Richard berdiri di ambang pintu, matanya menyala merah melihat dua insan dalam posisi yang mesra.
Rosie dan Michael saling melepaskan pelukan dan bangkit berdiri dengan kaget.“Dasar tak tahu malu!” suara Richard menggelegar. Wajah merah padam dan semua otot-otot lehernya menegang, menunjukkan kemurkaan yang amat sangat.Michael berpikir bahwa akting Richard sungguh amat bagus, mungkin ia perlu dianugerahi piala oscar sebagai pemain watak pria terbaik.Seorang suami yang ingin menyingkirkan istrinya dengan menyewa gigolo, berpura-pura marah ketika memergoki keduanya bermesraan.Ekspresi kemarahan yang ditampilkan sungguh nyata, puji Michael dalam hati.Selagi ia masih mencerna, tiba-tiba sebuah bogem mentah mendarat di pipinya hingga ia terhuyung ke belakang menabrak meja kerja di belakangnya.Ia terkejut bukan main, apakah sandiwara harus separah ini?Matanya berkunang-kunang karena pukulan yang tak pernah disangka-sangka.Belum habis keka“Mich, berjanjilah kau tak akan meninggalkanku!” isak Rosie. Michael terpaku, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan yang paling menakutkan itu? Tapi apakah ada jalan lain dalam menghadapi perjanjian Jebakan Madu yang telah disepakati? “Mengapa tak menjawab?” Michael tergagap ketika Rosie mengguncang lengannya, gusar melihat keraguan yang tersirat di wajah pemuda itu. “Oh, maaf … aku sedang memikirkan hal lain!” elak Michael. Ia tak mungkin berterus-terang pada Rosie karena kekasihnya itu pasti tak akan memaafkannya. Belum lagi Richard, pria itu pasti akan membunuhnya kalau ia membongkar rahasia perjanjian mereka. “Hal lain apa? Memikirkan cara bagaimana meninggalkanku?” bibir Rosie mengerucut. “Tentu saja tidak, begitu sulit mengejar cintamu, mana mungkin kulepaskan!” rayu Michael seraya membelai pipi Rosie. Kekasihnya masih cemberut, ia tersenyum geli melihat ekspresinya. “Aku marah, mengapa malah senyum-senyum?” Rosie m
Keadaan di supermarket hari itu cukup ramai, Abigail memaksakan diri masuk dalam keramaian karena bahan makanan di kediamannya telah habis sama sekali. Mau tidak mau ia harus membelinya di supermarket terdekat. Setelah memilih sesuai kebutuhan, ibu kandung Michael menuju ke kasir. Ia menghembuskan napas kesal melihat antrian panjang yang mengarah ke kounter kasir. Tak ada pilihan, Abigail mengambil posisi di barisan paling belakang. Tidak lama dari dia mengantri, seseorang ikut mengantri di belakangnya. Abigail mengira orang itu pastilah sesama pembeli yang menunggu giliran membayar sama sepertinya. “Nyonya Abby, sungguh kebetulan!” Abigail memutar kepalanya dan terkejut melihat Kevin berdiri di belakangnya. Tubuhnya menegang, pupil matanya bergerak ke kiri kanan mencari-cari kalau orang yang paling dibencinya juga ada di dekatnya. “Tuan George tidak ada di sini, Nyonya!” kata Kevin menjawab kekhawatiran yang sang
“Maafkan aku, perbuatanku memang tidak termaafkan. Izinkan aku menyelamatkan Michael, dengan begitu ia bisa menyelamatkan drimu dan anak bungsumu!” ucap George setengah memohon. Abigail menggigit bibir, “Seandainya saja aku wanita yang kuat, tentu mereka berdua tak akan mengalami masalah seperti ini. Aku seorang ibu yang gagal.” “Tidak!” secara refleks George meraih jemari Abigail namun wanita itu menarik tangannya dengan ketakutan. “Maaf … maaf … aku tidak sengaja!” George mengatupkan kedua telapak tangan ke depan dada, ia benar-benar menyesali kecerobohannya. Abigail menyembunyikan kedua tangannya yang kurus ke bawah meja, di atas pangkuannya. Ia berusaha untuk mengubur dalam-dalam ketakutannya pada pria di depannya, namun tetap saja tak berani menatap mata hijau George. “Aku tidak bisa memaafkanmu, tetapi aku akan melakukan apapun untuk putraku.’ George mengangguk, ia tidak bisa menyembuhkan trauma dan kebencian di hati Abigail. Semua karena kebodohannya di masa lalu. “Aku
Hari sudah larut malam ketika Michael tiba di apartemennya, ia sempat berpikir ibunya pasti sudah tidur lelap. Tetapi Abigail ternyata sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, seperti sengaja menunggunya. “Mengapa baru pulang, Mich?” tegur Abigail, wajahnya terlihat cemas. “Aku menemani Jonas,” jawab Michael singkat. Ia tak ingin membuat ibunya khawatir dengan keadaan Jonas yang sebenarnya, juga masalah yang sedang dihadapi. “Mengapa Ibu belum tidur? Sengaja menungguku karena ingin membicarakan sesuatu?” Michael duduk di samping Abigail, meraih tangan ibunya dengan lembut. Ia dapat melihat tatapan Abigail sedih, seperti menyimpan rahasia dan kecemasan besar. “Ibu ingin membicarakan sesuatu,’ suara Abigail terdengar agak gemetar. “Ibu seperti mencemaskan sesuatu, ada apa sebenarnya?” tanya Michael melihat kegugupan sang bunda. “Ibu … Ibu sudah memutuskan berdamai dengan ayahmu,” Abigail
