupannya beberapa kali. Sandra sendiri berusaha untuk bisa membalas kebaikan pamannya sendiri.Sandra yang sebenarnya urung akhirnya memperhatikan handphonenya dengan seksama, ia beberapa kali ingin menghubungi Kevin namun hatinya tidak ingin berhubungan secara lebih lagi, ia paham bahwa kondisi dan suasana hatinya tak bagus.“Bagaimana ini? Aku ingin mendengar masukan dari paman,” batin Sandra. Sandra akhirnya hanya bisa mengigit bibir bawahnya seorang diri, ia yang tidak ingin panik jadi semakin kesal kepada Kevin.Sandra akhirnya hanya bisa menutupi perasaannya, ia berusaha menghubungi Tania namun ia juga menyadari bahwa setidaknya ia sudah merepotkan Tania. Namun ia sendiri juga perlu
Sandra yang terbangun dengan segar berusaha untuk menatap layar LCD yang ada di hadapannya sendiri. Dia melihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. “Astaga, baru hari pertama sudah seperti ini,” kata Sandra kepada dirinya sendiri.Dengan segera Sandra bangun dari tempat tidurnya, ia mengambil peralatan mandinya dan menuju ke kamar mandi. Sandra akhirnya terburu-buru untuk pergi kerja, ia akhirnya hanya mengenakan seadanya saja.Sandra yang tergesa-gesa akhirnya berjalan menuju halte bus yang akan membawanya ke tempat kerja barunya. Sandra menunggu beberapa menit hingga akhirnya bus yang membawanya tiba.Sandra melakukan pembayaran dengan menggunakan tap cash di dalam bus, ia memilih duduk di tempat yang paling depan, bus yang membawanya ke kantor berjalan dengan kecepatan standard hingga akhirnya ia sampai di sebuah gedung yang tinggi.Sandra melakukan seperti biasanya, ia menyerahkan kartu tanda penduduknya yang di ganti dengan menjadi kartu akses, memasukkan tasnya ke dalam m
Kevin yang berusaha untuk bisa santai ternyata pada kenyataannya ia juga tidak bisa santai, beberapa kali ia melihat kondisi sekitar namun tetap tidak ada orang yang mencurigakan. Dia dengan segera menuntaskan pekerjaannya.Kevin melihat jumlah makanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut, selang belum lama ia melihat jam kerjanya. “Aahh aku lupa,” kata Kevin terhadap dirinya sendiri.Kevin yang lupa mentransfer sejumlah uang kepada Lia akhirnya mentransfer sejumlah uang kepada adiknya tersebut, ia mengirimkan bukti transfer tersebut bersama dengan ucapan maaf bahwa ia telat mengirimkan.Beruntung Lia sendiri sedang tidak emosi sehingga ia bisa dengan tenang melanjutkan pekerjaannya, ia yang sudah berusaha untuk tidak menggubris akhirnya mulai merasa risih dengan tatapan curiga terhadap dirinya sendiri.Kring KringHandphone Kevin berdering dengan segera ia mengangkatnya takut-takut Felix temannya memberitahu kabar mengenai ayahnya namun ternyata bukan dari Felix mel
Sandra yang kala itu baru pertama kali bekerja harus belajar secara perlahan, ia juga sebenarnya masih mengingat dengan pasti akan kuliahnya. Hari pertama bekerja membuatnya sangat lelah sementara ia sedari tadi belajar untuk menginput dan memperdagangkan.Kepala toko yang mengawasi Sandra juga senang akan kehadiran Sandra di toko, belum lama toko beroperasional mereka sudah mendapatkan pelanggan. Beberapa masuk hanya untuk melihat Sandra saja hingga membuat Sandra sendiri salah tingkah namun ia hanya menganggap itu sebagai pembelajaran saja.Kepala toko yang berada di lokasi juga senang akan kehadiran pelanggan beberapa kali pelanggan yang membeli juga memuji kencantikan Sandra. Tak ayal banyak yang menduga bahwa setidaknya pemicu kehadiran pelanggan adalah Sandra itu sendiri.Kepala toko yang baru saja menerima barang masuk keluar dari gudang belakang. “Sandra, bagaimana dengan hari pertamamu?” tanyanya. Sementara itu wajah laki-laki tersebut memandang ke arah tubuh sintal Sandra.K
Kevin memandang ke dalam kotak tersebut terlihat bahwa Sandra sangat terkejut akan ancaman yang ia dapatkan. Tubuh Sandra gemetar ketika mengetahui ancaman yang terjadi di dalam kehidupannya secara pribadi. “Kita masuk dulu,” ucap Kevin.Belum lama mereka hendak masuk terdengar beberapa suara yang tidak jauh dari sekitar lift yang menuju kamar Sandra. “Di ruang berapa?”“Kamar nomor 10,” katanya yang menjawab dengan segera.“Sepertinya orang baru,” celetuk temannya.“Sudah bawa saja,” perintah temannya, “Tugas kita masih banyak,” kata temannya kepada teman satunya lagi.“Baiklah.” Mereka akhirnya menuruti perkataan bosnya sendiri, laki-laki yang tepat berada di belakangnya membantu mendorong barang berat yang mereka bawa tersebut. Mereka berusaha mengerahkan tenaga demi membawa barang berat tersebut.Kevin yang semakin mendengar ucapan tersebut dengan takut-takut mengajaknya masuk ke dalam kamar milik Sandra tersebut. Sandra terkejut dengan perbuatan yang di berikan Kevin kepada dirin