"Kau benar-benar gila, Leoni. Bagaimana bisa kau mengabaikanya seperti itu?" "Aku tidak tahu." Leoni juga gelisah sendiri. Tapi kehamilan kali ini sepertinya benar-benar tak ingin melibatkan Xander. Sebab Xander sedikit mendekatinya saja Leoni rasanya ingin muntah. Kadang-kadang Leoni merasa bersalah pada suaminya, tapi ya bagaimana lagi? Sedetik kemudian ia akan benci Xander juga jika melihat pria itu langsung. Lucas datang membawa beberapa potong daging BBQ yang telah matang dipanggang. Menyimpanya di atas meja diantara dua wanita cantik itu, kemudian ia duduk di samping Kizzie. Tanpa memikirkan jumlah makanan yang sudah dimakan, Leoni mengambil dua potong dagig ke dalam piringnya lalu ia makan dengan lahap. "
"Payudaraku bengkak." Dua orang itu saling menatap. Xander yang menatap Leoni bingung pun kosong, sementara Leoni yang menatap Xander penuh rasa malu. "Aku akan membuatkanmu kompres air hangat," kata Xander segera bergerak mencari benda untuk kompres. Leoni telah membuka bajunya dan menyisakan bra saja ketika Xander telah siap dengan kompresanya. Xander yang tahu harus berbuat apa langsung membuka bra istrinya dan meletakan handuk panas di sana. Keduanya duduk di sofa kini, duduk saling berdekatan dengan Xander yang terus menopang handuk di depan payudara istrinya. "Masih terasa sakit?" tanya Xander, dan Leoni mengangguk pelan. "Jangan menyentuh ujungnya, di sana juga sangat sakit." Xander berdeham samar. Pandanganya justru kabur sekarang, pening melihat dua benda menggoda di depana, benda kesayangan yang sudah lama ia lihat dan sayang-sayang. "Perutmu masih mual?" tanya Xander mencoba mengalihkan perhatian dengan bertanya hal-hal kondisi pada istrinya. "Tidak." "
Di dalam ruang kerjanya Xander tengah duduk fokus mengerjakan pekerjaan saat tiba-tiba telepon di atas meja berdering. Sekretarisnya menghubungi dari luar jika ada seorang tamu yang datang mengunjunginya. Tidak lama setelah itu pintu ruangan Xander terbuka. Menampilkan sang sekretaris bersama wanita cantik yang dia antar untuk masuk. Laura. Wanita cantik itu datang setelah sekian lama. "Hai Xander, bagaimana kabarmu?" tanya Laura pada Xander yang gontai melangkah mendekat padanya. Dua orang itu kemudian duduk bersama di sofa yang baling berhadapan. Laura memberikan sebuah papperbag kecil berisikan satu botol redwine di dalamnya. Keduanya sudah sangat jarang bertemu. Sesekali hanya untuk membicarakan masalah pekerjaan saja, tidak lebih. Tidak seintens beberapa bulan yang lalu ketika Xander sangat sering sekai datang berkunjung ke apartmentnya. "Aku membawakan ini untukmu, kutahu ini redwine kesukaanmu, Xander," tuturnya. "Terimakasih, Laura." "Sebenarnya aku datang untuk
Di pertemuan yoga pertama Leoni dan Kizzie. Semuanya berjalan sukses, terlebih lago pelatih yoga mereka masih muda dan sangat tampan. Dua wanita cantik itu terus membicarakan pria tersebut sepanjang jalan mereka kembali. Seolah s "Tapi aku lebih menyukai otot suamiku. Otot tubuhnya sangatlah terbentuk sempurna," lontar Leoni pada Kizzie yang tak berenti mengagumi tubuh pelatih baru mereka. Keduanya berada di dalam mobil kini, dan Kizzie yang menyetir. Sementara di samping kursi kemudi Leoni sibuk memakan ice cream yang sebelumnya ia beli. Padahal baru saja olahraga, tapi asupan kalorinya malah ia tambah dengan mudah. "Dia berwajah manis, berbeda dengan wajah tegas Xander yang garang," timpal Kizzie, dan di samping Leoni mengangguk pelan. "Tapi Lucas lebih manis," imbuh Kizzie tentu saja. Meskipun keduanya sama-sama mengagumi pria di luar, tapi tetap milik mereka yang terbaik pun tidak ada tandingannya. Mobil itu terhenti tepat di depan sebuah restoran jepang. Di mana Leoni
