Share

174. Kamu Paham?

“Aku duda,” kataku kemudian. “Baru beberapa bulan ini.”

Tatapan Seya sulit kuartikan. Antara cerah tapi mendung. Ia memerhatikan Yenan yang saat itu menunduk seolah tidak mau tahu.

Seya tersenyum. “Yes, itu artinya aku bebas mendekatimu, kan?” serunya dengan riang dan mengepalkan tangan ke udara.

“Mendekati apa sih, makan sana yang benar,” protes Yenan sembari mengayunkan sendok ke kepala Seya.

Wanita itu memang berhasil tertunduk untuk makan. Tapi hanya beberapa detik. Setelahnya cengiran penuh arti terlontar padaku.

Lagi-lagi aku tidak menggubris. Kupikir gadis mana yang akan suka dengan duda. Selain karena tabiat yang buruk, seorang duda terindikasi tidak punya kemampuan dalam mempertahankan hubungan. Aku sudah sangat siap dengan pemikiran buruk semacam itu.

Namun, pemikiran hanya sebatas pemikiran. Nyatanya aku tidak bisa menebak apa yang Seya pikirkan.

Setelah tahu aku duda yang bar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status