"Jadi kau tahu siapa bayi yang selalu kalian bawa itu?"Sebenarnya Xander tidak terlalu peduli dengan identitas bayi itu. Hanya saja wajah mungil yang tampak persis seperti Leoni versi mini sedikit menganggu pikirannya. Dalam benaknya, Xander tidak yakin bayi itu anak Leoni sebab keberadaan bayi itu selalu terlempar-lempar, kadang bersama Leoni, Theodore, atau bahkan Kizzie dan juga Lucas.Sengaja Xander bertanya pada Lucas sebab pria itu sepertinya tahu identitas dari bayi tersebut."Bagaimana jika kusebutkan jika dia adalah putrimu?" ucap Lucas menimpali. Wajahnya tampak santai sama sekali tidak serius."Katakan itu dengan benar, Lucas. Aku tidak bermain-main.""Aku juga tidak bermain-main, Xander."Lucas berlalu pergi menghampiri Kizzie yang telah turun dari komedi putar seraya menggendong bayi kecil. Sementara Leoni yang berjalna di belakang mereka seketika ditarik pun dibawa pergi oleh Xander menuju samping penjualan tiket p
Pada sebuah restoran mewah, telah Xander reservasi satu meja untuk makan malamnya bersama Liza. Tampak senang wanita itu karena Xander membawanya pada sebuah restoran mewah berbintang lima nan romantis. Liza tampil maksimal malam ini. Dia memakai gaun pendek biru langit berpadu dengan higheels berwarna cream yang membalut kaki jenjangnya yang ramping pun mulus. Berjalan wanita itu di samping Xander pun menggandeng tangan kekasihnya. Duduk keduanya pada meja yang telah direservasi. "Aku suka suasana restoran ini, tenang dan damai," ungkap Liza. Tersenyum simpul seraya pandanganya mengedar pada setiap sudut restoran. "Aku tahu kau akan menyukai tempat ini," timpal Xander. Tatapanya turun pada buku menu yang tengah ia buka di atas meja. "Apa yang ingin kau makan? Oyster salad?" Xander menawarkan. Liza mengangguk setuju. Makanan itu i
Leoni datang pada kediaman Miller untuk menghadiri undangan makan malam yang diadakan oleh Pero dan Deliana. Membawa serta hadiah yang ditujukan untuk Xander serta Liza sebab alasan makan malam itu diadakan ialah karena telah berlangsung pertunangan keduanya."Selamat atas pertunanganmu, Liza." Leoni memberikan hadiah yang ia bawa kepada Liza. Kontan membuat atensi wanita itu tertuju pada brecelet di pergelangan tangan Leoni yang ia tahu, Xander membelinya pada acara lelang.Liza melirik wajah cantik yang tersenyum di hadapanya. Leoni tahu jika Liza menyadari brcelet yang ia gunakan ialah milik Xander seharusnya."Terimakasih, Ms. Calis." Liza menunduk sopan, menerima hadiah yang Leoni berikan. Serta merta menyebutkan identitas Leoni yang kini bukan lagi anggota keluarga Miller."Tentu, Liza." Pun dengan lantang Leoni membalas, hanya menyebutkan nama Liza tanpa embel-embel Mrs. Miller.Pandangan keduanya saling bertemu. Menyala memancarkan api pertaruangan sengit di antara keduanya.
