Share

BAB 3 Tertidur dalam Kandang Ayam

Suara ayam jantan yang berkokok keras dengan suksesnya udah bikin aku terbangun. Shit! Sejak kapan papa piara ayam? Makin aneh aja Iaki tua itu!

Dengan malas aku buka mata. Kok masih gelap? Lalu aku sadar ada sesuatu yang nutup mata aku. Ehm sepertinya masker mata.

Spontan aku tarik masker mata itu .

Dimana aku? Ini kandang ayam ya? Apa aku Iagi mimpi buruk?

Gimana bisa aku tertidur di kandang ayam kayak gini!

Dan ada Iagi pemandangan horror di depan aku! Si Erik tidur pulas di lantai beralaskan tIkar dekat tempat aku tidur! Uh bayangin aja, dalam tidurnya pun dia terlihat norak dan kampungan luar biasa!! Gak ada manis—manisnya dikit—dikit pun. la memakai kaus oblong putih, sarung ungu (Iagi—lagi warna yang paling aku benci!!) dan matanya dkayaku pi oleh masker mata gambar Upin—lpin. Jijay! Terus mulutnya ternganga lebar, kadang—kadang ngecap—ngecap sendiri. Dan kakinya mengangkang dengan pongahnya, satu kakinya bahkan nangkring di ranjang yang aku tempati.

Ohmaigod, apa yang terjadi semalam? Kenapa aku bisa ada di tempat si Erik? Dan apa yang dia laku kan ke aku? Aku tambah shock saat menyadari baju aku udah berganti dengan dandanan persis yang dia pakai sekarang!!!

BRAKK !!

Saking shocknya aku jatuh dari ranjang reyot yang aku tempati dan tanpa ampun menindih tubuh si Erik yang tertidur di lantai!

"Eh copot copot copot!!” si Erik berteriak latah.

”Yaallah Mbak! Pagi-pagi sudah akrobatan gini.”

”Akrobat pala Kamu!!” aku jitak kepalanya kesal. Gak ngaruh ke dia kayaknya.

" Masa Kamu  sudah kangen sama aku  Mbak? Baru ditinggal tidur semalam.”

Matanya menatap genit hingga tak sadar aku nutupin dada aku.

"Mau apa kamu? dasar meşum!”

"Tenang Mbak, Santai aja. Aku  ini lelaki alim Mbak...

alim,berbudi dan bercita—cita luhur..aku  tidak neko—neko kok.”

”Ck! Bercita-cita luhur...bulshit!”

”Lho bener Mbak Ena! Cita-cita luhurku ya ngawini Kamu  Mbak!”

Aku melotot kesal sama makhluk hina dina ini. Borwboro taku t dia malah terkekeh. Urat malunya udah putus semua kali ya, kok ada makhluk gak tau diri kayak gini!

"Kamu yang gantiin baju aku ya?” tanya aku curiga.

" Siapa lagi toh Mbak? Kamu  mabuk, baju Kamu  bau kena muntahan. Bisa masuk angin kalau tidak diganti toh "

"Jangan—jangan Kamu manfaatin kesempatan ya!" kata aku menuduh.

Jijik aku bayangin yang enggak—enggak tentang si Erik ini.

"Suwer Mbak, aku  gak ngapa-ngapain. memang Aku  yang ganti baju Kamu  mbak merem melek...eh mbek merem terus Kamu Mbak!" bantahnya.

"Awas Kamu kalau bohong, ntar aku cungkil biji mata Lo!"

"Yaallah sadisnya calon Isteriku ini," komennya pura—pura taku t. Uh cemen Lo!

"Ini tempat Kamu?" Aku berdiri dan melihat kamar sepetak yang lebih mirip kandang ayam ini. Secara wc aku aja jauh lebih gede dan lebih mentereng dibanding tempat si Erik.

"ini kos—kosan ku Mbak, lumayan toh. Rumahku di desa lebih jelek Mbak"

Gak salah ya Papa jodohin aku ama makhluk hina dina yang super kere ini? Pasti ini salah satu cara Papa menghukum aku, tapi hukumannya terlalu tragis buat aku! Papa telah menghancurkan masa depan aku kalau gini!!

