POV ArmanMalam...Merupakan waktu menunggu datangnya pagi.Di mana semua rasa sudah berkumpul. Entah itu rindu, sedih, tangis, marah, sepi, atau penyesalan.Dan, aku masih berperang untuk semua rasa itu.Disaat, semua terlelap. ☘️☘️☘️Semenjak kepergian Mayang dari hidupku. Membuat duniaku, benar-benar hancur dan juga hampa. Hidupku terasa hambar, tanpa gadis berparas ayu dan juga tangguh itu. Di mata aku sendiri, Mayang merupakan seorang gadis sederhana yang mempunyai sifat tanggung jawab yang sangat tinggi. Seorang perempuan pekerja keras dan juga sangat mandiri. Yang mampu,menghidupi diri sendiri serta kehidupan adik perempuannya. Perempuan tangguh, yang tidak mudah berputus asa. Yang memiliki impian yang begitu besar, untuk masa depan adiknya, tanpa mau memikirkan dirinya sendiri. Seorang perempuan yang tidak mau, memanfaatkan kecantikannya, hanya untuk mendapatkan uang dan kesenangan. Sementara, di zaman sekarang, banyak sekali wanita-wanita
"Apa ada orang yang dengan sengaja menyuruh kamu, untuk melakukan itu kepada Mayang?! Dan juga memfitnah saya?! Cepat katakan! Sebelum kesabaran saya benar-benar habis! Dan membunuh kamu sekarang juga!" ancamku berteriak dengan menggeletupkan gigi serta mengepalkan tangan. Karena diri ini, sudah dari tadi menahan emosi dan amarah, yang terlalu memuncak kepada sosok pria brengsek yang ada di hadapanku. Sehingga kuku-kuku di jari tanganku menjadi memutih dan urat di sekitar tanganku menonjol ke permukaan kulit.Mendengar ancaman dari atasannya itu, yang sepertinya memang tidak main-main. Membuat wajah Firman sendiri menjadi pucat pasi serta menelan ludahnya sendiri. Apalagi melihat wajah Arman, yang benar-benar sudah berubah bengis. Dengan sedikit bergetar Firman langsung menjawab ucapan Arman tersebut."Se-se-benarnya, sa-sa-ya disuruh oleh seseorang pak Arman. Saya disuruh dan dibayar untuk melakukan pemerkosaan kepada Mayang." Firman yang mencoba jujur mengakui semuanya kepada atas
Saat Cindy mulai mencoba menghubungi Arman sekali lagi, dengan diiringi doa di dalam hatinya. Ia berharap telponnya diangkat oleh atasannya itu. Tapi, di menit pertama, Arman tidak juga mengangkat telponnya. Tapi Cindy mencoba untuk tidak menyerah, ia mencoba untuk menghubungi sekali lagi, untuk yang terakhir kalinya. Tapi disaat panggilan terakhir, tiba-tiba saja..."Hallo...," Ucap yang di sebrang.Mendengar suara dari dalam Handphone, membuat Cindy terkejut senang."Hah!" Dengan sedikit berbisik, Cindy berbicara kepada Irma, dengan senyuman yang merekah."Diangkat, Beib," ucapnya tersenyum senang.Mendengarnya, membuat Irma ikut senang. Dengan menjawab ucapan Cindy, Irma hanya memberikan ucapan jempol kepada Cindy. Dan Cindy pun membalas jempol juga ke arah Irma. Setelah itu, barulah Cindy fokus kembali ke handphone yang saat ini berada di tangannya."Hallo...," Ucap seseorang yang ada di sebrang sekali lagi."Hallo, maaf Pak Arman, ini Cindy Claudia," jawab Cindy yang sedikit deg
Saat mereka ingin pergi makan siang ke kantin, tiba-tiba saja, Arman beserta 2 polisi datang dan berdiri di depan mereka berdua. Melihat kedatangan Arman yang membawa polisi, membuat sang atasan menjadi pusat perhatian seketika di dalam ruangan tersebut.Ditambah lagi, sekarang adalah waktunya karyawan untuk beristirahat dan makan siang. Tentulah banyak karyawan yang berlalu lalang di Lobi kantor itu sekarang.Membuat orang-orang yang ada di sana menjadi heran serta bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Kenapa ada polisi di sini? Tetapi, mereka segan untuk bertanya langsung kepada atasannya itu.Melihat polisi yang dibawa oleh Arman, membuat Cindy serta Irma terkejut dan tanpa sadar, mereka mundur kebelakang, karena ketakutan. Dengan menelan ludah dengan kasar, Cindy bertanya kepada atasannya itu."P--pak A--arman, ada apa ini? Ke--kenapa ada polisi di sini?" Tanya Cindy yang terbata-bata, dengan keringat yang sudah membasahi kening gadis tersebut.Sementara Irma gemetaran berdiri di be