Xander semakin gila saat ia mengetahui hasil pemeriksaan Leoni dari rumah sakit yang memanglah mengalami keguguran wanita itu. Anak Xander yang gugur akibat ulah ayahnya sendiri. Rasa sakit hati serta penyesalan menghampiri Xander selama beberapa hari ini. Ia bahkan tak memiliki gairah untuk pergi ke mana pun. Bahkan pergi untuk meminta maaf pada Leoni, rasanya ia tak bisa melihat wajah wanita itu karena rasa bersalahnya yang begitu besar. Pada mini bar villa pribadinya Xander menghabiskan waktu untuk merenung, merasa bersalah atas apa yang terjadi kepada wanita itu ditemani Dominic yang sebelumnya telah ia mintai keterangan. "Jadi, apa yang selanjutnya terjadi pada malam itu?" "Malam itu dia menghubungiku untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit," ungkap Dominic. Ada keraguan pada raut wajah pria ini. "Bera
"Minum alkohol di dalam perusahaan itu melanggar aturan. Dan kau malah berani meminumnya di hadapan CEO," cetus Theodore setelah ia tolak galas pemberian Leoni sebab dirinya masih memiliki banyak meeting penting dan tak mungkin mabuk. Leoni menegak habis tandas cairan berwarna gold itu ke dalam mulutnya. Duduk ia pada sofa depan Theodore. "Apa kau memintaku datang hanya untuk melihatmu termenung seperti ini?" "Tentu saja tidak," timpal Leoni. Kembali ia beranjak dari duduknya, gontai menuju ruang istirahat lantas ia buka pintu yang sedari tai tertutup rapat. "Tolong urus dia untukku. Aku sudah hilang akal untuk menampungnya." Di dalamnya, terdapat Xander yang mabuk berat tak sadarkan diri. Hampir setiap hari selama satu minggu penuh ini pria itu selalu datang menghampiri Leoni dalam kondisi yang mengenaskan. Selama itu juga Theodore yang mengurusnya, mengirim pria itu kembali melalui Dominic yang akan mengant
Penyesalan terbesar dalam hidup Xander ialah menolak rencana pernikahanya bersama Leoni dulu. Ia malah dengan bodohnya menukarkan posisinya dengan Tavel, dan membuat sakit wanita itu. Tak pernah ia duga jika penyesalan besar seperti ini akan hadir ke dalam kehidupanya. Andai saja saat itu ia tak menolak, ia tak bodoh dengan terus mencari kekasihnya yang hilang, seandainya yang menikah dengan Leoni adalah dirinya, mungkin hubungan keduanya akan bahagia, dan mereka tak akan menyakiti satu sama lain. Kini pria itu memohon ampun untuk dimaafkan, diberi kesempatan kedua. Sebab ia tak ingin kehilangan cintanya, tak ingin kehilangan Leoni yang amat sangat ia inginkan. Hubungan mereka terlalu rumit saat ini. Leoni merupakan mantan kakak iparnya. Tidak mungkin mereka bisa menjalin hubungan dengan serius. "Aku mohon, berikan satu kesempatan padaku untuk menebusnya. Aku mencintaimu."
Diundang dikumpulkan dalam sebuah jamuan besar yang diadakan di kediaman Isaac Mallen Vargas. Para tamu-tamu penting pun berkelas, pebisnis sukses Spanyol. Suara obrolan-obrolan ringan namun berbobot dari para petinggi perusahan. Makan malam telah diadakan dari sepuluh menit yang lalu. Masing-masing para tetamu menikmati makan malam lezat yang dihidangkan dengan tenang. Duduk Leoni pada ujung meja ditemani Theodore di sampingnya. Tepat berhadapan denganya, duduk Xander serta Tavel yang mewakili keluarga Miller. Keduanya dipertemukan kembali dalam jamuan makan malam kali ini setelah satu bulan penuh tak bertemu. Canggung di antara keduanya, mencuri pandang kemudian sama-sama mereka alihkan saat tak sengaja pandangan mereka saling bertemu. "Selamat atas lahirnya cucu pertama keluarga Miller." Theodore membuka suaranya, membuat seluruh atensi tertuju pada pria tampan dewasa berstelan jas biru tua licin tersebut.
Dua wanita cantik itu berjalan bersama masuk ke dalam sebuah restoran yang menyajikan Chinese tea di dalamnya. Memesan makan siang sebab mereka belum memakan apapun sejak mendarat di China dari pukul tujuh pagi tadi. Bermodalkan informasi dari teman serta internet Kizzie dan Leoni menghabiskan waktu siang mereka untuk berjalan-jalan tak jauh dari hotel. Berbelanja membeli barang sebab Kizzie hendak memberikan kejutan pada kekasihnya, Lucas. Leoni yang tak menyarankan kejutan setelah hubungan jarak jauh ditentang oleh Kizzie. Wanita itu yakin kekasihnya setia dan ia tidak akan mendapatkan hal mengecewakan setelah jauh-jauh datang dari Spanyol. Otak Leoni memang dipenuhi pikiran curiga, negative thinking tak masuk akal. "Xie xie," ucap Kizzie pada pelayan tampan yang mengantarkan makanan. "Wajah mereka begitu lembut dan manis, bukan?" paparnya pada Leoni. Memiliki wajah yang tampan, kulit putih s