Share

Dendam

#3

Ting! Pintu lift yang ditujukan ke arah lantai paling atas pun kini mulai terbuka lebar. 

Tampak jelas jika lift itu hanya digunakan khusus oleh seorang atasan yang memimpin perusahaan besar itu.

Seorang pria dengan tubuh tegap dan gagahnya itu pun lantas keluar dari dalam lift khusus untuk dirinya.

"Selamat siang, Pak!" 

Secara berulang, kalimat sapaan itu terus saja terdengar di telinga Leon.

Seperti biasanya, ia hanya menganggukkan kepalanya singkat tanpa mengatakan balasan apapun. Kakinya yang panjang tampak melangkah lebar menuju ke ruangan beratas namakan dirinya.

Sorot matanya yang tajam mulai terlihat membuatnya menjadi angkuh. 

"Gadis yang menarik. Aku yakin, kamu pasti akan aku dapatkan. Nggak ada yang bisa menampikkan kenyataan yang valid ini," gumamnya pada diri sendiri. 

Leon menyeringai membuat garis guratan pada wajahnya yang kini tampak sulit untuk dimengerti artinya.

Pandangannya pun kini mulai menyapu seluruh sudut ruangan kantor itu. Beberapa saat setelah pandangannya tidak menemukan sosok yang dicari, Leon lantas mengalihkan atensinya pada sebuah telepon genggam di hadapannya.

"Selamat siang, Pak Leon. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya gadis yang berada di balik meja resepsionis melalui intercomnya.

"Di mana Alex? Mengapa dia tidak berada di dalam ruanganku?" Leon bertanya dengan nada tegas diiringi wajahnya yang datar.

Tak berselang lama, sang resepsionis pun mulai menyahuti atasannya itu.

"Pak Alex sekarang sedang berbicara pada salah seorang staf kebersihan, Pak. Apa saya harus memanggilnya agar Pak Alex segera menemui anda, Pak?" Pertanyaan yang menurut Leon sangat tidak bermutu itu pun sontak membuatnya langsung memutar kedua bola matanya malas.

"Menurutmu, bagaimana? Apakah saya akan melakukan panggilan telepon yang sia-sia?" ucapnya ketus.

Singkat memang, namun hal itu berhasil membuat wanita penjaga resepsionis itu menjadi ketar-ketir dibuatnya. 

Wanita itu terlihat mulai kesulitan dalam menelan ludahnya. 

"Baik, Pak. Akan langsung saya sampaikan pada Pak Axel jika Bapak sedang—" 

Tut! Tanpa menunggu wanita itu menyelesaikan ucapannya lebih dulu, Leon langsung saja mematikan sambungan telepon itu.

Menurutnya, wanita itu terlalu banyak membuang waktunya saja. Sepertinya setelah ini mungkin ia akan memprotes pada pihak HRD menanyakan mengapa bisa wanita seperti itu dipekerjakan di perusahaannya.

Leon pun lantas menarik napasnya begitu dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya meredam semua amarah yang ada di dalam batinnya.

Suara ketukan kecil pada pintu ruangannya itu pun membuat Leon tersadar dari lamunannya.

Tanpa bertanya lagi, Leon tentu sudah mengetahui siapa pemilik dari tangan yang mengetuk pintu ruangannya itu.

"Permisi, Pak Leon. Apakah Anda memanggil saya, Pak? Maaf jika saya terlambat ke ruangan Bapak ini." Pria pemilik nama Alex itu pun lantas menundukkan kepalanya tanda hormat, ada rasa bersalah karena terlambat menemui atasannya itu pun mulai muncul di dalam dirinya. 

"Tenanglah. Saya tidak akan memarahimu ataupun memotong gajimu bulan ini. Lagipula masih ada 3 menit lagi waktu istirahat perusahaan. Jadi, kamu tidak perlu meminta maaf dan merasa bersalah lagi padaku." 

Alex mengangkat wajahnya menatap dalam-dalam pada atasannya itu. Alex mengerjapkan matanya berulang kali mencoba menelisik lama, memastikan jika di hadapannya sekarang memang benar adalah atasannya. 

"Tapi kamu jangan senang dulu. Karena tugasmu masih belum selesai." Leon lantas menjeda ucapannya selama beberapa waktu, memberikan ruang kepada Alex untuk mengira-ngira apa yang sebenarnya tengah atasannya itu coba katakan padanya.

"Saya ingin kamu mencari informasi mengenai gadis yang tadi saya temui di restoran. Saya rasa, kamu masih belum berpisah dengan saya ketika seorang gadis tengah dijadikan tontonan gratis di tengah keramaian restoran, beberapa waktu yang lalu. Jadi, saya ingin kamu segera mencari tahu semuanya tentang gadis itu. Secepatnya." 

