Keyla harus bisa menjauhi semua orang yang berada disekitarnya, termasuk para sahabatnya, dan juga Will. Mereka tidak boleh lagi terlibat dalam masalahnya, ia takut kehilangan lagi. Takut, takut. Tak bisa berpikir secara akal sehat lagi, tak bisa.Beberapa hari ini Will masih dirawat di rumah sakit, tetapi Keyla sama sekali tak pernah menjenguknya sejak hari pertama. Lelaki itu hanya bisa mencoba memahami kembali sikap gadis itu, karena ia masih sangat berharap padanya. Saat ia sudah sembuh, ia akan kembali mengejar Keyla. Will termasuk tipikal pria yang tak mudah menyerah.Tino dan Ino datang menjenguk Will, Tino memasang wajah yang tidak biasa. Alis tertekuk dengan kedua tangannya yang saat ini memegang tangan Will, ino yang tadinya ikut sedih kini jadi tersenyum muram, melihat tingkah Tino yang mulai menjadi lagi."Will, kenapa lo harus berada di rumah sakit. Gue berharap banget lo cepet sembuh, orderan taksi gue makin banyak. Dan gue berharap lo kasih gue bonus, naikan gaji dan te
Begitu melihat sosok yang sudah dikenalnya itu, rasa lega menyerbu dirinya. Rasanya ia bisa menangis, ia begitu gembira sampai-sampai ia harus menahan diri supaya tidak berlari dan memeluk laki-laki itu. Keyla memasang ekspresi kecewa dan menatap Mexsi ketika lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?" tanyanya.Mexsi tersenyum tipis mengangkat alis kananya, ia terlihat sangat lelah dan juga ingin menangis. Namun, kebingungan menghantam kepalanya, siapa gadis itu?"Ada apa ini? Bukankah aku datang hanya untuk pemotretan semata? Kenapa harus ada drama juga di sini. Aku tidak mengenalnya sama sekali, tapi ... " ucapannya terhenti cukup lama. Ketika melihat mata gadis itu dipenuhi dengan gumpalan air mata, hampir meluap keluar. Ini aneh sekali. Rasanya tubuh Mexsi tak bisa dikendalikan, ia ingin memukul sesuatu. Darah ditubuhnya semakin bergejolak, ia ingin meluapkan amarahnya. Namun pada siapa? Menatap wajah gadis itu membuat bahu kirinya seakan
Beberapa saat kemudian Keyla telah selesai dengan urusan makeup, Walaupun ia sedikit tidak nyaman dengan taburan bedak yang menempel diwajahnya. Mexsi membuka matanya secara perlahan menengok ke sampingnya, menatap gadis itu seraya berkata. "Kenapa gadis ini ada di sini?""Maafkan saya, dia adalah model utama wanitanya," kata mis En bicara tergesa-gesa. Mexsi membuang muka dengan tatapan sinis, lalu pergi menuju tempat pemotretan. "Tolong maafkan sikapnya ya, saya izin mau ke belakang.""Iya, Mis." Jawab Keyla. 'Dia bahkan tidak menginginkan keberadaanku di sini.' Keyla bangkit, Dito memegang lengannya. Ia sedikit terkejut dengan tingkah lelaki itu. "Dito," ucap Keyla menatap dan memanggilnya."Keyla, ada yang harus aku sampaikan padamu." "Apa itu?""Setelah pemotretan selesai, aku harap kita bisa bertemu di lantai atap," kata Dito bicara dengan cepat."Baiklah." Mereka berdua pergi bersama menyusul Mexsi dan yang lainnya, terlihat Mexsi begitu tampan dari kejauhan. Lelaki itu begi
Kedua bola mata Dito membulat, ia tak mampu mendengarkan ucapan Keyla. "Apa katamu barusan?" tanya Dito masih belum mengerti ucapannya."Aku, adalah penyebab Mexsi terluka." Keyla mengatakannya dengan bibir bergetar."Berhentilah bicara omong kosong begitu. Aku tahu kau tidak mungkin melakukanya, jangan mempersulit keadaan," kata Dito mencoba mengelak dengan ucapannya, karena masih belum percaya."Kau tahu aku lebih dari siapa pun Dito, kau juga tahu. Bahwa selama ini, hubunganku dengan Mexsi. Gak pernah berjalan baik, kami selalu bertengkar, saling membenci, saling mengejek, bahkan berkelahi. Aku membencinya, sangat membencinya ....""Maafkan aku ....""Kenapa kau meminta maaf padaku? Bukankah aku yang sudah membuat sahabatmu hampir terbunuh.""Seharusnya kau ucapkan kata-kata itu pada Mexsi. Kau berbohong Keyla, kau sama sekali tidak membencinya. Kau sangat mencintainya.""Apa maksudmu dengan bicara seperti ini padaku, kau tahu lebih dari pada siapa pun.""Tentu aku tahu, aku tahu K
