Share

Bab 15

Suara lelaki itu terdengar sangat ringan dan juga hangat seperti mentari di musim semi. Terasa begitu sejuk dan juga nyaman. Sonia berbalik dan memandangi lelaki asing itu dengan tatapan tidak mengerti.

Lelaki itu maju dua langkah sambil menatap Sonia. Sebersit sorot cahaya melintas di mata lelaki itu.

“Meski nggak harus bayar dengan sesuatu yang berharga, setidaknya traktir makan juga nggak masalah, bukan?”

Setelah mengatakan kalimat itu, dia mengulurkan tangannya dan berkata, “Kenalan dulu, namaku Melvin.”

Sonia memandangi telapak tangan di hadapannya tanpa membalasnya, kemudian dia berbalik pergi begitu saja. Melvin melongo terkejut di tempatnya dan bergegas mengejar langkah perempuan itu.

“Hei! Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan?”

Langkah Sonia berhenti dan menatapnya sambil menjawab, “Ngerti, tapi kamu nggak butuh traktiran aku. Tanpamu aku juga bisa membereskan masalah tadi seorang diri. Nggak perlu saling kenalan juga, aku harus segera masuk kelas.”

Setelah mengatakan kalimat itu, Sonia langsung berbalik pergi tanpa menoleh lagi ke arahnya. Melvin hanya berdiri di sana memandangi punggung perempuan itu dengan ekspresi cengo. Bisa-bisanya dia ditolak oleh seorang perempuan?!

Walaupun Sonia tidak mengenalnya, dia tidak memerlukan identitas keluarganya untuk memikat perempuan. Hanya mengandalkan wajahnya saja, dia sudah bisa mendapatkan segalanya. Keberanian dari mana yang membuat perempuan itu berani menolaknya?!

Melvin mendengus sinis sambil berbisik dalam hati bahwa dirinya tidak percaya perempuan itu beneran menolaknya.

Keesokan harinya, Sonia hanya memiliki satu kelas mata kuliah saja siang ini. Dia keluar dari gerbang dan mendapati banyak sekali kaum perempuan yang tengah berkumpul dan bergosip. Dia memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke halte bus. Tiba-tiba terdengar seorang perempuan yang berseru dengan antusias,

“Beneran Melvin?!”

“Iya! Aku pernah lihat foto dia. Nggak akan salah!”

Sonia melirik orang-orang tersebut dengan langkah kaki yang berhenti sesaat. Di depan pintu kampus berhenti sebuah mobil Rolls Royce yang di bagian belakangnya dipenuhi bunga mawar merah segar dan sangat menarik perhatian.

Yang paling menarik adalah lelaki yang duduk di dalam mobil. Dia mengenakan kemeja putih dan kacamata berbingkai emas serta wajahnya yang rupawan. Benar-benar seperti pangeran yang sering dilihat dalam dongeng.

Dua tahun terakhir ini Melvin semakin terkenal di Jembara. Keluarga Santoso juga merupakan konglomerat terkenal di kota tersebut. Melvin merupakan satu-satunya penerus dari keluarga tersebut. Akan tetapi lelaki itu terkenal bukan karena prestasi bisnisnya, melainkan gosip antara dia dengan artis yang kerap muncul di media.

Tampan, pemain wanita dengan segudang kekayaan serta pemikiran bisnis merupakan julukan yang diberikan oleh warga Jembara.

Saat ini, pangeran dalam dongeng itu terlihat melangkah turun dari mobil sambil memegang satu batang mawar merah dan melangkah ke arah Sonia. Terdengar teriakan tertahan dari para kaum hawa dan menatap Sonia dengan sorot iri dan juga benci.

Di seberang jalan tampak mobil Bentley yang tengah berhenti. Robi melihat ke arah luar jendela dan bertanya, "Bukannya itu Non Sonia?”

Reza yang duduk di kursi bagian belakang dan tengah menunduk membaca dokumen masih belum menyadari apa yang dikatakan oleh Robi. Dia mengangkat kepalanya dan mendapati sosok Sonia di depan sana. Pandangannya langsung tertuju pada Sonia yang wajahnya terlihat sedikit terkejut.

Supir yang menjemput Tasya tiba-tiba ada urusan. Reza dan Robi yang kebetulan melewati Universitas Jembara sekalian menjemput perempuan itu. Sekarang mobil mereka sedang berhenti dan tengah menunggu Tasya keluar. Ternyata mereka melihat pemandangan ada yang menyatakan perasaan pada Sonia.

“Melvin anaknya Martin yang sejak kecil sudah berada di luar negri. Dia balik saat Pak Reza keluar negeri. Dua tahun ini dia mulai mengambil alih perusahaan dan kinerjanya sangat bagus. Yang bersaingan dengan kita untuk mengambil tanah di bawah jembatan Golden Coast adalah Melvin,” jelas Robi.

Reza menganggukkan kepalanya dengan mata yang tetap menatap Sonia. Dia melihat Melvin yang melangkah perlahan hingga berhenti di hadapan perempuan itu.

