Share

Perihal Cucu

Anna mengedikkan bahu lalu melanjutkan makannya, sedangkan Gerald kaget melihat Jeremy yang tiba-tiba ada di sana.



Gisela mengedipkan sebelah matanya, memberi kode kalau Jeremy memang suami Anna. Pasalnya Rafael saat itu tidak pergi ke pernikahan Anna karena ia sedang bertandang ke Paris jadi Rafael tidak tau siapa suami dari Anna.



"Dunia memang sempit, dan ternyata kau adalah istri Mr Jeremy,"



Jeremy tersenyum tipis, ia juga tidak tau bila Anna kenal dengan Rafael.



"Silahkan duduk Tuan," ujar Gisela memperkenankan Jeremy bergabung di mejanya.



Anna hanya menunjukkan wajah datarnya. Ia masih kesal dengan Jeremy.



Suasana mendadak menjadi hening, Gisela yang awalnya banyak bicara sekarang langsung diam, pun dengan Anna.



Jeremy dan Rafael tampak menikmati makanannya, tak tau jika Gisela dan Anna sedang beradu tatap merasa canggung untuk membuka suara.



"Ekhem!" Gisela berdeham. "An bagaimana mengenai sekolah Gerald?"



"Oh iya aku hampir lupa ingin membahas itu," sahut Anna. "Jer kau ingat kan kemarin aku katakan bahwa aku memiliki teman seorang guru?"



Jeremy mengangguk sambil menatap Anna, "Ya dia orangnya, Gisela."



Kalau mengenai Gisela, Jeremy tau bahwa perempuan itu adalah teman Anna.



"Aku rasa Gerald bisa sekolah di tempat Gisela mengajar,"



"Ya aku terserah kau saja,"



Anna memutar bola matanya malas, sebenarnya manusia jenis apa Jeremy ini? Mengesalkan sekali.



"Menurutku lebih baik Gerald daftarkan saat penerimaan murid baru saja An, kalau kau daftarkan sekarang tanggung sekali," kata Gisela. "Bulan depan sudah masuk penerimaan murid baru." tambahnya.



"Begitu ya? Baiklah," sahut Anna. Ia beralih menatap Gerald yang berkutat dengan lego yang tadi Anna belikan. "Kata Aunty Gisela, Gerald baru bisa sekolah bulan depan Sayang,"



"Iya Mommy," jawabnya.



Untunglah Gisela dengan skill cerewetnya bisa mencairkan suasana awkward di sana. Sesekali Jeremy mengulum senyum tipis melihat tingkah pasangan kekasih di depannya.



Karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Gisela dan Rafael pamit untuk pulang terlebih dulu, "Kalian jangan lupa datang akhir pekan nanti!" kata Gisela sambil melambaikan tangan.



"Aku usahakan datang Gis," sahut Anna. Tadi Anna juga meminta maaf karena tidak bisa membantu Gisela mempersiapkan pestanya. Dan Gisela memaklumi itu, meski ada sedikit perasaan tidak enak Anna kepada Gisela, sebab Gisela adalah satu-satunya sahabat Anna yang ada selama ini.



"Apa kau ingin langsung pulang?" tanya Jeremy.

Anna mengangguk, "Ya lihatlah Gerald sudah mengantuk." Mata hitam milik Gerald menatap Anna, "Ayo mommy gendong. Tampaknya kau kelelahan ya Sayang."

Anna berdiri merentangkan tangannya hendak mengendong Gerald. Tetapi Jeremy menghalanginya, "Biar aku saja!" ucapnya.

"Mommy," mata Gerald yang tadinya mengantuk berubah berkaca-kaca.

"Tidak usah Jer. Gerald takut kepadamu!"

"Oh ayolah, kau anak laki-laki jangan manja!" ujar Jeremy sedikit keras kepada Gerald.

"Jer!" sentak Anna. "Berapa kali ku bilang, pelankan suaramu!" Anna menarik Gerald lalu menggendongnya.

Anna berjalan mendahului Jeremy, ia geram dengan tingkahnya. Tidak bisakah dia berbuat untuk lebih halus dalam berucap, terlebih mereka sedang berada di tempat umum. Anna kasian melihat Gerald yang ketakutan. Bukan salah Gerald ia takut pada Jeremy, karena memang Jeremy yang melakukan hal-hal yang membuat anak laki-laki tersebut takut.

Anna mendekap tubuh Gerald, rupanya dia sudah tertidur di gendongan Anna. Jeremy yang melihat Anna menggendong Gerald terenyuh hatinya. Bahkan Mauren dulu benar-benar tidak peduli dengan Gerald entah dia sudah makan atau belum, Mauren tak mau tau sedangkan Anna yang hanya ibu sambung anak laki-laki itu, tampak selalu mendahulukan Gerald dalam apapun.

