“Aku duluan ya Renata,” Bee pamit disertai senyum.Sama sekali Bee tidak membenci Renata sama dengan perasaannya kepada Anggit biarpun perempuan itu sudah melakukan banyak hal tercela padanya.Renata baru tersadar bila ia hanya diam saja ketika Bee sudah melewati ambang pintu, ia bergegas menyusul Bee dan setelah mereka berada di lorong, Renata menarik tangan Bee lalu memojokkannya ke dinding.“Semua ini gara-gara lo, lo yang ngebuat Akbi ngebenci gue ... itu semua hanya permainan kata-kata lo aja, emang lo pikir gue bisa lo kadalin?” “Ya terus aku harus apa? Akbi sukanya sama aku bukan sama kamu,” balas Bee bukannya marah tapi perempuan itu malah memelas.Lagi, Renata tidak bisa berkata apapun karena Bee selalu menjawab semua ucapannya dengan baik dan benar.Akan tetapi Renata tidak puas karena amarahnya belum terlampiaskan, ia ingin menyakiti Bee tapi sedari tadi malah hatinya yang tersakiti dengan kata-kata perempuan itu padahal diucapkannya dengan nada rendah.Maka agar amarahnya
Bee mengatur nafasnya yang tersengal, mendapat pelepasan yang nyaris berbarengan bersama Akbi dengan poisisi dirinya yang berada di atas sungguh membuat tenaganya terkuras habis.Posisi ini konon katanya bisa membantu mendapatkan anak kembar.Demi apapun ia ingin memiliki anak kembar, berjaga-jaga bila suatu hari ketika mereka harus berpisah dan memaksanya harus benar-benar pergi dari hidup Akbi, ia tidak khawatir akan kehilangan anak karena ia bisa membawa satu makhluh kecil yang berbagai dna dengan suaminya.Bee menjatuhkan dirinya di atas Akbi, membenamkan wajah di ceruk leher lelaki itu yang kini sedang mengusap punggungnya lembut.Sang suami juga sedang mengatur nafas bahkan ia bisa merasakan debaran jantung Akbi menyentuh dadanya.Beberapa saat keheningan melanda mereka, seakan sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak bisa keduanya pungkuri bila perpisahan masih menanti di depan mata.Tapi setidaknya bila ada anak di antara mereka, hanya status yang bisa berubah namun keduanya
Entah kenapa Bee merasakan tubuhnya sangat lemas, ia pun tidak nafsu makan sehingga pagi ini hanya teh manis yang masuk ke perutnya.Dan saat ini, rasanya ia mau pingsan karena pusing di kepala luar biasa mendera.“Kamu kenapa? Pucet banget,” Jessie sang asisten Ibu Aneu bertanya.Jessie melihat Bee yang tampak lesu semenjak pagi dan ia sudah menahan ingin menanyakan hal itu sedari tadi.“Enggak tau Mbak, aku enggak enak badan kayanya ...,” balas Bee dengan sisa tenaga masih sibuk memasang payet pada baju hasil rancangannya.“Pulang aja Bee, istirahat dulu ... kamu harus sehat karena kerjaan ini sangat membutuhkan kamu ... atau enggak kamu makan siang dulu gih,” Jessie memberi saran.Akhirnya Bee mengangguk menunda dulu sebentar pekerjaannya, ia beranjak dengan sangat terpaksa untuk mengisi perutnya meski tidak merasakan lapar sedikitpun.Seperti biasa, makan siang pesanan suaminya telah tersaji di meja makan pantry tapi tidak seperti biasa mencium aromanya saja Bee merasakan mual ya
Akbi merubah posisi tidurnya, mencari kehangatan dengan memeluk sang istri namun ruang kosong yang ia dapatkan.Telinganya menangkap suara mengerikan dari kamar mandi kemudian ia terlonjak, memakai celananya yang ia lupakan tadi malam setelah kegiatan panas mereka.Mengetahui Bee telah mengandung bukan berarti Akbi menghentikan begitu saja aktifitas bercintanya bersama Bee, hanya saja ia melakukannya dengan perlahan agar si janin tidak merasa terganggu dengan hentakannya.Kaki panjangnya menyebrangi ruangan kamar yang luas lalu mendorong pintu kamar mandi sekuat tenaga beruntung Bee lupa mengunci pintu karena bila tidak, Akbi sudah pasti akan mendobraknya.Bee yang sedang berdiri di depan wastafel dan berusaha memuntahkan sesuatu, menoleh terkejut.“Baby,” panggil Akbi lembut.Lalu memburu istrinya yang tampak pucat pasi, satu tangannya melingkar di pinggang Bee guna menopang tubuh istrinya yang sangat lemah.Satu tangannya lagi mengumpulkan rambut Bee agar sang istri dapat leluasa me