Keyla memesan ojeg online. Ia sampai di taman lebih dahulu, ia mulai mencari keberadaan Wino. Hari sudah semakin gelap, orang yang sedang gadis itu tunggu kini berdiri dihadapannya. Tidak tapi lelaki itu sedikit jalan membungkuk sambil memegang dadanya, terdengar napasnya seakan-akan tercekat, terengah-engah mendekatinya."Wino, dari mana saja kamu? Apa kau baik-baik saja. Coba lihat keadaanmu, kenapa babak belur begini," kata Keyla sambil terus saja bertanya padanya.Inilah yang membuat Wino tak bisa lepas dari keinginannya, supaya dapat terus membantu Keyla. Gadis itu tak pernah pandang buluh terhadap siapapun, jelas-jelas ia sudah melukai gadis itu. Namun, gadis itu tetap mengkhawatirkan keadaannya. Bagaimana mungkin perhatian seorang gadis enggan membuat perasaannya melemah, pada akhirnya ia jatuh padanya.Wino tak berharap apapun untuk saat ini. Ia hanya perlu membantu Keyla sampai titik darah penghabisan, hanya inilah satu-satunya cara agar ia bisa membantu gadis yang disukainya
Dito meraih daun pintu mobilnya, lalu menyuruh Mexsi masuk ke dalam. Ia langsung tancap gas, ditengah perjalanan menancap rem sampai tubuh Mexsi sedikit terpental ke depan. Lelaki itu menatapnya sinis, sedangkan Dito menoleh ke belakang dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Mexsi sedikit kesal dibuatnya."Gue baru inget Mexsi," selorohnya dengan nada sombongnya."Inget apaan?" Kembali bertanya dengan menaikan sebelah alisnya."Mau pergi ke mana?""Ck," Mexsi berdecak heran. "Mangkannya tanya dulu, cari aja di Maps. Makam terdekat taman indah buana," katanya melipat kedua tangannya di atas dada."Oke!" Mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Sesampainya mereka di tempat tujuan. Dito turun dari balik pintu mobil, ia mulai sigap membukakan pintu mobil untuk Mexsi. Kenapa demikian? Mexsi berpikir jika Dito tak membukakannya pintu nanti akan disuruh masuk kembali. Seperti kejadian di waktu yang lalu, saat mereka berada di Singapura. Ingatan Mexsi tajam mengenai hal itu, tapi ia
"Iya Keyla, maksudku kanker itu kantong kering," jawab Dito sedikit membekap mulutnya sendiri. Terdengar cekikikan kecil di sana. Keyla mengerutkan keningnya. "Aku mau beli bunga buat dimakam, masalahnya aku gak bawa uang. Gimana ya?" lanjutnya kembali melirik Keyla dengan penuh harap.Tanpa berpikir panjang Keyla langsung mengambil dompetnya dari dalam tas selempangnya. Ia mengeluarkan beberapa sejumlah uang dari sana, memberikannya pada lelaki itu tentu saja sudah mengerti Dito tak mau mengambilnya. "Apa lagi, masalahnya?" tanya Keyla sedikit geram.Dito malah melangkah dengan cepat memegang tangan Keyla. Entah kenapa Mexsi merasa kesal setengah mati, ketika melihat Dito memegang tangan gadis itu. "Bisa tolong pilihkan, aku gak paham caranya memilih bunga yang bagus. Aku mohon banget sama kamu. Bantu aku untuk kali ini aja ya, ya." Dito mengatakannya dengan penuh harap. Dengan amat sangat terpaksa Keyla mengangguk. "Emang kamu mau ziarah ke makam siapa?""Kak Morgan, terus aku sam
Para pelayan itu kembali setelah beberapa saat, Mexsi mulai bingung dengan dirinya sendiri. Terkejut dengan apa yang baru saja ia pesan, ternyata makanan itu sama dengan apa yang dipesan gadis itu. Tapi makanan itu sangat familiar untuknya, rasanya ia sudah pernah memberikan makanan itu pada seseorang tetapi siapa?Keyla bukan tanpa sebab memilih berada di lestoran itu, ia merindukan sahabatnya yaitu Ino berada di sana. Tanpa gadis itu sadari Ino telah berada dihadapannya, duduk di sana sembari terus memperhatikannya.Mexsi sedang mengunyah makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia menoleh dengan santai, setelah mengetahui siapa orang itu ia tetap melanjutkan makan. "Gue cari lo kemana-mana ternyata lo ada di sini, lagi enak makan lagi. Bla, bla." Dito ngedumel dengan seribu bahasanya.Dirasa cukup lelah membacot sendirian, akhirnya ia memilih duduk memesan minum. Kembali menatap wajah Mexsi. "Udah makannya kan?" tanya Dito sambil menyeruput segelas kopi hangat."Iya,"