Saat polisi akan melewati pintu keluar, untuk membawa Cindy dan Irma keluar dari gedung tersebut. Tiba-tiba saja, mereka diberhentikan oleh suara bariton seseorang, yang baru saja datang dari lantai atas."Tunggu sebentar!""Berhenti kalian!" Seorang pria yang sudah berumur dengan rambut yang mulai memutih berjalan dengan cepat mendekati mereka.Sesampainya di hadapan kedua polisi tersebut, pria itu dengan cepat menyuruh mereka untuk melepaskan Cindy dan juga Irma."Lepaskan mereka, Pak Polisi. Kenapa mereka di tangkap seperti itu?! Apa kesalahan mereka?! Apa mereka mencuri?!" Tanya Pak Indra yang terkejut melihat dua karyawannya digiring oleh para polisi tersebut.Mendengar suara bariton dari Pak Indra, Irma pun terlihat sangat senang. Dengan cepat dia melepaskan diri dari pegangan polisi tersebut. Dan berlari secepatnya ke arah atasan yang lebih tinggi jabatannya itu dari Pak Arman sendiri."Pak Indra! Pak Indra, tolong kami Pak! Kami tak mau ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjar
"Bukankah semua kejadian itu, sudah berlalu Pak Arman. Sedangkan Mayang sendiri, yang selaku korban tidak tahu entah dimana sekarang? Tetapi Anda, yang bukan siapa-siapanya, malah mengungkit dan memperkarakannya.""Apa segitu sepinya kehidupan Anda, sehingga mencari kesibukan seperti ini, Pak Arman. Lebih baik, Anda mencabut kembali tuntutan itu sekarang, dan melupakan semuanya. Mungkin saja, saat itu, mereka hanya bercanda kepada Mayang. Atau sebatas kekilafan saja dan mereka hanya iseng belaka. Karena, setahu saya, mereka itu sudah berteman lama," ucap Pak Indra yang sengaja membela mereka, karena teringat akan ucapan Irma selama ini, yang mengaku berteman dengan Mayang. Lagipula, Pak Indra tidak rela melihat kekasih gelapnya itu masuk penjara. Jadi bagaimanapun, dia harus bisa menggagalkannya. Dan dia tidak peduli, kalau memang benar kejadian tersebut.Mendengar ucapan laki-laki di hadapannya, membuat Arman makin geram dan tersenyum sinis menanggapinya."Jangan karena salah satu d
Sesampainya di luar kantor dan mereka hendak menaiki mobil polisi tersebut. Mereka malah dikejutkan oleh seseorang yang lebih dulu berada di dalam mobil itu, dengan dijaga oleh 2 orang polisi pula."Kamu?!" Ucap Cindy dan Irma terkejut berbarengan. Sementara, orang tersebut, tidak merasa terkejut melihat mereka berdua. Karena sudah tahu, mereka juga akan ditangkap seperti dirinya.Karena melihat pekerja tersebut, membuat Cindy dan Irma makin cemas dan gelagapan seketika. Karena setelah tertangkapnya pekerja tersebut, maka semakin kuatlah semua bukti-bukti yang mengarah kepada mereka. Karena mereka memanglah dalang di balik percobaan perkosaan terhadap Mayang.Jadi, apa yang mereka lakukan pada saat itu, akan ketahuan semuanya. Otomatis untuk masuk penjara sangatlah jelas. Sedangkan untuk bebas, tidak ada jalan keluarnya bagi mereka.Ya, orang tersebut adalah Mila, teman satu profesi dengan Mayang, yang menjadi buruh di bagian lahan sawit. Teman yang mengkhianati Mayang.Mila adalah k
"Kalian pikir, orang seperti saya ini, takut dan tunduk sama gadis-gadis bodoh yang sok cantik dan sok kaya seperti kalian ini. Saya tidak pernah takut dengan kalian. Kalau bukan karena uang kalian, mungkin sudah dari dulu, saya hajar kalian dan menjambak wajah kalian yang sok kecakapan itu!"Degh!Mendengar ucapan dari Mila, wanita yang dianggap bodoh selama ini oleh Cindy dan Irma. Membuat nyali mereka menciut seketika. Dan tanpa sadar, mereka mundur ke belakang dengan berlahan.Melihat reaksi yang diberikan oleh kedua perempuan di depannya, membuat Mila tersenyum menyeringai."Kenapa kalian jadi mundur begitu? Apa kalian jadi takut dengan saya? Bukankah kalian tadi ingin menghajar saya? Ayo silahkan hajar saya sekarang, tapi ingat! Jangan salahkan saya, kalau tiba-tiba wajah kalian yang cantik itu, akan rusak dengan tangan saya ini." Mila yang mencoba memperingati mereka dengan memperlihatkan kepalan tangannya ke arah kedua gadis tersebut.Mendengar dan melihat kepalan tangan Mila,