Bee melirik suaminya yang sedang sibuk dengan banyak berkas di ruangan sebrang.Ia tidak pernah membayangkan bila Akbi akan memberinya ijin bekerja namun dengan pria itu yang ikut juga bersamanya.Tadi pagi Akbi mengajaknya pergi, ia sempat bingung mengingat lelaki itu sudah memakai stelan kerja yang lengkap.Bee pikir bila Akbi akan membawanya ke kantor tapi ternyata sang suami membawanya ke rumah produksi Ibu Aneu.Akbi begitu mengkhawatirkan Bee yang tampak pucat dan lemah pagi ini ditambah Bee yang muntah-muntah hebat.Namun bila ia bersikeras melarang Bee bekerja, sang istri pasti akan diam-diam pergi tanpa ijinnya.Alhasil saat ini meja kerja Bee menjadi tempat lelaki itu bekerja, Akbi meminta Rani membawakan semua berkas yang perlu ia periksa dan tanda tangani.Memindahkan jadwal bertemu klien menjadi esok atau lusa agar hari ini bisa ikut menemani sang istri bekerja. Tapi seakan pekerjaan tidak ada habisnya, ia tenggelam dalam berkas-berkas dan kumpulan angka pada laptop.Bi
Akbi mendorong pintu rumah kedua orang tuanya, sudah beberapa bulan berlalu semenjak kepergiannya setelah insiden sang Mama melukai dan hampir mencelakai Bee dan sekarang Akbi baru menginjakan kaki lagi di sini.Ketika masuk aromanya masih sama, hati Akbi bergetar hebat tapi bukan karena merindukan sang Mama tapi karena di rumah ini lah kisah cintanya bersama Bee bermula.Mungkin bagi sebagian orang cinta Ibu tidak akan pernah tergantikan tapi bagi Akbi yang memiliki seorang Ibu seperti Diana, justru segala kasih sayang dan perhatian juga cinta itu ia dapatkan dari Bee.Bee memperlakukannya seperti seorang manusia, menghormati dan menghargainya sebagai seorang suami.Bersama Bee, ia seakan menjadi seseorang yang memiliki nilai.Dan ketika Bee tersakiti, untuk menjaga agar ia tidak semakin berdosa kepada sang Mama maka ia memutuskan untuk pergi.Menurutnya itu adalah keputusan yang baik untuk mereka bertiga.Dan kedatangan Akbi ke rumah ini tidak lain adalah karena sang Papa yang memin
“Mas ... Bee masih agak lama, Mas masuk aja dulu ... di sini banyak nyamuk,” kata Jessie yang menyebulkan setengah bagian tubuhnya dari balik pintu.Aldo yang menoleh sejak perempuan itu memanggilnya Mas langsung tersenyum tipis.“Alamaaaak, gantengnyaaaa ...,” Jessie membatin.“Kalau Akbi lagi nungguin Bee, dia nunggunya di mana?” “Kalau enggak di mobil, di ruang tamu ... Mas tunggu di ruang tamu aja ...,” balas Jessie sambil membuka pintu lebar-lebar.Pria jangkung nan tampan itu pun berdiri dari kursi teras lalu berjalan mendekati Jessie yang mematung di ambang pintu karena debaran jantungnya yang menggila.“Kamu meminta saya masuk, kan?” Jessie mengangguk pelan sambil menatap Aldo tanpa berkedip. “Trus kenapa kamu hanya berdiri di sini? Bagaimana saya bisa masuk?” Jessie mengerjap, benar juga kata pria titisan Dewa itu bagaimana bisa masuk bila ia berdiri di ambang pintu seperti ini. Jessie mundur dua langkah memberi jalan agar Aldo bisa masuk.“Ma ... mau minum apa Mas?” Jes
Akbi nyaris memutar tubuh untuk kembali melangkah keluar saat baru saja ia masuk ke ruangannya setelah meeting selesai karena melihat sosok perempuan yang tidak ingin ia temui sedang duduk di kursi kerjanya.Ia telah berusaha mempercepat meetingnya sore ini agar bisa menemani Bee di saat sang istri tengah sibuk dikejar waktu memenuhi kerjasama dengan salah satu stasiun televisi.Jujur saja, Akbi sangat mengkhawatirkan Bee terlebih sang istri tengah mengandung anaknya dan kondisi perempuan itu sangat lemah.Demi apapun ia ingin istrinya di rumah saja akan tetapi sudah tentu bukan itu yang membuat Bee bahagia.Maka demi kebahagiaan Bee, Akbi memilih untuk mengikuti keinginan sang istri namun tetap berusaha menempatkan Bee selalu dalam pengawasannya.Walau Akbi tidak bisa banyak membantu tapi dengan berada di samping Bee, ia merasa tenang dan dapat melakukan apapun yang bisa memembuat istrinya nyaman.Namun tampaknya Akbi tidak bisa melakukan niatnya tersebut dengan segera karena saat in