Saat tadi ia juga melihat Anna memisahkan tulang-tulang ayam sebelum Gerald makan, ia menyuapi Gerald padahal makanannya sudah tersaji di meja. Tidak hanya di rumah, di luar pun Anna tidak malu melakukan itu.

Jeremy sedikit takjub dengan wanita yang kini berjalan di depannya, higheels yang ia gunakan tidak sedikit pun membuatnya mengeluh. Ah sial! Sekuat apa tenaga Anna?

***

Tak terasa, akhir pekan tiba.

Perdebatan Jeremy dan Anna masih terus berlanjut.

Tapi, khusus hari ini dia akan menahannya karena harus pergi ke undangan pesta Gisela dan Rafael.

Tentunya ia akan mengajak Gerald.

Jeremy? Entah terserah dia, Anna tidak memikirkannya.

Mereka kini berada di satu meja makan sedang menikmati sarapan. Seperti biasanya ia akan mengambilkan makanan untuk Gerald terlebih dulu setelah Gerald selesai makan, barulah Anna.

"Gerald mau ayam?" tanya Anna.

Gerald mengangguk, "Jangan pakai sayur Mom. Gerald tidak suka." ujarnya menolak saat Anna hendak memberikan sayur di piringnya.

Tidak heran melihat anak seusia Gerald tidak suka dengan sayur, namun Anna tak kehilangan akal untuk membuat anaknya tetap makan sayur.

"Memangnya sayur tidak enak?"

Gerald mengangkat kedua tangan menggerak-gerakkan di depan dadanya seolah berkata "tidak"

"Tapi Gerald tidak suka Mom." keukeuhnya.

"Gerald ingin sehat dan cepat besar tidak?"

Gerald mengangguk antusias, "Mau Mom!"

"Nah makanya biar sehat dan cepat besar Gerald harus makan sayur."

"Apa harus Mom?"

Anna mengangguk, "Gerald mau mencobanya?"

Gerald terlihat bimbang, namun kemudian ia mau.

Anna tersenyum lalu mengambilkan sedikit sayur ke piring Gerald, "Sedikit dulu kalau Gerald tidak suka tidak apa-apa."

"Baik Mom," Kalau memang Gerald tidak suka, Anna akan memikirkan cara lain mengingat diumurnya yang sekarang ia butuh banyak konsumsi sayur apalagi tubuh Gerald yang kurus seperti itu.

"Gerald tau binatang kelinci?"

"Tau Mom."

"Kelinci suka makan apa?"

"Wortel," jawab Gerald sambil menunggu Anna melanjutkan bicaranya.

"Nah Gerald pernah melihat kelinci memakai kacamata tidak?"

"Tidak pernah," sahut Gerald.

"Makanya Sayang, sayur itu penting 'kan?"

Gerald meringis, "Iya Mom. Mulai sekarang Gerald harus suka sayur biar sehat dan cepat besar. Gerald ingin melindungi mommy!" serunya.

"Sayang!" Anna memeluk tubuh Gerald terharu. Tampak Gerald juga sangat menyayangi Anna.

Di sisi lain, Jeremy menahan tawa. "Ada-ada saja wanita ini," batinnya.

Hanya saja, ada satu hal yang mengganjal.

Dia tak suka dengan interaksi keduanya yang seolah menganggap pria itu tak ada!

"Ini meja makan! Bukan tempat menye-menye!" sewotnya.

Anna lantas melirik tajam Jeremy, "Kau iri?" sinisnya.

Jeremy tersenyum miring, "Untuk apa?!"

"Dasar gila!" lirih Anna yang masih bisa di dengar Jeremy.

"Apa katamu?" bentak laki-laki tersebut.

"Apa?" tantang Anna. "Ini meja makan, kalau kau masih ingin marah-marah lebih baik pergilah!" Anna benar-benar tidak takut, bahkan ia berani mengusir Jeremy.

Wajah Jeremy merah padam, ia menahan amarahnya. Nafsunya untuk makan sudah hilang, tanpa bicara ia beranjak pergi dari sana. Gerald menatap Anna takut, "Tidak apa-apa Sayang. Daddy hanya sedang banyak fikiran."

Sayangnya, Anna tak tahu saja bahwa tindakannya itu sangat mempengaruhi Jeremy!

Dengan menggulung kemejanya sampai lengan, ia mendobrak pintu ruangannya dengan cukup tenaga.

Frans sendiri hanya menggelengkan kepalanya, sudah tau apa yang membuat sahabatnya uring-uringan seperti itu. "Anna lagi?"

"Diamlah!" Jeremy berlalu duduk di kursinya lalu mengusap wajahnya kasar. "Sialan!" Ia terus mengumpat.

"Aneh, kalian itu suami istri. Jangan seperti bocah, sebentar lagi papa kau pulang Jer. Pasti dia akan menanyakan soal cucu."

Ya, Robert sedang berada di US dari seminggu yang lalu, ada beberapa pekerjaan yang memang harus diurusnya.

Pasti, pria tua itu akan merecoki Jeremy, kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status