POV ARMAN
"Hi, Mom. Hi, Babe," Sarah bergabung bersama kami di meja makan.
"Halo, sayang," sapa balik Mama dengan ramah.
"Kamu gak bilang mau pulang makan siang, Sayang?"
"Tiba-tiba saja aku mau pulang,"
"Bagaimana jalan-jalanmu tadi?" tanya Mama.
"Menyenangkan, Mom. Seharusnya Mama ikut Sarah tadi. Kita bisa shopping bersama,"
"Mungkin lain kali ya,"
Sikap Mama berbeda. Mama lebih lembut pada Sarah, tapi keras pada Manda. Ini gak adil.
"Kamu pergi kemana?" tanyaku.
"Di sekitaran sini aja, Yang. Dan tadi aku mampir juga ke Bakerynya Manda,"
Sudah kuduga. Pasti Sarah membuat masalah di sana. Karena itu sikap Manda terlihat murung.
"Apa yang kamu lakukan di sana?" selera makanku mendadak hilang.
"Aku ha
POV AUTHORBeberapa hari kemudian..."Non Manda, ada tamu di depan," Kiki menghampiri Manda di teras belakang rumah."Siapa?" Manda berhenti membaca buku sejenak."Katanya teman Non dari Purworejo. Mba Ayu,""Ayu?!" Manda terkejut senang."Makasih, Ki," Manda bergegas menghampirinya.Ayu dan Joko sedang duduk menunggu di ruang tamu."Ayu!""Manda!"Mereka berpelukan dengan riang."Manda kangen banget,""Aku juga kangen, Nda,""Kenapa gak ngabarin dulu kalau mau ke sini?""Aku mau kasih kejutan,""Mba Manda," sapa Joko."Mas Joko," sapa Manda balik."Ayo, masuk ke dalam," Manda mengajak mereka untuk duduk di ruang tenga
POV MANDAMalam ini bintang di langit bercahaya terang. Langit malam begitu cerah. Berbanding terbalik dengan perasaanku hari ini.Aku coba menenangkan diri di teras belakang rumah. Duduk di ayunan kayu sambil merenung. Rasanya hening dan sunyi di sini.Mas Arman tiba-tiba datang menghampiriku. Tanpa berkata-kata, dia duduk di sampingku. Kami hanya terdiam sambil memandang ke arah langit."... Manda mau pulang, Mas," ucapku kemudian."Kamu marah sama Mas?" tanya Mas Arman dengan nada sedih."Bukan. Manda memikirkan ucapan Ayu. Dia benar. Manda harus memberitahu Bapak dan Ibu. Walaupun itu menyakitkan, tapi lebih baik mereka mengetahuinya dari Manda,""Mas akan mengantarmu,""Gak perlu, Mas. Manda bisa sendiri. Kalau Mas ikut, Manda khawatir Bapak dan Ibu akan semakin marah melihat Mas,"
POV MANDASetahun berlalu sejak kejadian di rumah orang tuaku. Aku masih bertahan dalam pernikahan ini. Hari-hari yang kulalui tidak luput dari drama antara aku dan Sarah.Hubungan kami hingga saat ini belum akur. Sarah selalu saja mencari masalah denganku. Terkadang aku tidak melayaninya, tapi saat dia sudah keterlaluan, aku pun tidak tinggal diam.Mama selalu membela Sarah dalam segala hal. Apapun yang kulakukan untuk merebut hatinya, tidak pernah mendapatkan respon sedikitpun. Walaupun begitu, aku masih menghormatinya sebagai ibu dari suamiku.Sedangkan hubunganku dengan Mas Arman semakin hari semakin membaik. Mas Arman sudah banyak berubah. Sikapnya yang dulu dingin dan cuek padaku, sekarang dia lebih lembut dan perhatian. Mas Arman berusaha keras untuk menjadi suami yang baik dan adil bagiku dan Sarah. Walau tak jarang, sikap baiknya padaku membuat Sarah menjadi cemburu, dan ujung-
POV MANDAMalam ini aku hanya ditemani para asisten rumah tangga di rumah. Papa, Mama, dan Sarah pergi ke Amerika untuk menghadiri acara pernikahan anak teman Papa. Sedangkan Mas Arman pergi keluar kota untuk menemui klien perusahaan.Sebelumnya Papa sudah mengajakku untuk ikut serta. Tapi aku menolaknya dengan alasan tidak bisa meninggalkan Bakery. Padahal yang sebenarnya aku tidak pergi karena Sarah. Apalagi nanti Papa dan Mama akan menginap di rumah orang tua Sarah. Rasanya akan aneh jika aku ikut bersama mereka.***"Non Manda, belum tidur?" tanya Bibi Sari ketika melihatku berada di dapur, sedang menuangkan air panas ke dalam gelas susu."Belum, Bi. Manda masih lapar, jadi gak bisa tidur,""Non Manda mau dibikinkan apa?""Gak usah, Bi. Manda makan roti tawar aja. Bibi tidur aja. Bentar lagi Manda naik kok,""Ya, Non. Kalau butuh apa-apa, panggil Bibi ya," Bibi Sari pamit."Iya, Bi,"Aku me
