Share

Part 94 Usapan Jari si Kecil

Apa mau dikata, nyatanya belasan menit kemudian hujan tercurah dengan begitu derasnya. Seakan mengungkapkan besarnya kerinduan pada tanah Kota Daeng. Berhari-hari terperangkap di atas sana menjadi awan dan menunggu petir melepaskan ikatannya.

Butiran deras itu bagai biji-biji berlian yang tumpah ruah. Derasnya menyisakan pekat bagai tirai kabut. Semakin lama melukis genangan di jalanan.

Mendadak jaringan seluler ponselku berkurang. Aku tidak bisa terhubung dengan aplikasi yang kuinginkan. Kuhubungi Ibu Jannah jika aku akan datang terlambat karena hujan deras.

Tepat ketika kilat menyambar, aku terlonjak. Seberkas cahaya itu menyapa langit kelabu. Aku kembali berlari ke lorong kelas. Jangan sampai tersambar petir jika aku terus berdiri di teras.

"Ibu lihat tidak, tadi si Siluman Rubah itu dandan. Saya yakin mau gaet cowok," kata salah seorang wanita.

Terdengar suara khas kursi plastik yang ditarik. "Iya, saya juga lihat. Antar anak ke sekolah saja, dia dandan seperti itu."

Aku mengernyi
Rat!hka saja

Ada saingan nih ....

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status