Jason berdehem, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya. Perlahan ia memberanikan diri menatap mata Rosie dan berkata, “Michael mengundurkan diri!” Rosie tertegun, ia tak meyakini pendengarannya barusan. Michael mengundurkan diri? Apa maksudnya? Mengapa Michael tak pernah menyinggung masalah ini sebelumnya? “Mengundurkan diri? Apa alasannya?” suara Rosie terdengar bergetar di telinga Jason. “Penyakit yang diderita adiknya semakin parah, Michael ingin menemaninya sepanjang waktu!”kata pria itu beralasan. Alasan itu tidak sepenuhnya bohong, kondisi Jonas saat ini sangat mengkhawatirkan karena tubuhnya semakin lemah dan kemoterapi tidak dapat dilakukan dengan kondisi seperti itu. “Baiklah, aku akan menghubunginya nanti. Terima kasih sudah mengabariku!”Rosie memaksakan senyum hingga terlihat sangat kaku. Jason mengeluh dalam hati, sebenarnya ia tidak suka dihadapkan pada situasi romansa sedih. Tetapi Richard dan M
Rosie menahan diri tidak berteriak memaki, tidak juga berlari mendatangi dan menampar Michael. Ia hanya berdiri seperti patung manekin dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuh rampingnya.Sejenak Rosie bingung tak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Antara tetap menyampaikan tentang berita kehamilan atau berlalu pergi saja. Tetapi bagaimana mungkin meminta pertanggungjawaban pada pria yang sudah memiliki kekasih?Akhirnya Rosie memilih jalan kedua, ia berbalik lalu berlari meninggalkan tempat itu.Michael tertegun dengan ciuman tiba-tiba yang mendarat lembut di bibirnya, ia bahkan tak sempat bereaksi karena berusaha menganalisa apa yang sedang terjadi. Ketika lidah Samantha bergerak menyapu bibirnya, memaksa untuk masuk, di situlah Michael tersadar dan segera menjauhkan diri serta mendorong bahu Sam.“A-apa yang kamu lakukan, Sam?” Michael menatap dokter cantik di depannya tak mengerti.Tiba-tiba ekor mata Michael menangkap bayangan seseorang yang berjalan menjauh di sisi k
“Kau datang hanya untuk merusak kebahagiaanku, Richard?” Rosie menatap Richard kesal. “Mengapa tidak kau urusi saja kebahagiaanmu sendiri?”Richard mendekati Rosie namun mantan istrinya malah surut beberapa langkah menjauh.“Kau tidak mengerti siapa dia sebenarnya, Rosie!” kata Richard serius. “Dia tidak sebaik yang kau kira!”“Lalu kau sendiri apa, hah?” bentak Rosie mulai tersulut emosi. “Jangan seperti maling teriak maling!”“Aku sadar bukan suami yang baik, tetapi aku juga tak ingin kau terjerumus ke lubang yang sama!” Richard bersikukuh, menjadikan kesabaran Rosie makin menipis.“Sekian tahun menikah, kau tak pernah peduli padaku. Sekarang setelah bercerai, tiba-tiba ingin jadi malaikat penolong. Sungguh lucu!” Rosie tersenyum sinis. “Sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi, atau aku akan menuntutmu karena perbuatan tidak menyenangkan!”Rosie menggandeng tangan Michael yang sejak tadi hanya diam mematung, mengajaknya pergi meninggalkan tempat itu.“Rosie, aku …,” Michael mencoba b
Michael duduk di samping ranjang tempat Jonas berbaring tidur, hatinya diliputi kebimbangan. Donor transplantasi sumsum tulang belakang untuk adiknya telah ditemukan, namun saat ini ia tak memiliki uang untuk membayar biaya operasi transplantasi tersebut. Richard tidak hanya mencabut bantuan dana untuk biaya pengobatan Jonas, CEO Eddison Company itu juga menuntut ganti rugi sebesar 300 ribu dollar atas biaya rumah sakit yang pernah ia keluarkan sebelumnya. Jalan satu-satunya adalah meminta pertolongan kepada ayah biologisnya, George. Tetapi apakah laki-laki yang dibencinya setengah mati itu akan menolong setelah ia tolak dengan kasar beberapa waktu lalu. Dengan tangan gemetar ia mencoba menghubungi George melalui ponselnya, tetapi baru saja mengucapkan Hallo ketika tiba-tiba dua orang pria berpakaian polisi memasuki kamar rawat inap tanpa permisi. “Anda yang bernama Michael?” tanya seorang yang bertubuh tinggi tegap. Begitu Michael mengangguk, polisi itu langsung meringkusnya. “