Leon berucap dengan semua kalimat yang ditekankan keras oleh pria itu. Sebuah seringai mengerikan kini mulai kembali tampil menghiasi seluruh wajahnya.

"Kamu harus segera menemukannya. Bagaimanapun caranya gadis itu harus menjadi milik saya. Jadi, jangan sampai ada satu pun informasi yang salah dalam temuanmu. Kau mengerti, Alex?" 

Alex menganggukkan kepalanya cepat merasa tidak ada jawaban lain yang bisa ia pilih selain hanya mengiyakannya saja.

Saat ini, Leon sangat merasa yakin jika gadis itu pasti akan dapat membantunya dalam membalaskan dendamnya kepada Nyonya Danira dan juga anaknya Brian yang tampak begitu mencintai gadisnya itu.

Tanpa dapat mengatakan apa pun lagi, Alex lantas menganggukkan kepalanya patuh. Setelahnya, pria berbadan kekar itu lantas pamit undur diri, sesuai dengan perintah Leon. Pemuda itu pun sontak bergegas untuk mencari informasi mengenai gadis yang ditemui oleh sang atasan di restoran sebelumnya.

Sesaat setelah kepergian Alex dari ruangannya, kini tampak Leon yang mulai memangku dagunya. Ingatannya pun sontak mulai menerawang kembali pada masa lalunya saat masih berusia 10 tahun. 

Saat itu, Leon dan keluarganya benar-benar merasa sedih ketika Ibunya divonis mengidap kanker payudara stadium akhir. 

Tangis dan juga rasa sesak terus melekat di dalam hati Leon. Terpaksa untuk mencegah penyebaran kanker pada seluruh bagian tubuh sang Ibu akhirnya dokter mengatakan untuk Ibunya melakukan operasi pengangkatan payudara. 

Semua berduka untuk rasa sakit yang dirasakan oleh Ibu Leon itu. Hingga tak lama pasca operasi itu dilakukan, Leon kecil yang kala itu baru saja pulang dari sekolah dasarnya mendapati pertengkaran hebat terjadi antara orang tuanya.

"Kamu itu udah nggak bisa diharapkan lagi. Jadi wajar kalau aku cari kesenangan lain sama wanita di luar sana. Melihat kondisimu yang memprihatinkan begini, awalnya aku nggak mau menceraikanmu. Namun, sekarang kamu sudah melewati batasanmu. Saat ini juga, aku talak kamu!" ucap Tuan Hans Atmaja penuh amarah. 

Nyonya Widya –ibu kandung– Leon pun tampak begitu terluka dan menangis tersedu-sedu saat dicampakkan begitu sadis oleh Tuan Hans.

Terlihat seorang wanita yang sebaya dengan Ibunya melingkarkan tangannya pada lengan Tuan Hans.

Leon kecil pun mencoba untuk membela sang ibu. Tetapi, semua hanya sia-sia. Bahkan ia tidak bisa mencegah kepergian Tuan Hans karena memang pria itu sudah terlanjur terhasut oleh ucapan wanita ular di sampingnya.

Setelah kepergian Tuan Hans bersama dengan wanita pelakor itu, sontak saja berhasil membuat Nyonya Widya menjadi semakin drop dan kehilangan tujuan hidupnya. 

Sepanjang waktu wanita itu hanya dihabiskan dengan menangisi kepergian pria brengsek itu. Akibat fitnah kejam yang sengaja dibuat-buat oleh wanita ular yang akhirnya diketahui oleh Leon bernama Danira itu membuat Leon kecil dan Ibunya menjadi terasingkan. 

Leon dan Ibunya sengaja diusir oleh Tuan Hans hanya demi seorang wanita pelakor bernama Danira itu. 

Terpaksa, saat Leon masih sangat muda di mana ia baru berusia 10 tahunan. Ia lantas sudah harus berjuang banting tulang demi mampu menghidupi dirinya dan sang Ibu. 

Leon kecil tampak begitu tangguh dan pekerja keras. Namun, semua perjuangannya itu harus berakhir menyedihkan saat Ibunya dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah mendengar kabar Tuan Hans menikahi Nyonya Danira. 

Semenjak kejadian itu, Leon menanamkan tekad yang kuat di dalam hatinya. Ia tidak akan pernah melupakan kejadian berpuluh-puluh tahun itu sampai kapan pun juga. 

Ia berambisi keras untuk membalaskan dendamnya suatu hari nanti.

"Tunggulah beberapa waktu lagi. Akan aku berikan kejutan demi kejutan indah di dalam hidupmu, Nyonya Danira!" Pria itu mengepalkan tangan kuat, dengan mata berkilat penuh dendam.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status