BU NAFIS DAN SEMUA TINGKAH AJAIBNYA!
"Ibu mertuaku akan merasa terdzolimi dan berkata seolah tidak ada yang membuat mertua bahagia, padahal sebenarnya kami anak-anaknya sudah berusaha membahagiakannya semaksimal mungkin, Ma. Tapi entah mengapa Bu Nafis selalu merasa kurang-kurang dan kurang, Mah! Bahkan akhir-akhir ini ada satu hal konyol yang mungkin Mbak Eva pun belum tahu," gumam Dinda."Hah? Apa itu, Dek?" sahut Eva penasaran. Dia benar- benar tak tahu apa- apa kali ini. Rasanya kemarin saat bersama sang suaminya dan Ibu mertuanya menyelesaikan semua tanggungan di Bank, semua berjalan baik- baik saja. Bahkan Ibu mertuanya tampak anteng- anteng saja tak menunjukkan gejala akan melakukan hal konyol atau tingkahnya yang ajaib. Bahkan sang Ibu cenderung diam juga, lebih banyak diam saja dan tak membicarakan masalah lain dan dia juga tidak tahu rencana apa yang ingin dilakukan ibu Nafis mertuanya itu. Tapi jika Dinda mengatakan hal seperti itu, tentulah rencana ituMERTUA YANG MENCINTAI MENANTU? BULSHIT!"Ketiga, Tidak percaya diri. Jelas. Orang social climbertidak memiliki percaya diri yang tinggi. Dia akan percaya diri saat menggunakan apa yang bermerk dan terkenal serta diakui publik. Pada dasarnya orang tersebut memiliki sifat rendah diri. Social climber bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan," lanjutnya."Apakah Bu Nafis masuk dalam semua kategori itu?" tanya Mama Dinda."Benar!" sahut Dinda dan Mbak Eva secara bersamaan kemudian mereka tertawa bersama."Mengingat social climberini merupakan kelainan sosiologis dan psikologis, bisa dikatakan orang yang mengalami ini mengidap penyakit kejiwaan. Hal ini disebabkan karena orang tersebut tidak berperilaku sebagaimana dirinya sendiri. Tapi melakukan apa yang dilakukan orang lain supaya sama. Ciri-ciri orang yang memiliki kelainan tersebut akan terlihat Gelisah. Dia akan gelisah setiap saat. Apalagi setiap komunitasnya terlihat menggunakan barang bermerk tertentu. Akan sus
MENCOBA MENGERTI BU NAFIS DAN TANTRUMNYA!"Dari penjelasan kalian semua sebenarnya yang paling menyeramkan adalah saat mereka berpura-pura mencintai para menantunya. Coba pikirkan lagi apakah mertua kalian Bu Nafis itu berpura-pura mencintaimu? Ketika di hadapan anaknya, mungkin? Atau Bu Nafis mengatakan bahwa dia mencintai para menantunya di hadapan semua orang? Dan melakukan apa saja, namun tidak berusaha untuk menghabiskan waktu bersama kalian atau mengenal kalian?" tanya Mama Dinda."Benar, Bu. Tapi Bu Nafis selalu berkata kepada teman- temannya bahwa kami menantunya yang tak mau bergaul dengannya. Padahal Ibu Nafis sendiri yang sibuk dengan dunianya sendiri, Bu. Lalu bagaimana cara menghadapi mertua toxic, Bu?" tanya Eva."Memang seringkali, perilaku toxic mertua merupakan cerminan dari sesuatu yang lebih dalam, seperti rasa takut kehilangan anak mereka, hingga trauma antargenerasi. Mendiskusikan perilaku mertua kalian kepada dengan pasangan kalian terkadang dapat membantu menjel
JADI MISKIN DI HADAPAN MERTUA!"Nah, inilah yang menyebabkan mungkin baik suamimu, Zain. Ataupun suami Dinda itu kaget, mereka bingung dan syok mengapa tiba-tiba istrinya menjadi seorang wanita yang memberontak? Percayalah semua itu ada sebabnya," ucap Mama Dinda. Jika mertua sudah benar-benar menghalangi waktu dan ruang gerak, maka sebagai pasangan harus mendiskusikan masalah ini terlebih dahulu dengan pasangan. Selain itu, selidiki pula alasan di balik perilaku mertua. Terkadang, ketika kita memiliki pemahaman yang lebih baik tentang motif seseorang, hal ini akan membantu untuk memfasilitasi percakapan yang saling menghormati tentang masalah tersebut. Jelaskan pada mertua, bahwa meskipun sebagai menantu senang menghabiskan waktu bersama mereka, penting bagi menantu dan pasangan untuk memiliki waktu sendiri, hal ini dilakukan untuk membantu meredakan intervensi. Namun, jika menantu merasa anggota keluarga pasangan bersikap kasar, cobalah batasi kontak mereka dengan m
