Angin dingin itu berhembus pelan bersamaan dengan kedatangan Sassafras ke tengah langit Atiria. Sayap abu gelapnya terlihat kontras dengan langit merah yang tercipta karena kekuatan Sigrid Hatron dalam tubuh Putri Florian. Tanpa aba-aba makhluk itu segera terbang rendah sambil mneymburkan nafas esnya membunuh pasukan kerajaan Crator dan pasukan Lucian Dorgon.“Sassafras telah bebas,” gumam Nerwin pelan.“Itu artinya, Rachel telah bangkit. The Amethys, dia mungkin akan tiba di tempat ini,” sahut Ethan cepat.Pasukan kerajaan Crator yang mendapat serangan mendadak dari Sassafras terlihat kesulitan. Dalam waktu sekejap ratusan prajurit mereka telah tumbang atau terluka karena panah es yang dilepaskan oleh Sassafras.Melihat keadaan yang berbalik dalam waktu singkat, Lucian Dorgon segera maju dan menyerang Sassafras. Pria itu maju ke tengah tebing Atiria dan merapalkan sebuah mantra. Beberapa saat kemudian sebuah bola api besar muncul di depan Lucian. Bola api itu terus membesar hingga se
Berbeda dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Kedatangan sosok itu terlihat jauh lebih mengerikan di banding apa yang mereka harapkan. Sosok itu berdiri tegak di atas kepala naga yang menjadi tunggangannya. Gaun ungu gelapnya melambai ketika angin berhembus kencang. Langit merah sebelumnya berubah menggelap. Gelegar petir yang tadi menyambar juga semakin senter terdengar, tapi hanya dengan satu gerakan singkat sosok itu. Semua gejolak alam di sekitarnya menghilang.Satu tangannya terangkat, gerakan ringan untuk menjeda alam yang meronta marah. Gelombang samudera menjadi tenang. Angin berhempus pelan, dan langip gelap berubah sedikit lebih cerah. Cukup cerah untuk melihat keindahan misterius sosok tersebut.“Sigrid, kau benar-benar bangkit,” sapa sosok itu.Dia masih berdiri di atas Sassafras yang melayang di langit, tapi suara pelannya terdengar di seluruh penjuru Atiria. Menyapa sosok Putri Florian yang kini telah menjelma sebagai Bloodstone Princess, Sigrid Hatron.Tak ada yang
“Akan tiba giliran kalian, tapi saat ini aku akan membebaskan jiwa-jiwa tak bersalah ini.”*** Rachel menatap pasukan mayat hidup yang berbaris di belakang Lucian. Sorot mata tajam gadis itu terlihat dingin tak bersahabat. Orang lain memandang ribuan mayat yang berdiri tak bernyawa itu dengan wajah ngeri, tapi di mata Rachel ada jiwa-jiwa yang sedang menangis dan berteriak meminta tolong di sekitar mereka.Jiwa-jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang tak bisa hancur dan jiwa yang di korbankan untuk sebuah ritual terlarang. Jiwa jiwa yang terbelenggu dalam sebuah mantra perjanjian bernama mantra pengikat jiwa. Dulu yang di ketahui Rcahel mungkin hanya lah kekejaman klan Redrock yang melakukan pembantaian, tapi kini setelah melihat semua ini Rcahel telah paham. Semua korban kekejaman klan Redrcok itu ada di depannya. Rakyat kerajaan Crator yang mereka bantai ternyata di belenggu dalam sebuah perjanjian terlarang.“Kau yang memilih jalan hidupmu. Sekarang, jangan sampai kau menyesali ap
Hampir sama seperti kedatangan sosok The Amethyst, kebangkitan kekuatan Bloodstone membawa perubahan tersendiri pada alam. Sebuah kabut merah dan batuan Bloddstone tumbuh di sekitar Atiria. Batu Kristal itu menjulang tinggi dan hamir menutupi setiap permukaan Atiria dengan cahaya merah yang terpancar dari kristal tersebut. Bahkan langit di atas mereka seakan ikut mamntulkan cahaya kemerahan kristal itu.“Justru karena dia pengikut Aeolus, maka dia adalah yang paling tepat sebagai penyempurna jiwaku. Karena dia menyempurnakan kekuatan Bloodstone, yaitu kecepatan,” tukas Sigrid.Lalu secepat angin wanita itu telah melesat ke arah Rachel dengan satu pedang di tangan kirinya. Wanita itu melesat menyerang Rachel dengan senjata di tangannya. Rachel dengan sigap menarik sebuah pedang di sekitarnya dan menangkis serangan Sigrid.Zlassh ... Benturan kekuatan Amethys dan Bloodstone menciptakan sebuah getaran gelombang merambat yang membuat smeua orang terdorong mundur. Kedua pemilik kekuatan a