Kebencian aku pada Papa semakin mendalam.

Di kampus ini cuma Lola yang bisa ngertiin aku. Meski dia gak mau kayakan aku jadi cewek clubbing, tapi dia gak pernah nge-judge aku negatif gara—gara hobi dunia malam aku itu.

"Jadi Kamu nginep di kos Erik?" Dia membelalakkan matanya saat dengar cerita aku.

"Psshhtttt!" Aku tutup mulutnya rapat—rapat. Hadeh, suara Lola stereo amat sih!

"Aku mabok La. Yang aku ingat dia dengan semena—mena membopong aku keluar dari klub."

"Cih, barbar juga tuh orang. Gak sesuai dengan citra kampungannya," komentar Lola rada kagum gitu.

"Udah, gak usah muji. Eneg aku ndengerinnya! Jujur aku bingung ngadepin makhluk purba ini La. Niatan aku mau ngerjain dia gak berhasil. Jutekin dia juga gak mempan. Dia cuek aja saat aku sadisin dia. Bahkan tanpa malu dia terus buntutin aku. Trus meski aku maki—maki dia nyantai aja. Jadi aku mesti gimana?"

Lola terkekeh mendengar keluhan aku.

"Kena batunya Kamu say, dapat cowok model ancur kayak gitu tapi gak bisa Kamu singkirin. Dia nempel bagai lintah. Tapi btw aku jadi kagum ama kegigihannya, Elena. Jarang lho ada cowok yang bisa sabar ngadepin Kamu kayak gitu."

"Udah aku bilang jangan muji! Mau muntah aku La."

Lola tertawa terbahak—bahak melihat kegalauan aku.

"Nah tuh orangnya nongol," katanya sembari nunjuk si Erik.

Aku langsung cabut begitu lihat dia mau nempel aku. Eh, dasar gak tau diri, si Erik malah ngejar aku sambil teriak—teriak,

"Mbak Ena! Tunggu Mbak! Enteni aku  Mbak!"

Aku terus ngibrit, eh dianya ngomong makin ngacau hingga bikin kita jadi bahan perhatian di kampus!

"Yaallah Mbak! Pagi-pagi ngajak lari kayak filem India! Tunggu aku  Mbak! Tunanganmu ini masih belum sarapan. Tega Kamu  Mbak!

Suara cemprengnya bikin yang dengerin ketawa—ketiwi. Rasanya aku pengin menguburkan diri aja! Ancur martabat aku!!

Aku brenti dan membekap mulut toanya!

"Bisa tutup mulut gak! Aku robek mulut Kamu ntar!"

"Hmmmhhh hpppphhhh," dia berusaha ngomong tapi aku tutup mulutnya rapat—rapat!

Lalu dia membuka tutupan tangan aku hanya dengan sedikit usaha. Gile! tenaganya kuat sekali.

"Mbak Ena, salah sendiri kenapa lari dari aku . Ya kukejar sambil teriak. Kan itu filemnya Mbak..Kejarlah Daku  Kau Kutangkap. Yayangku ini memang seneng dikejar ya."

"Bacot Kamu!! Ngapain cari aku. Sudah dibilang di kampus jangan cari—cari aku, pu.."

"Pura—pura gak kenal!" dia memotong ucapan aku.

"Nah tuh ngerti.”

”Ngerti Mbak, Ngerti Mbak, tapi aku  tidak mau. Aku  ini terlanjur suka sama Kamu  Mbak. Sehari tidak ketemu serasa setahun je!” rayunya kampungan.

'Udah gak usah ngrayu! Jayus tau. Mau muntah aku dengernya! l'

”Lho Gimana toh Mbak? Aku  ini tidak ngerayu Lho, ini dari hati aku  paling dalem .”

ARGHHHH! pengin aku lipat-lipat aja nih orang, trus aku masukin koper. Buang aja ke laut!

Aku  sudah tidak tahan lagi dengan kelaku an Erik aku  buru-buru pergi masuk ke kampus supaya tidak berlama-lama Bersama Erik

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status