Share

makanan bersantan membuat susah hamil?

JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN

Bab 3

Aku mengambil nasi untuk mas Alan serta lauk pauknya.

Selesai dengan Mas Alan, aku mengambil nasi untukku. Giliran aku mau menyendok gulai, ibu melarangku.

"Eh, Tiara kamu jangan makan yang bersantan santan, nanti susah hamil loh. Nih makan ini saja" ibu menyodorkan semangkuk kecil toge yang sudah ditumis.

Riset dimana kalau santan buat susah hamil? Ada yang bisa jawab gak?

"Toge tuh bagus buat kesuburan kamu loh" ucapnya dengan mulut penuh.

Aku pun mengambil toge itu dan mengambil sesendok sambal. "Tak apa lah yang penting kenyang" ucapku menyenangkan diri sendiri.

Melihat perlakuan ibu padaku, mas Alan tak hanya diam. Ia menyendokkan beberapa potong ayam serta kuah gulainya.

"Sekali kali gak papa bu" jawabnya dengan mulut penuh.

Sementara ibu mertua menatapku tajam. Aku mengabaikan tatapan ibu dan makan dengan lahap. Sepertinya, Mas Alan memperhatikanku. Seketika ia tersenyum tipis.

"Pelan pelan makannya dek, kaya yang gak makan seminggu kamu" ucapnya sambil tertawa.

Aku hanya tersenyum sambil menunduk. Ibu mertua tidak melanjutkan makannya, ia kembali ke kamarnya dan menutup pintu keras sehingga mas Alan terhenyak.

Entah kenapa, yang pasti ia sedang kesal padaku karena aku telah memakan masakannya. Biarin saja, toh mumpung ada Mas Alan aku harus memanfaatkan waktu ini untuk makan enak.

Kalau soal besok, mungkin aku akan berpuasa saja. Dari pada mengemis meminta sesuap nasi pada ibu. Lebih baik berpuasa, nahan laparnya dapat pahala.

**

Selesai makan, aku mencuci bekas makan. Piring bekas ibu mertua masih terlihat utuh, karena ia hanya makan beberapa suap saja.

"Mmm mas, ini makanan ibu aku habiskan ya? Sayang nanti basi kalo ga dihabiskan, mubajir."

"Emang nya gak papa bekas ibu?" Tanya mas Alan.

"Gak papa mas" ucapku sambil menyuapkan sesendok demi sesendok hingga habis tak bersisa.

Mas Alan masih menungguku di dapur dan sesekali membantuku mencuci piring.

Saat hendak pergi ke kamar, sesuatu melintas di pikiran ku. Aku mengambil sepiring nasi dan semangkuk kecil gulai ayam yang masih banyak itu.

"Kamu mau makan lagi?" Tanya mas Alan terheran.

"Suttt, ngga mas. Nanti aku ceritain di dalam kamar aja" ucapku berbisik.

Tak banyak bertanya lagi, kami pergi ke kamar. Beruntungnya, di dalam kamarku ada rice cooker yang kubawa dari kontrakan. Aku bisa menghangatkannya disana.

Saat sampai di kamar, mas Alan langsung memberondongku dengan banyak pertanyaan.

"Gimana dek?"

"Kamu mau cerita apa?"

"Dan kenapa kamu bawa nasi sama lauknya ke kamar?"

Aku menghela nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Mungkin, mas gak akan percaya apa yang di katakan Ara. Tapi Ara bicara fakta yang sebenarnya" ucapku yang membuat mas Alan mengernyitkan dahinya.

"Ini soal ibu mas" ucapku.

"Ibu kenapa?" Pernyataan ku seperti nya membuat mas Alan penasaran.

"Sebenarnya tadi pagi aku gak sarapan mas. Dan setelah kamu berangkat kerja, aku langsung disuruh suruh ibu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Kalo itu sih aku gak masalah, tapi setelah selesai mengerjakan semua nya aku merasa sangat lapar" ucapku sepotong sepotong mau melihat reaksi mas Alan.

"Ya kalo lapar tinggal makan dek" ucapnya santai.

"Iya, seharusnya sih gitu. Tapi pas aku cek rice cooker, masih kosong. Aku berniat menanak nasi, tapi aku tidak menemukan dimana berasnya"

" Di kolong meja rice cooker dek" jawab nya masih santai.

Aku tersenyum tipis "Hmm sayangnya, tidak ada mas. Saat itu sepertinya ibu sedang belanja sayur karena ia kembali membawa satu kresek bahan masakan. Aku pun bertanya kepada ibu dimana ia menyimpan beras. Dimana coba dia menyimpannya?" Tanyaku yang membuat mas Alan mengangkat bahunya.

"Di kamar mas, aku masih berpikir positif mungkin di dapur ada tikus. Pada saat itu selesai mencuci nasi dan menyimpan nya di rice cooker, aku berniat membantu ibu tapi ibu menolak. Kamu tahu, aku menahan lapar hingga tertidur mas. Dan aku terbangun masih dengan keadaan sangat lapar. Di bayanganku, pasti enak makan nasi anget sama gulai yang ibu masak. Tapi disana tidak ada masakan ibu sama sekali. Akhirnya aku makan dengan bawang dan cabe yang di goreng. Dan asal kamu tahu, ibu memarahiku karena makan terlalu banyak, katanya beras lagi mahal." jelasku panjang lebar, aku tersenyum tipis sembari menahan air mata yang berdesakan ingin keluar.

Mas Alan hanya termenung, entah dia percaya atau tidak. Setidaknya aku sudah berkata jujur padanya.

"Dan nasi ini, aku berniat besok akan puasa. Dari pada menahan lapar karena tidak dikasih makan, mendingan aku berpuasa saja" sambungku, karena mas Alan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Coba tebak, Alan lebih percaya kepada ibunya atau istrinya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status