KEDATANGAN HASAN DAN PAK HENDI!"Hus! Jangan bicara seperti itu, Nduk. Tidak ada kata penyesalan loh, memang ini sudah jalan takdirmu kok. Jadi kau bisa mengambil pelajaran kedepannya nanti. Jika suatu saat kau memiliki anak jangan terlalu membebaskannya memilih jodoh seperti Papa dan Mama dulu, terlalu mempercayakan kepada anak dan ingin anak bahagia, eh tapi nyatanya apa?" tanya Mama Dinda."Apakah sebegitu kecewanya Papa dan Mama?" tanya Dinda. "Apa? Kecewa? Bohong rasanya jika Mama bilang tak kecewa. Rasa kecewa itu pasti ada. Tapi mau bagaimana lagi? Bukankah Hasan lelaki pilihanmu sendiri, Nduk?" sahut Mama Dinda. Dinda pun menganggukkan kepalanya, karena memang Hasan adalah lelaki pilihannya sendiri. Padahal dari awal Papa nya alias Pak Bukhori sudah memperingatkan Dinda. Salah satu upaya orangtua yang sangat mulia adalah memilihkan pasangan yang baik untuk anaknya yang hendak menikah. Ini tentu sangat baik sebagai bentuk kehati-hatian orang tua agar anakny
DRAMA BARU"Waalaikumsalam, ada apa kok tumben telepon, Mbok? Apakah ada tamu yang penting datang?" tanya Bapak Dinda."Pak gawat, Pak! Gawat!" pekik Mbok Jum tertahan."Kenapa, Mbok? Ada apa?" tanya Papa Dinda heran."Ini Mas Hasan, Pak. Mas Hasan suami Mbak Dinda datang kemari," bisik Mbok Jum lirih.'Deg' Pak Bukhori kaet mendengar ucapan Mbok Jum. Dia tak mengira bahwa menantunya itu memiliki keberanian juga medatanginya ke rumahnya. Dia pikir Hasan tak berani datang."Apakah mungkin Ibu mertuanya juga datang ya?" batin Pak Bukhori."Apa dia datang sendiri ke sana, Mbok? Atau sama siapa, Mbok?" tanya Pak Bukhori penasaran."Entahlah, Pak. Tapi dia datang tak sendiri, memang dia datang bersama seorang lelaki setegah baya. Katanya tetangganya, Pak. Mereka hanya berdua naik mobil ke sini, tidak tahu mobil siapa. Warnanya silperr, Pak," ujar Mbok Jum ketakutan dengan bahasa medoknya."Pak, saya harus mengatakan apa? Bapak tahu tidak, tadi mereka sudah bertanya dimana Bapak kok tidak
DIAM BUKAN EMAS! Dinda yang memang tidak tahu kedatangan suaminya cukup kaget. Begitu pun dengan Hasan yang melihat Dinda datang, bahkan taka lama motor Mbak Eva menyusul di belakang."Ada apa ini?" tanya Hasan."Kenapa dia ada di sini, Pa?" tanya Dinda."Sttt! Kau diam saja, Nduk. Mari Papa antar ke atas, biar Papa nanti yang menjelaskan semua pada Hasan. Kau tak usah menjawab apapun," perintah Pak Bukhori.Melihat Dinda sang istri yang tak menjawab, Hasan pun mendekati sang istri yang berjalan dengan di gandeng Papa dan Mama nya. Mbok Jum dari belakang pun langsung datang menyambut kedatangan mereka."Ambil semua barang di bagasi, Mbok!" perintah Pak Bukhori."Nggeh, Dek," jawab Mbok Jum."Ayok sini tak bantu, Mbok," ucap Eva yang tiba- tiba datang di samping mereka setelah motornya di parkir di belakang."Dek sebenarnya kau dari mana, Dek?" tanya Hasan."Mengapa kau di sini sih, Mas!" jawab Dinda dengan sinisnya."Jangan mendekat!" pekik Dinda saat Hasan hendak mendekatinya."Ast
DEBAT MERTUA VS MENANTU!"Sebab, faktanya rata-rata pria adalah makhluk yang kurang peka. Mereka lebih mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan. Jangan sampai pernikahanmu hancur hanya karena enggan untuk mengkomunikasikan masalah sekecil apapun itu," jelas Hasan."Sudahlah Hasan, jangan berdebat hal yang kiranya tak penting sekarang. Lebih baik berkacalah dulu sebelum kau berkata seperti itu," tegur Pak Bukhori yang cukup tersinggung atas ucapan sang menantu.Bagi Pak Bukhori Hasan berkata seperti itu tanpa dia sadari bahwa dirinya sendiri selama ini menjadi suami belumlah sempurna namun menuntut istri yang sempurna dan mengerti dirinya. Bahkan Pak Bukhori merasa kali ini Hasan kelewat batas menegur sang istri di hadapn orang tuanya langsung. Andai saja saat ini anaknya yang salah mungkin dia akan terima saja, tapi saat ini dia tahu yang salah bukanlah anaknya namun keluarga besannya."Maksudnya, Pak?" tanya Hasan mulai tersinggung dengan ucapan mertuanya. Mungkin karena lel
KENYATAAN DAN PUKULAN TELAK! Sepersekian detik dia baru sadar mengingat sang istri sekarang sedang hamil muda. Hasan mengusap wajahnya dengan kasar."Astaghfirullahaladzim!" pakik Hasan tertahan."Jangan begitu kau, Nak! Istigfar. Berpikir yang positif saja," tegur Pak Hendi. Seketika Hasan terdiam, pikirannya kacau sekarang. Untunglah tak lama pak Hendi Bukhori turun dari lantai dua. Dia turun sendiri tak ditemani dengan sang istri kemudian menyapa Hasan dan pak Hendi bersalaman sejenak dengan para tamunya."Maaf ya kalau saya lama," ujarnya."Tak apa-apa Pak," sahut Pak Hendi."Mbok sirup untuk tamu-tamu jangan lupa di keluarkan. Siang- siang begini paling enak minum sirup. Tolong buatkan ya," perintah Pak Bukhari melihat para tamunya hanya di suguhi secangkir kopi. Kepada tamu yang berkunjung, sangat disarankan menghidangkan makanan dan minuman yang terbaik. Akan tetapi, jangan sampai ketika menghidangkan makanan yang terbaik, kita jadi menyulit