POV AUTHOR"Hei, Manda," tegur Ayu ketika melihat sahabatnya bersikap aneh."Ha?" sahut Manda tersadar dari lamunannya."Kamu kenapa? Dari tadi senyum-senyum sendiri. Kamu dengar gak tadi yang kubicarakan?""Maaf, Yu. Tadi kamu bilang apa?" ujar Manda dengan malu."Hmmm capek deh. Aku bicara panjang lebar gak kamu dengerin," gerutu Ayu."Maaf, Yu. Pikiranku sedang tertuju ke yang lain,""Sedang mikirin apa? Apa terjadi sesuatu?""Eng-gak terjadi apa-apa," bantah Manda dengan gugup."Bohong ya? Pasti terjadi sesuatu. Ayo katakan," desak Ayu dengan penasaran.Pipi Manda memerah mengingat kejadian semalam bersama Arman."A-aku mau ke pantry," dalih Manda. Dia bergegas meninggalkan Ayu di ruang kerjanya."Nda, cerita dulu," rengek Ayu sambil menyusul Manda.***Daniel dan Arman berada di dalam lift kantor. Daniel mengamati sikap Arman yang tidak biasanya har
POV AUTHORManda terkejut melihat Bram ada di sampingnya. Begitu pula dengan Bram. Sejak mereka berpisah, Manda dan Bram tidak pernah bertemu lagi, hingga saat ini.Manda sedikit menjauh dari Bram. Dia menundukkan kepalanya karena merasa canggung."... apa kabar, Nda?" sapa Bram kemudian."B-baik, Mas," jawab Manda dengan gugup.Kerinduan terpancar dari pandangan mata Bram saat melihat Manda. Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan cinta pertamanya lagi."Lama tidak berjumpa,"Manda hanya menganggukkan kepala.Manda tidak berani menatap wajah Bram saat berbicara. Perpisahannya dengan Bram saat itu, masih meninggalkan luka di hati Manda. Dia merasa sedih dan bersalah karena memutuskan hubungan mereka secara sepihak."Kamu tinggal di Jakarta?"Manda mengangguk."Aku juga. Aku bekerja dan tinggal di sini sekarang," Manda mengangguk lagi.Bram menghela nafas. Dia mu
POV AUTHORTok ... tok ..."Eh, Mas Arman," sapa Ayu, mengalihkan pandangannya dari layar laptop."Sendirian, Yu?""Iya. Manda sedang keluar, Mas. Janjian makan siang ya sama Manda?""Enggak. Hanya ingin mampir saja,""Ooh. Tunggu aja dulu, Mas. Sebentar lagi Manda balik,""Kamu sedang apa?" tanya Arman sembari duduk."Ini lagi masukin data penjualan," jawab Ayu sambil mengetik dengan keyboard."Bagaimana penjualannya bulan ini?""Alhamdulillah, Mas. Lebih baik dari bulan lalu,""Syukurlah,""Mas Arman mau dibuatkan teh atau kopi?""Gak usah. Lanjutkan saja kerjaanmu, Yu,""Oke,""Hmmm, Yu. Boleh aku bertanya sesuatu?""Iya, Mas. Mau tanya apa?" jawab Ayu sambil mengerjakan tugasnya."Kamu satu sekolah dengan Bram?"Pertanyaan Arman membuat Ayu berhenti mengetik seketika."Mas Bram?" Ayu menoleh perlahan.
POV AUTHOR"Papa dan Mama beneran gak mau ikut ke rumah Kak Daniel?" ajak Arman pada orang tuanya, yang sedang duduk santai di ruang tengah sambil menonton TV."Gak, Sayang. Kamu sama Sarah saja yang ke sana. Mama masih capek karena perjalanan kemarin," jawab Mama Andien."Papa juga di rumah saja, menemani Mama," sahut Papa Hendra."Lagipula ini acaranya anak-anak muda. Kalau Papa dan Mama ikut, nanti kalian jadi segan untuk mengobrol dan bercanda," ujar Mama Andien."Mama kan masih muda. Masih bisalah ngikutin obrolan kami,""Ihh, kamu ini. Ngeledek Mama ya," gerutu Mama Andien."Arman gak ngeledek Ma. Bener kan, Pa?""Hmm," jawab Papa sembari menahan tawa."Papa dan anak sama aja," Mama Andien cemberut."Aku sudah siap, Sayang," Sarah sudah berdandan rapi untuk acara malam ini."Oh ya, Manda mana? Daritadi Papa belum lihat dia pulang?""Manda sudah di rumah Kak Daniel.