“Kesimpulan macam apa itu.”
“Bukankah memang biasanya begitu. Jika seseorang mengalami hal buruk maka dia akan menghindari pergaulan sosial dengan kata lain lebih memilih sendiri dan mulai melakukan pengobatan.”
“Tidak semuanya bisa disimpulkan seperti itu. aku juga tidak mengerti. Jujur saja ini terbilang membuatku panik. Tidak mungkin jika dia memilih menghilang hanya karena suatu alasan. Apa kau tidak berpikir begitu?”
“Benar juga. Tapi tidak menutup kemungkinan jika apa di alaminya saat ini sangat menyakitkan. Itu bisa dibayangkan seperti dihantui mimpi buruk. memang semua orang ada fasenya namun, sebagai teman apa kita hanya akan berdiam diri dan menontonnya saja? Bukankah itu terlalu kejam?”
“Ternyata kita satu pemikiran.”
“Sudah ku duga. Bagaimana pun juga kita harus menemuinya.”
“Iya. Kau benar. dan masalahnya masih belum ada solusi.”
“Apa sebelumnya tetangganya jujur tidak tahu kemana mereka pindah? Rasanya tidak mungk
Setelah pergi dari ruangan itu, mereka berdua kemudian hendak pergi ke suatu tempat. Namun, begitu mereka akan pergi tiba-tiba saja Adeline menghampiri mereka berdua. Dia datang seorang diri. Tidak biasanya orang seperti dirinya mendatangi mereka berdua. Biasanya Adeline selalu di sibukan dengan kegiatannya sehingga tidak waktu luang. Wajahnya yang terlihat seakan memperlihatkan tanda tanya besar membuat mereka berdua yang ada di hadapannya menjadi heran. “Alice. Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Adeline “Iya tentu saja.” “Grace, tunggulah di sini, aku akan segera kembali.” “Okay,” sahut Grace Mereka berdua kemudian pergi ke suatu tempat. Di dekat sebuah koridor lantai tiga. Mereka berdua di sana mulai mengobrol. “Ada apa?” tanya Alice “Apa kau tahu mengenai Janette?” “Apa?” “Bukan bermaksud apa-apa. aku hanya ingin mengetahui sesuatu dari sudut pandangmu. Jika kau berkenan tentunya.” “Kau tidak seda
“Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau pindah? Apa keluargamu yang menyuruhmu?” tanya Alice dengan penasaran “Tidak. Aku sendiri yang memutuskan untuk pindah.” “Sungguh? Kau?” “Benar. karena aku akhir-akhir ini mengalami banyak hal dan ku pikir jika tinggal di tempat itu hanya akan membuatku semakin menderita karenanya aku memutuskan untuk tinggal sendirian di sini.” “Pertanyaanku masih belum kau jawanb. Apa yang terjadi padamu? Tidak biasanya kau seperti ini.” “Soal itu.... aku tidak bisa memberitahumu.” “Apa? kau pikir aku siapa? Jangan khawatir aku tidak akan menyebarkannya.” “Bukan itu masalahnya. Akut tidak peduli kau mau menyebarkannya atau tidak itu bukan urusanku. Hanya saja, ini waktu yang tidak tepat. Alasanku tidak mengabari siapa pun karena kau butuh sendiri.” “Kau?” “Sunggu aku tidak bermaksud apa pun. Aku hanya butuh kesendirian untuk menenangkan diriku. tidak ada masalah apa pun di kampus jad
Justin yang sibuk dengan pekerjaannya itu kemudian melaanjutkannya. Hari ini dia berada di sebuah ruangan kerja di rumahnya. Tidak biasanya Selena mau datang ke sana hanya untuk meminta bantuannya. Di samping itu, beberapa orang tengah di hebohkan dengan kecelakaan yang menimpa salah satu anak jurusan yang sama dengan mereka. Kecelakaan yang terjadi kemarin malam membuat semua orang heboh. Pasalnya, kecelakaan itu membuat anak itu harus koma dalam beberpa waktu kedepan. Kejadian yang terjadi di depan sebuah bar yang berada di pusat kota membuat semua orang panik dan ternyata anak itu dalam kondisi sial dan akhirnya harus menabrak sebuah mobil pengangkut barang. “Adeline,” ucap salah satu rekannya “Apa?” “Kau sudah memperbarui berita itu?” “Iya sudah ku perbarui. Ada apa?” “Seharusnya kau tidak menambahkan bumbu-bumbu seperti itu. lagi pula semua orang juga pasti akan membacanya.” “Kalau begitu apa yang harus ku tulis?” “Sesuai
Beberapa menit kemudian, pihak keamanan datang ke sana dan langsung menyelamatkan nyawa anak itu. Begitu selesai, anak itu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulan. Alice bersama dengan Grace dan juga Theresia ikut bersama dengan tim penyelamat ke rumah sakit. Hari itu membuat orang-orang yang ada di sana berasumsi bahwa kecelakaan ini terbilang cukup fatal dan kemudian meminta untuk berhati-hati jika berada di pinggiran danau. Semua orang terlihat begitu panik bahkan ada salah satu di antara mereka yang langsung membuat konten berbahaya itu hanya untuk viewers. Tidak lama setelahnya, pihak keamana saat itu juga langsung menutup area. Mereka yang masih berada di sana harus segera meninggalkan lokasi karena takut akan terjadi hal yang sama untuk kedua kalinya. Mereka kemudian bubar dan banyak diantara mereka yang masih membicarakan hal itu dan juga mencoba untuk protes. Tepatnya di sebuah rumah sakit di kota tersebut, ambulan yang membawa anak itu ke
