Share

Hadiah Tanda Cinta?

Selesai sholat magrib, Seruni memilih diam dalam kamar. Biasanya waktu itu Seruni gunakan untuk berkumpul menonton TV dengan anggota keluarga yang lain, namun karena penasaran dengan isi kado yang diberikan oleh Arya, Seruni mengurung diri dalam ruangan yang hanya berukuran 3x3 meter itu.

Satu tempat tidur berukuran sedang, lemari satu pintu, dan meja serta kursi tempat Seruni mengulang pelajarannya, menjadi penghuni kamar Seruni.

Membolak-balik kotak yang ada di tangannya, Seruni mencoba menebak isi dari kotak tersebut. Dan saat rasa penasaran semakin merajai hati, jemarinya mulai berusaha membuka tempelan perekat yang menempel.

Perlahan kotak yang dibungkus rapi itu terbuka, sebuah kotak yang berbalut kain beludru warna senada dengan kertas kadonya terlihat, jantung Seruni berdebar. Dia tahu dari sinetron yang sering ditontonnya, apa isi kotak tersebut.

"Apa Raden Arya memberikan cincin?" senandika Seruni.

Dengan perasaan yang semakin penasaran, Seruni mulai membukanya. Satu buah gelang emas dan cincin, tersembul dengan manis membuat mata Seruni melotot tak percaya.

"Ini cantik sekali!" pekik Seruni tertahan, disentuhnya pelan gelang dan cincin itu, yang berkilau saat terkena cahaya lampu yang tergantung.

"Kenapa Raden Arya memberikan hadiah secantik ini? Dan pastinya mahal. Tidak-tidak!" Seruni menutup kembali kotak itu. Kepalanya mengeleng cepat.

Kenapa dia sepertinya bahagia? Menukar pendidikannya dengan semua kemewahan yang mulai ditawarkan lelaki dewasa itu?

Apa benar dia sesenang itu sekarang? Setelah melihat berbagai pemberian sang juragan padanya juga keluarganya?

Bukankah tadi saat Arya menyampaikan maksud tujuannya, dia menangis karena merasa jalan masa depannya terjegal?

Lalu kemana rasa sedih dan kecewanya tadi?

'Ingat, Runi ... yang kamu lakukan semata untuk menyenangkan orang tuamu, keluargamu. Lagi pula, bukankah Raden Arya sudah sepakat dengan bapakmu untuk mengizinkan kamu tetap kukiah? Apalagi yang kamu risaukan?'

Seruni mengusap wajahnya pelan. Menyimpan kotak perhiasan itu di atas bantal, Seruni berdiri dan melangkah ke depan cermin yang menempel di lemari.

Pantulan dirinya terlihat di sana. Gadis dengan kulit kuning langsat, memiliki wajah yang bisa dibilang jelita, rambut panjang sepinggang, walau tidak ada yang tahu tentang itu, karena Seruni menutupi mahkotanya dengan kerudung saat keluar rumah.

Sebentar lagi, saat Tuhannya mengizinkan, dia akan menikah. Menikah muda. Sangat muda. Terlebih pernikahan itu dilakukan saat dia masih berstatus pelajar kelas dua SMA.

Tok ... tok ... tok.

Ketukan pintu terdengar membuat Seruni memalingkan muka dari cermin, menatap bingkai pintu yang tertutup rapat.

"Siapa?"

"Ibu, Runi!"

"Masuk saja, Bu!"

Pintu berayun terbuka didorong dari luar. Sosok Lastri dan Rara yang menempel di belakangnya, terlihat jelas begitu pintu sepenuhnya terbuka. Senyuman teduh dari Lastri dan cengiran polos Rara, tertular pada Seruni. Bibir merah alami itu tersenyum, membalas pada dua orang yang disayanginya

"Sedang apa, Runi?" tanya Lastri seraya terus melangkah memasuki kamar putrinya, lalu duduk di sisi ranjang diikuti Rara, yang terus menggelayut manja di lengannya.

"Tidak ada, Bu. Hanya sedang becermin saja." Seruni beranjak dan duduk di dekat Lastri.

Tatapan Lastri tertuju pada kotak perhiasan yang tersimpan di atas bantal. "Sudah dibuka?"

Seruni mengangguk.

"Apa isinya?"

Mengambil dan menyerahkan kotak itu pada Lastri, Seruni tidak menjawab pertanyaan Lastri. Karena jawaban akan langsung didapat saat Lastri membuka kotak itu.

Lastri melihat pada kotak dan Seruni bergantian, dan dengan anggukan kepala, Seruni seakan memberikan izin pada Lastri, untuk membuka kotak hadiah dari Arya.

Setelah mendapat izin dari Seruni, dengan penasaran dan binar penuh ingin tahu Rara, Lastri membuka kotak itu, hingga sepasang gelang dan cincin terlihat.

"Wah! Cantik banget, Bu!" pekik Rara tak dapat menyembunyikan kekagumannya, pada benda berkilau yang tampak di depan mata. Pun Lastri yang menatap takjub pada benda yang baru seumur hidup dilihatnya.

Dia merasa terharu dengan apa yang bisa dimiliki anaknya itu, betapa beruntungnya Seruni bisa menjadi orang yang disukai seseorang, yang memiliki kelebihan dalam harta.

"Runi ... ini bagus banget!"

"Iya, Bu, terlalu bagus untuk dipakai oleh Runi."

"Tidak, kok. Teteh pasti pantas saat memakai gelang dan cincin itu." Rara langsung membantah pendapat kakaknya yang merasa rendah diri.

"Iya, pasti pantas kok dipakai kamu, Runi." Lastri mengambil gelang itu. "Sini, dicoba dulu!"

Menarik tangan anaknya, Lastri langsung memakai benda berkilauan itu pada pergelangan tangan Seruni. Rara yang terus memandang takjub, bertepuk tangan saat gelang sudah melingkari tangan Seruni.

"Tuh, kan bagus! Kulit Teteh kan cantik, jadi makin cantik saat pakai gelang ini. Cincinnya, Bu!" seru Rara meminta Lastri untuk sekalian memakaikan cincin di jari Seruni.

Dan ... pas!

Cincin itu melingkari jari manis Seruni dengan sangat cantik.

Kilaun yang terpantul dari batu bening di tengahnya, membuat jemari lentik Seruni semakin terlihat cantik.

Bagaimana Raden Arya bisa tahu ukuran jariku?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yusri Ahmad Yusuf
katanya garis, ngapa harus dibayar buka bab nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status