“Diantara ribuan bintang, ada banyak yang terang penuh sinar. Dilingkupi kehangatan dan membawa kebahagiaan. Namun, di satu sudut langit ada sosok yang kelam. Tersembunyi dalam kegelapan. Penuh rahasia dan kesepian.”“Dia hanyalah satu dari bagian langit yang memutuskan untuk menyendiri. Diam jauh dari pandangan. Sebagai pengamat tanpa turun tangan. Namun, sekiranya dia datang maka percayalah bahwa dia telah habis kesabaran.”*** “Lihat ini Rachel! LIHAT!!” teriakan Sigrid menggema memenuhi langit. “Lihatlah bagaimana aku menghanguskan mereka! Lihat bagaimana aku menghancurkan kerajaan yang kalian jaga! Ha... ha... ha... .”Kening gadis itu berkerut. Otaknya tengah berputar. Dengan rasa pening yang tiba-tiba menghantamnya dia mencoba melesat secepat mungkin mengejar sosok Sigrid.‘Kau tak akan bisa mengalahkannya’ suara Sassafras terdengar di telinga Rachel. Naga itu masih terhubung dengannya.“Aku bisa!” tegas Rachel dalam gumaman pelan.Langit gelap itu telah menghitam sempurna. Bu
Cahaya terang menyinari tempat itu. Sepanjang mata memandang hanya ada langit tak bertepi dan padang rumput luas tak berpenghuni. Hanya terdengar desau angin dan suara samar burung di kejauhan.Di antara ilalang yang bergoyang pelan, seorang gadis tengah berbaring. Rambut coklat keemasannya yang panjang menyatu dengan tanah kecoklatan di sekitarnya. Kulit putih pucatnya berpendah layaknya dilapisi oleh kerlip bintang yang berpendar memantulkan cahaya. Satu tagan gadis itu menutupi kedua matanya. Ketika tangan itu perlahan terangkat, mata gadis itu terbuka pelan memperlihatkan mata coklat keemasan terindah yang pernah ada. Terang dan dalam. Seakan mata itu mampu melihat menembus apapun yang ada di depannya.Gadis itu perlahan bangkit, menarik kedua kakinya dan membawa tubuh tinggi semampainya bangkit. Gaun putih pucat gadis itu perlahan melambai bersama dengan hembusan angin.Satu tangan gadis itu kembali terangkat. Jemari lentiknya bergerak menyentuh udara kosong di depannya. Satu ket
Percayalah Rachel tak mengerahkan segala kemampuannya kala itu untuk mengalahkan Sigrid. Bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena Rachel tak ingin ramalan Putri Emerald menjadi kenyataan. Rachel harus tetap bisa mengendalikan diri dan kekuatannya hingga dia selesai berurusan dengan Sigrid. Rachel tak yakin ke mana Sigrid pergi, dia hanya melesat terbang mengikuti jejak kekuatan milik wanita itu yang menuntunnya meninggalkan Atiria. Ketika Rachel melesat di atas langit, cahaya ungu terlihat memandang mengikutinya. Layaknya ekor meteor yang jatuh ke bumi. Orang-orang di bawahnya yang melihat cahaya ungu melesat di atas mereka semakin ketakutan sebab mereka yakin bahwa kali ini, Amethys benar-benar telah bangkit sempurna. Rachel berhenti di sebuah dataran tinggi di pegunungan yang terlihat tak asing dimatanya. Padang rumput hitam sejauh mata memandang dengan aroma aneh yang mengusik indera penciuman. “Mithre,” desis Rachel menyadari dimana dia berada. Rachel menelisik ke sekita
Cahaya fajar terlihat di ufuk timur. Cahaya kemarahan yang telah di tunggu-tunggu setelah malam panjang yang hadir tiba-tiba. Helaan nafas lega hampir terlihat pada seluruh penduduk Crator saat mereka berhasil melewati satu malam yang mencekam. Malam dimana kerajaan mereka mungkin akan musnah karena kebangkitan sosok dalam ramalan.Suatu penuh suka cita terlihat dirumah rumah yang penduduknya mulai saling memeluk dalam isak tangis penuh kelegaan. Tanpa mereka ketahui, bahwa nasib mereka baru saja mulai di tinjau pagi ini.*** Cahaya matahari pagi menyinari pegunungan Mithre dengan sinar hangat. Cahaya terang keemasan itu jatuh tepat di atas rumput hijau segar yang dipenuhi embun di setiap pucuknya. Indah, tapi ingat bahwa sebelum itu ada rumput hitam mematikan tumbuh sebelumnya.Rachel berdiri di sana, kali ini dia telah bertekad menyelesaikan segalanya. “Kau benar-benar terlalu membanggakan dirimu sendiri, Rae,” sentak Sigrid. Wanita itu bangkit dan