"Mas Gilang biasa aja dong ngomongnya, telingaku masih normal kali," sahut Naya, "Lagian siapa yang bilang kalau aku cuma pergi berdua. Kita pergi bertiga biar tambah seru. Mas Gilang harus cobain naik ombak banyu."
Gadis cantik itu menoleh ke arah kekasihnya, ia menceritakan semua yang ia dan Haris lakukan. Naya menceritakannya dengan wajah yang berseri-seri, terlihat sangat bahagia.
"Permainan itu sangat berbahaya, nggak ada pengamannya," ujar Gilang sedikit menurunkan volume suaranya.
"Kan ada pegangannya," sahut gadis tomboy itu, "Aku dan Mas Haris tadi naik ombak banyu dan kora-kora, kami masih hidup sampai sekarang," lanjutnya.
"Tadi kalian hanya sedang beruntung," selanya. 'Apa kepala mereka nggak pusing, naik permainan kayak gitu?' Gilang bertanya-tanya dalam hatinya.
Sebenarnya Gilang tidak berani menaiki wahana ombak banyu, melihatnya saja dia udah ngeri duluan.
Tidak ada sahutan dari Naya ataupun Haris. Gadis tomboy itu tida
Hai semuanya! Maaf ya, saya slow update dulu karena adik dan orang tua saya positif cobid 19, jadi waktu menulis saya berkurang karena harus memenuhi kebutuhan mereka selama isolasi mandiri. Saya mohon doanya semoga musibah ini cepat berlalu. Semoga yang sakit segera pulih kembali. Semoga kita semua sehat selalu ya, aamiin. Besok saya usahakan update. Terima kasih semuanya atas dukungannya selama ini. Untuk tiga pembaca yang ngasih gems terbanyak di tiga novelku, penilaiannya ditutup tanggal 15 ya. Untuk yang mau gabung di grup wa, silakan klik tautan yang ada di laman ig @nyi.ratu_gesrek. Terima kasih semuanya. Aku menyayangi kalian. Maaf selalu mengecewakan.
"Bagaimana menurut kamu?" tanya Gilang saat mobil yang ia tumpangi kembali melaju menuju rumahnya."Apanya, Bos?" tanya Haris yang memang tidak tahu maksud dari pertanyaan atasannya."Naya." Mulutnya terasa berat saat menyebut nama itu. Gilang begitu membenci Naya bukan karena dia tidak suka dengan gadis tomboy itu, melainkan karena dirinya tidak bisa menikmati tubuh kekasihnya."Nona Naya gadis yang baik, bukan gadis manja. Bos beruntung dapat calon istri seperti Nona, tidak hanya cantik wajah, tapi juga cantik hatinya," jelas Haris panjang lebar.Gilang tidak suka mendengar ocehan asistennya karena berbanding terbalik dengan kencannya yang berakhir hanya diam termenung bersama Evans, menunggu wanita pesanannya."Sudahlah jangan bicarakan dia lagi! Kamu bicara seperti itu karena kamu suka sama calon istri saya 'kan?" Gilang melipat kedua tangannya di depan dada sembari mencondongkan badannya kepada laki-laki yang sedang mengemudi."Saya yak
"Ya sama calon istriku lah! Sama siapa lagi?" jawab Gilang, "Aku masuk dulu ya, Pi." Gilang melangkahkan kakinya meninggalkan laki-laki yang masih terlihat gagah, walau sudah tua."Sampai kapan kamu terus bohongi Papi dan Mami?" tanya Papi Rizky sembari melipat tangannya di depan dada. Menatap punggung laki-laki tampan yang lahir dari benihnya.Ucapan sang papi menghentikan langkah pemuda yang kecewa karena gagal berkencan dengan wanita seksi.Gilang berbalik badan, kembali menghadap papinya. "Maksud Papi apa?"Laki-laki yang mempunyai lesung pipi itu pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud sang papi. Ia masih saja bersikap seperti orang tidak tahu apa-apa.Dia lupa kalau sang papi orang yang berkuasa, bisa melakukan apapun termasuk mencabut semua fasilitas yang Gilang nikmati saat ini."Kalau Papi mengambil semua fasilitas, termasuk jabatan kamu sebagai CEO di perusahaan FaRiz Group, apa kamu mampu menghidupi dirimu sendiri?" tanya
Setelah sakit di kepalanya sudah mulai mereda, Gilang menyudahi acara merendam senjata keperkasaannya.Wajah laki-laki itu terlihat berseri setelah berendam. Ketampanannya seakan tidak pernah pudar walau ia tidak pernah melakukan perawatan apa pun.Gilang segera memakai boxer dan kaus oblong berwarna putih. Ia segera naik ke atas ranjang, merebahkan tubuh tegapnya di tempat tidur empuk.Ditatapnya layar ponsel yang menampakkan wanita cantik nan seksi tanpa busana sedang berusaha menggodanya.Rupanya Gilang sedang melakukan panggilan video dengan pramusaji yang pernah berkencan dengannya."Sayang, kamu sangat seksi dan menggairahkan. Gilang mencium layar ponselnya saat kamera ponsel wanita gatel itu mengarahkan ke lubang keramatnya.Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidurnya, ia pun membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya."Senjatamu benar-benar super," ucap si wanita seksi saat melihat senjata keperkasaan Gilan