Sebenarnya Sonia merasa sedikit terkejut. Tidak aneh kalau lelaki itu tahu bahwa dirinya mahasiswi di universitas Jembara, tetapi lelaki itu menunggu di depan sini dengan persiapan yang lengkap menunjukkan Melvin tahu jurusan apa yang dia ambil. Apa yang ingin dilakukan oleh lelaki itu?

Sonia tidak percaya bahwa hanya dalam sekali pertemuan bisa membuat Melvin jatuh hati pada dirinya.

Perempuan itu menatap Melvin yang mendekat dengan ekspresi datar dan biasa saja. Kedua mata sejernih air itu tampak tidak terkejut, dan juga tidak sengaja menunjukkan sorot dingin. Hanya ada tatapan penuh siaga dan hati-hati yang terlihat di kedua bola mata itu.

Melvin berhenti di hadapannya dengan orang-orang sekitar yang mulai sibuk menahan napas dan bersorak. Mata tajamnya menatap Sonia dalam kemudian berkata, “Mungkin kamu nggak akan percaya, tetapi aku memang jatuh hati padamu dalam pandangan pertama. Kemarin kamu nggak mau traktir aku makan, kalau gitu biar aku yang traktir kamu makan. Gimana?”

Sonia bisa mendengar para perempuan yang berseru tertahan. “Aduh jantungku! Cepat telepon ambulans!”

Dia melihat Melvin mengulurkan bunga ke hadapannya dan menggelengkan kepala sambil berkata, “Maaf, aku masih ada urusan.”

Melvin sendiri tampak terkejut, tetapi dia tersenyum lembut dan berkata, “Hanya makan biasa saja. Nggak menunjukkan sikap apa pun dari kamu. Anggap saja sebagai penghibur bagi aku yang semaleman nggak bisa tidur karena kamu.”

Seruan tertahan kembali terdengar dari orang-orang di sekelilingnya. Lelaki ini benar-benar setia, kaya dan juga romantis! Semua kejadian yang hanya terlihat di drama ini membuat para kaum hawa berseru girang dan antusias.

Sonia menyadari ada yang mengambil fotonya dan mulai merasa terganggu. Dengan raut wajah tetap datar dia menjawab dengan tegas, “Maaf sekali.”

Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk pergi, tetapi gerakan Melvin yang lebih cepat langsung menutupi jalan Sonia dengan berdiri di depannya. Matanya tampak jernih dengan sudut bibir yang terangkat ke atas dan berbisik, “Jangan begitu. Ada banyak orang yang melihatku, jangan buat aku malu. Setelah makan, aku langsung mengantarkan kamu pulang.”

Sonia tidak ingin terus menerus terusik, dia menolaknya sekali lagi dan melanjutkan langkah kakinya. Kening Melvin berkerut dan langsung mencengkeram lengan Sonia. Perempuan itu mundur selangkah dan menatap wajah Melvin dengan sorot mata yang tajam.

Melvin terdiam sesaat karena sorot mata perempuan ini terlihat penuh waspada dan juga terganggu. Sorot mata itu bukan terlihat sedang kesal, melainkan benar-benar marah. Bibir lelaki itu melengkung lagi dan mundur selangkah sambil berkata, “Ok, kita nggak makan. Kamu terima ini saja.”

Dia menunjuk bunga-bunga segar yang memenuhi mobilnya. Akan tetapi sikap Sonia tetap dingin dan dengan tegas berkata, “Aku nggak mau!”

“Kalau gitu berarti kamu mau kita ditonton oleh begitu banyak orang terus menerus?” tanya Melvin sambil tersenyum kecil. Dia tahu kalau Sonia tidak suka dijadikan bahan tontonan orang-orang. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam dan bertanya, “Harus diterima?”

“Iya! Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kamu pergi,” jawab Melvin dengan nada jenaka.

Robi yang ada di dalam mobil Bentley berkata, “Sepertinya Melvin sedang mempersulit Non Sonia.”

Reza juga melihatnya dan merasa seperti apa yang Robi katakan. Matanya terlihat menggelap dengan tangan yang sudah terletak di atas pintu mobil.

Baru saja dia hendak membuka pintu, terlihat Sonia yang mendadak berlari ke arah mobil Melvin. Gerakannya terhenti dan ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu. Melvin juga melayangkan sorot pandangan yang sama ke arah Sonia.

Perempuan itu nggak akan bisa membawa semua bunga yang jumlahnya begitu banyak seorang diri. Pada akhirnya Sonia tetap harus masuk ke dalam mobilnya. Asalkan sudah masuk dalam mobilnya, maka dia bisa mengajaknya untuk pergi makan lagi.

Selesai makan maka dia akan ke hotel dan menyelesaikan misinya. Dia sudah bilang pada Hana untuk membereskannya dalam waktu tiga hari. Namun sepertinya dia tidak membutuhkan waktu sebanyak itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status