Kediaman Barney. Laura sibuk mematut dirinya di depan cermin. Memakai dress cantik yang membalut tubuhnya berwarna putih dengan high heels senada. Rambut blonde nya ia biarkan terurai panjang dibuat curly pada bagian bawah serta riasan make up tipis membuat segar pada wajah cantiknya. Malam ini adalah malam di mana akan diadakan makan malam spesial di kediamannya. Mengundang tamu yang tak kalah istimewa untuknya. Xander Miller. Ya, pria yang ia tunggu kedatanganya. Senyuman manis terus terpatri pada wajah cantik Laura. Menguar kebahagiaanya hingga pada Barney yang melihat ikut merasakan kebahagiaanya. Pria tua itu tersenyum senang melihat putri kesayanganya ceria. "Selamat malam, Sayangku. Kau sungguh cantik malam ini." Laura mengulum senyum di hadapan ayahnya. "Bukankah aku memang sudah cantik setiap hari, Ayah?" "Ya, kau benar. Kau memang cantik setiap hari, setiap detik, pun setiap saat. Kau memang putriku yang paling cantik." Ia terkekeh. "Ayah hentikan itu. Kau sela
"Ah ... Xander." "Ada apa?" "Perutku." "Ada apa dengan perutmu?" tanya Xander khawatir. Keduanya masih berada dalam perjalanan menuju penthouse mereka setelah kembali dari kediaman Barney yang jarak tempuhnya lumayan jauh. Xander yang mengemudi mencoba memelankan laju kendaraan ketika istrinya mengeluh kesakitan. "Kedinginan, perutku kedinginan dan ingin dipegang oleh sentuhan hangatmu," goda Leoni dengan senyuman. Padahal Xander sudah terkejut dan cemas, tapi istrinya itu malah tertawa dan terkekeh senang. Segera saja Xander gelitiki sisi perut Leoni yang kontan semakin tergelak di sana. Leoni menarik tangan Xander, membawanya ke dalam dekapan. Membiarkan suaminya mengemudi hanya dengan satu tanganya saja. Entah kenapa setelah beberapa minggu benci dan muak melihat Xander, kali ini justru Leoni sangat ingin bermanja bersama suaminya. Apa mungkin emang seperti ini mood ibu hamil? Karena sebelumnya Leoni mengurus dirinya sendiri ketika hamil Zeline. Setengah jam berla
Acara reuni diadakan pada aula besar unniversitas. Begitu besar pesta diadakan sebab beberapa angkatan turut hadir di dalamnya. Leoni dan Xander datang bergandengan tangan, bersama baby Zeline yang berada di dalam gendongan daddynya. Pandangan orang-orang tentu saja tertuju pada pasangan ini. Sensasional sebab mantan ipar yang saling menikah. Namun, Leoni dan Xander tak menghiraukan tatapan serta cibiran dari manusia-manusia yang hanya bisa mencibir orang, mereka hanya fokus pada diri masing-masing. Jauh di ujung ruangan Kizzie melambaikan tangan, meminta Leoni untuk datang duduk bersamanya dan Lucas. Sampai di mejanya, segera Lucas ambil alih badan mungil Baby Zeline dari gendongan daddynya. Leoni duduk di samping Kizzie, mendekatkan wajahnya pada sahabtanya itu lalu berbisik. "Sial! Kenapa kau mengirimkan fotonya, Xander telah melihatnya sekarang." Kizzie menahan tawanya. Menilik Xander yang pandanganya tengah mengedar mencari sesuatu, lalu tak lama pria itu bangkit dari
Kehamilan Leoni telah memasuki usia tujuh bulan. Perutnya telah membulat besar dan dipastikan berat badanya bertambat dua kali lipat. Wanita cantik itu semakin berisi pun pipinya yang membulat terdapat double chin. Kini, dirinya sedang berada di rumah sakit. Menjenguk Kizzie yang baru saja melahirkan bayi laki-laki yang amat tampan dan lucu. Bayi kecil merah yang saat ini sedang terlelap di dalam baby box nya. Ditatap penuh oleh Leoni dan Xander, Kizzie dan juga Lucas. “Lucu sekali, dia yang selama ini berada di perutku?” Mendadak Kizzie mejadi melow, lingkar matanya memerah penuh haru. Ia dipeluk oleh suaminya di samping yang sama-sama terharu seperti dirinya. Satu lengan Kizzie terulur untuk menyentuh bayi kecilnya. Membuat bayi itu menggeliat kala merasakan sentuhan hangat dari tangan maminya. "Hah ... dia lucu," kata Leoni disertai mata yang berbinar. "Akhirnya kau menjadi ibu dari seorang bayi laki-laki," imbuh Leoni, memeluk sahabatnya. "Ahkhirnya." Pun, tangis Kizzi