Papi Rizky masuk ke dalam ruangan CEO perusahaan FaRiz Group yang merupakan perusahaan keluarganya yang ia wariskan kepada putra tunggalnya bernama Gilang Sebastian.Laki-laki tua yang masih gagah itu berjalan mendekati sang putra yang fokus dengan kerjaannya.Walaupun Gilang laki-laki brengsek yang suka berkencan di atas ranjang, tapi ia seorang pekerja keras. Semua proyek besar berhasil ia kerjakan dengan baik.Gilang mendongakkan wajahnya saat laki-laki yang berdiri di depan meja kerjanya tidak mengatakan sepatah kata pun."Aku kira Haris," kata Gilang sembari tersenyum saat melihat laki-laki yang berdiri di hadapannya itu adalah papinya sendiri. "Tumben Papi ke sini?" tanya Gilang sembari bangun dari kursi kebesarannya.Laki-laki itu mengajak sang papi untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Silakan, Pi." Gilang mempersilakan papinya untuk duduk.Laki-laki yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu duduk di
"Tidak!" Gilang berteriak sekencang-kencangnya, sehingga Papi dan maminya segera berlari menghampiri kamar sang anak.Mereka mengetuk pintu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dari Gilang. Sehingga Mami Tyas mengambil kunci lainnya dan membuka pintu kamar sang anak dengan kunci cadangan.Papi Rizky dan Mami Tyas segera masuk ke dalam kamar. "Gilang kamu kenapa?" tanya sang mami pada pemuda yang masih memejamkan matanya sembari teriak-teriak.Keringat bercucuran dari kening laki-laki tampan yang sedang tertidur, walau di dalam kamarnya ada pendingin ruangan. Tapi, tidak bisa mencegah peluhnya keluar dari pori-pori pemuda tampan itu.Mami Tyas mengambil gelas berisi air yang ada di atas nakas, lalu mencipratkan air itu ke wajah anaknya, hingga Gilang tersadar dari mimpi buruknya.Gilang pun membuka mata, lalu mengusap wajahnya yang basah. "Mami!" Gilang langsung memeluk sang mami yang berdiri di samping tempat tidurnya ketika tersadar dari mim
Laki-laki tampan itu menjadi tidak berselera makan ketika mendengar orang tuanya pergi tanpa pamit padanya.Ia benar-benar merasa terasingkan di rumahnya sendiri. Akhir-akhir ini kedua orang tuanya terlihat tidak peduli lagi dengan dirinya."Aku benar-benar udah nggak berarti bagi mereka," gumam Gilang. Lalu, bangun dari duduknya. Pemuda itu tidak menyentuh makanannya. Ia segera pergi ke kantor dengan perut kosong."Ris, kamu tahu Mami dan Papi pergi ke Bandung?" tanya Gilang pada asistennya yang sedang mengemudikan mobil mewah berwarna hitam menuju kantor FaRiz Group."Tahu, Bos," jawab Haris dengan sopan, "Tuan dan Nyonya tadi sempat pamit pada saya. Beliau bilang akan menginap selama seminggu di sana."'Kenapa mereka pamit sama Haris bukan sama aku? Apa Haris itu anak mereka?' Gilang merasa cemburu kepada asistennya karena kedua orang tuanya lebih perhatian kepada pemuda tampan itu ketimbang anaknya sendiri."Kenapa mereka pamit sama kamu
"Ris, kamu ikut ke ruangan saya!" titah Gilang saat mereka sudah memasuki lantai di mana ruangannya berada."Baik, Bos!" Haris mengikuti CEO muda itu memasuki ruangannya. "Di mana sekretaris anda, Bos?" tanya Haris ketika mereka masuk ruangan tidak ada siapa pun. Biasanya sang sekretaris CEO sudah datang lebih dulu."Dia sakit, nggak masuk kerja untuk beberapa hari ke depan. Kamu tolong cari orang untuk menggantikan pekerjaannya sementara!"Gilang berjalan ke meja kerjanya. Lalu, duduk di kursi kebesaran sang CEO. Laki-laki itu langsung membuka komputernya dan mulai bekerja."Baik, Bos!" Haris langsung menelpon temannya yang ditugaskan untuk membantu pekerjaannya selama ia sibuk mengurus masalah pribadi sang CEO."Kamu sudah siapkan berkas untuk meeting pagi ini?" tanya Gilang pada sang asisten tanpa menatap laki-laki tampan itu. Netra coklat itu tetap fokus kepada komputernya."Semua sudah siap, Bos," sahut Haris."Bagus!