Mendengar ucapan Theresia dan Alice, Isabella kemudian terdiam dan menunduk. Di saat yang bersamaan pula dirinya mulai menitikan air mata secara tidak sengaja. Isabella yang menyadari akan hal itu kemudian mengusap air matanya dan dia langsung menatap mereka bertiga. Tatapann yang ditunjukannya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tatapan kosong yang terlihat sayu dan juga dirinya mulai merasa hampa. Alice kemudian menepuk pundaknya yang bertujuan untuk menguatkan Isabella. Tidak lama kemudian dokter datang dan akan memeriksa kondisi Isabella. Alice kemudian mempersilahkan dokter. Isabella kemudian mendapatkan perawatan dan setelahnya dokter itu pergi lagi dari ruangan tersebut. “Kau sekarang sudah mulai membaik? apa perasaanmu masih kesal?” tanya Alice “Entahlah.” “Jika kau tidak ingin memberitahukan kepada orang tuamu kami akan menuruti apa katamu. Asalkan kau berhenti melakukan tindakan sia-sia itu,” ucap Alice “Bagaimana bisa? Aku tidak bisa.”
6 hari berlalu, Isabella tidak masuk kelas. Mereka yang ada di kelas tersebut kemudian saling berbisik dan beranggapan yang aneh mengenai dirinya. Ke esokan harinya, Isabella memasuki kelas dan semua anak yang ada di kelasnya itu tidak ada yang berbicara kepadanya. Bahkan ketika dirinya bertanya. Mereka semua terus menatapnya dengan tatapan yang mengerikan. Dan juga tidak sedikit dari mereka yang mengejeknya. Isabella yang bersabar akan hal itu dan juga berpikir semua ini akan berakhir tepat pada waktunya karena itulah dirinya harus penuh kesabaran. Ucapan itu yang terukir di hati dan juga pikirannya rupanya malah berubah. Isabella berubah menjadi anak yang terlihat depresi dan juga dirinya seakan sudah bosan hidup. Di lantai atas tepatnya di sebuah atap. Isabella sedang memandangi langit dan juga melihat ke arah bawah yang tinggi itu namun di matanya terasa menyenangkan. Ketika Isabella ada di atap, seorang murid perempuan yang merupakan kelas sebelah melihatnya ada di sana dan kem
Tidak lama kemudian, Yura melemparinya dengan air yang berisi cat dan itu tercampur dengan telur sehingga Isabella sangat berantakan. Melihat perbuatannya itu, Yura kemudian menangis terisak dan berlutut. Isabella yang menyadari hal itu kemudian pergi dari hadapannya. Setiap harinya dirinya selalu di perlakukan seperti itu. bahkan ketika pulang ke rumah, dirinya medapati bahwa kedua orang tuanya sedang bertengkar dan kemudian mereka berpisah. Isabella yang menyaksikan hal tersebut di depan matanya membuatnya begitu terkejut. Walau mereka berdua bukan orang tua kandungnya tapi selama hidupnya sudah memberikan kebahagiaan yang membuatnya merasa kuat. Isabella dengan penampilannya yang berntakan, terlihat sangat terpukul. Dia kemudian pergi ke kamarnya dan menangis setengah mati sampai kondisinya sudah tidak dapat terkontrol. Hari-hari yang dipenuhi dengan kehangatan tiba-tiba berubah menjadi hampa. Ruang kosong yang kini menemaninya membuat dirinya semakin tidak semangat untuk hidup.
Beberapa menit sebelum kejadian, Isabella yang pergi dari rumah sakit itu kemudian dirinya naik ke lantai atap dengan membawa sesuatu di sakunya. Suster tidak menyadari akan hal itu dan menyuruhnya untuk pulang begitu mendengar bahwa Isabella sudah baik-baik saja. Tetapi, di dalam sakunya terdapat sebuah benda tajam yang di dapatkannya dari sebuah ruagan yang sebelumnya terlihat kosong. Ruangan itu ternyata berisikan beberapa alat kesehatan yang belum di cuci dan beberapa di antaranya masih terdapat darah pasien. Melihat tidak ada seorang pun di sana, Isabella kemudian memasukinya dengan mengendap-endap dan kemudian menemukan benda tersebut dan memasukannya ke dalam saku. Setelah itu dirinya pergi ke atap seorang diri. Di sana untungnya tidak ada seorang pun sehingga dia dapat leluasa. Isabella menatap ke arah langit dan seketika menarik nafas. Tidak lama kemudian, semua ingatan menyakitkan itu muncul di kepalanya dan bergema. Semua penderitaannya selama ini hanya di tanggung oleh d