“AAAHHH!!!” jerit Rissa dan Daniela bersamaan. Mereka reflek menutup mata mereka bersamaan.
Melvin dan Trevis langsung tanggap dan mereka segera menghampiri kekasih masing-masing, memeluknya, dan menutupi kejadian itu dari mereka.
“Jangan lihat! Tutup mata kalian!” seru Melvin dan Trevis bersamaan. Kedua wanita itu segera menurutinya tanpa kata karena mereka juga tak ingin melihat kejadian itu. Kedua tangan mereka menutupi telinga, agar suara kematian Mr. Johann terblokir dari mereka.
Mr. Johann membelalak ketika bilah kapak yang dingin itu sampai di lehernya. Untuk sedetik yang seolah seribu detik baginya, dia menyadari dengan terkejut dan ngeri akan apa yang terjadi.
Detik berikutnya kepalanya menggelinding di lantai. Ekspresi wajahnya yang terkejut terpatri abadi. Mulutnya membuka dengan ngeri.
“Astaga, astaga!!!” Mrs. Claudia terduduk di lantai, syok luar biasa melihat kejadian yang mengerikan i
“Congrats, Rissa!!” seru Jovanka. Dia bertepuk tangan setelah sebelumnya memeluk Rissa dengan erat.“Ikut bahagia, Miss!!” seru Gita. Dia ikut memeluk Rissa setelah Jovanka.“Congrats, Miss ... Tapi ... Tapi Miss nggak bakalan ninggalin kita kan? I mean, Miss masih di sini kan setelah nikah?”Ifan mengusap hidungnya, dan membersit ingusnya. Semua orang langsung tertawa dibuatnya. Ifan menangis karena berita itu! Sosoknya yang melambai runtuh hari itu karena emosi mengambil alih dirinya.“Miss Ifan! Tentu aja aku bakal masih kerja di sini!” seru Rissa segera, tergelak geli melihat Ifan yang mendadak menjadi melankolis.“Masa iya aku langsung keluar kantor gara-gara nikah? Nggak dong. Dan aku terlalu sayang sama kalian semua sampai aku nggak bisa ninggalin kalian!” lanjutnya lalu memeluk Ifan dan berusaha menenangkannya.Ifan langsung terisak.“Huaaaa bagus
“Nope. Sekali lagi, nggak akan, Melvin.”“Kak aku bahkan belum bilang apa-apa!”“Tidak, aku tahu apa yang mau kau bilang, Melvin.”“Sudahlah, jangan ngomong basa-basi lagi. Aku nggak bakal iyain apa kata-kata kamu.“Ayolah, Kak.”“Please Kak. Ini bukan cuma demi aku. Ini demi kita semua.”“No.”“Demi kalian semua maksudnya? Aku nggak merasa diuntungkan dengan adanya hal ini.”Melvin menggigit bibirnya. Dia kembali berusaha bernegosiasi.“Kak, Papa udah berubah sekarang. Dia sudah bukan ayah yang kita kenal sebelumnya,” katanya.“Kakak harus lihat sendiri perubahannya buat percaya. Sumpah Kak aku nggak bohong!” lanjutnya.Dia harap-harap cemas mendengar balasan dari Aidan.“Udah aku bilang, aku nggak mau, Melvin. Tolong jangan memaksa,” kata Aidan segera.&
“Cheers!”“Untuk pasangan Melvin dan Rissa!”“Cheers!” Semua orang segera berseru mengikuti Aidan.Pernikahan antara Melvin dan Rissa sedang berlangsung. Acara itu sangat megah dan meriah. Seribu orang undangan datang ke acara itu. Semua keluarga dan teman Rissa, semua kolega di JW Company, semua keluarga dan teman Melvin, dan beberapa kolega Melvin di JW Company. Seluruh jajaran eksekutif JW Company juga turut diundang untuk hadir.“Kamu cantik sekali, kekasihku,” kata Melvin saat Rissa sampai di tempatnya berdiri di depan altar.Rissa tersenyum padanya.“Terima kasih. Kamu juga sempurna, Sayang. Oh astaga! Aku bahagia sekali!” kata Rissa tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya yang meluap-luap.Rissa mengenakan gaun pernikahan yang dulu dibeli sebelum adanya rencana pernikahan pura-pura untuk menjebak Augustus Johann. Gaun itu sangat pantas dipakainya
“Oh, kau tertarik ke sana juga?” tanya Aidan pada Melvin.Melvin tersenyum.“Rissa nih yang kepingin ke sana. Gara-gara kartu posmu Kak! Ha ha ha!”Rissa langsung salah tingkah.“Lho emang nggak boleh?”Melvin tertawa.“Siapa yang bilang nggak boleh? Jadi Kak, apakah desanya sebagus yang ada di kartu pos?” tanyanya.Aidan terkekeh.“Bahkan lebih bagus! Bener-bener recommended pokoknya!”“Gianna sering banget jalan-jalan ke jalan utamanya tuh,” katanya.Gianna lalu tersenyum.“Emang sebagus itu kok jalannya! Pokoknya betah banget di sana! Terus kalian bisa lihat perkebunan anggur, desa-desa yang cantik dan ...”“Wow wow cukup Gianna! Nanti kami nggak kaget lagi waktu sampe di sana!” Melvin lalu tergelak.Gianna tertawa.“Pokoknya nanti aku rekomendasiin destinasi wisata di
“Ethan Wirawan,” kata Melvin dengan bangga.“Nama yang indah, bukan?” lanjutnya.Rissa mengangguk.“Aku suka nama itu. Suka sekali,” katanya.Rissa menimang bayinya dengan penuh rasa sayang.“Lihat Papa, tuh, Ethan,” katanya sambil menunjuk Melvin. Melvin lalu melambaikan tangannya di depan anaknya, lalu membuat ekspresi wajah lucu. Tiba-tiba Ethan langsung menangis.Rissa langsung mencela suaminya.“Tuh lihat, Ethan jadi nangis kan. Dia nggak suka tuh digodain kayak gitu,” katanya.Melvin tergelak.“Ah itu mah bisa-bisanya dia aja. Kemarin dia aku gituin ketawa kok,” katanya membela diri.Rissa memeletkan lidahnya.“Tapi lihat sekarang dia nggak suka.”Melvin kembali tergelak.Kehidupan pernikahannnya dengan Rissa sudah berjalan selama satu tahun dan mereka langsung dikaruniai seorang anak laki-l
“Bagus. Dia sudah pergi.”“Ini waktu yang tepat untuk beraksi, Angeline.”Angeline Johann berkata pada dirinya sendiri sambil memandang kondisi sekelilingnya. Melvin sudah berangkat ke kantor sejam yang lalu dan tidak ada tanda-tanda dia akan kembali dalam waktu singkat. Jika dia harus bergerak, inilah saatnya. Dia tak boleh membuang-buang waktu lagi.Dia betah bersembunyi dalam bayangan, karena itulah yang selama ini sudah dilakukannya seumur hidupnya. Dia berada di balik bayangan samping rumah yang sepi. Kondisi luar rumah itu sangat pas untuk tempatnya bersembunyi. Dia dengan senang mendapati bahwa dia bisa bersembunyi lama di sana tanpa ketahuan atau ada orang yang curiga sedikitpun.Komplek perumahan itu memang sepi jika sudah menjelang malam. Satpam cukup sering berkeliling, tapi seringnya keamanan di lokasi itu cukup longgar. Sebenarnya itu kondisi yang miris karena perumahan itu adalah perumahan mewah. Banyak orang penting
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,