“Kamu yakin bisa jalan?” Pertanyaan yang terlontar dari mulut suaminya itu sungguh menyebalkan.Kalila mendelik manja kemudian kembali menatap cermin sambil mengaplikasikan blush on pada pipinya.Malam ini adalah malam pertemuan keluarga Gunadhya dan Benedict.Mereka akan membahas mengenai pertunangan Kejora dan Marvin jadi tidak mungkin bila Kalila tidak datang.Semestinya King paham jika Kalila butuh jeda, bukannya digempur terus menerus hingga ia kesulitan melangkahkan kakinya.Masih ada hari esok, kiamat pun mungkin masih sangat lama tapi bagi King seolah hari ini adalah hari terakhir bertemu Kalila sampai setiap detiknya hanya ingin ia habiskan di dalam tubuh Kalila.King mengulum senyum sambil mengancingkan kemejanya.Kalila kemudian berdiri, meneliti penampilannya di cermin besar di samping meja rias.Sedikit meringis saat berdiri tadi karena bagian intinya terasa bengkak tapi pada kenyataannya tidak.Mungkin Kalila hanya tersugesti karena mengetahui milik King yang besar.Bod
Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat disebuah restoran mewah.Seorang pria dengan stelan jas dan sarung tangan putih membantu membuka pintu mobil dari luar.Marvin berdiri di depan pintu loby resto menyambut kedatangan keluarga Gunadhya.Resto yang dipilih Marvin untuk makan malam keluarga ini menjadikan pakaian formal sebagai dresscode bagi tamu yang akan makan di sana.Dan Marvin sangat tampan dengan stelan jas yang dikenakannya.Bibirnya tersenyum lebar ketika mendapati Kejora turun dari mobil.Seperti biasa Kejora selalu cantik dengan gaun panjang berwarna navy yang sengaja ia belikan untuknya.Lelaki itu langsung merengkuh pinggang Kejora lantas memberikan kecupan di pipi.Apa yang dilakukan Marvin sangat biasa bagi Kejora, seperti merasakan kecupan atau pelukan dari ketiga Kakak laki-lakinya jadi tidak ada penolakan terlebih Marvin adalah lelaki yang setahun ini sangat dekat dengannya.Marvin menyalami kedua orang tua Kejora juga Grandma dan Grandpa beserta Kakak-Kakaknya.
Sudah waktunya mereka pulang, kembali pada kehidupan nyata setelah pesta pernikahan sekaligus liburan singkat bersama seluruh keluarga.Keluarga Gunadhya sudah kembali tadi pagi dengan jadwal penerbangan pertama.Alisha dan Ben pulang ke Irlandia, Alisha tidak pamit kepada Arjuna karena masih belum menerima keputusan sang anak yang akan menikahi Elma.Tinggal Kejora, Arjuna dan Elma di hotel itu yang akan bertemu dengan sepasang pengantin baru di Bandara nanti kemudian menggunakan pesawat King untuk bertolak ke Berlin.Kejora menarik kopernya menuju pintu lift, menekan tombol pada panel yang terdapat di dinding.Telunjuknya bersentuhan dengan telunjuk seseorang yang juga akan menaiki lift tersebut.Kejora menoleh ke belakang dan mendapati Arjuna sangat dekat dengannya.“Bang Juna,” ucap Kejora melirih.“Mau aku bantu membawakan kopermu?” Arjuna menawarkan diri.Kejora selalu gugup bila menghadapi Arjuna saat berdua saja, perasaannya tidak menentu.Ingin membenci tapi sangat mencintain
Alarm pagi yang dipasang King berbunyi nyaring, pria itu bangun dan mematikannya kemudian turun dari tempat tidur tanpa sehelai benang pun.Tubuhnya terasa pegal dan lemah seperti habis bergelung hasrat semalaman bersama seorang wanita.Tujuannya adalah wastafel yang berada di dalam kamar mandi.King meraih sikat gigi, keningnya berkerut saat melihat satu sikat gigi lagi berwarna pink berada di dalam gelas bersanding dengan sikat giginya.Lantas menepuk jidat tatkala teringat jika dirinya telah menikah dengan gadis cantik berwajah jutek.Kenapa ia bisa lupa dengan statusnya yang telah menikah? Itu pasti karena King melepas cincin nikahnya sebelum tidur tadi.Selain itu tadi malam adalah malam pertama mereka tinggal satu rumah setelah menjadi suami istri.King berlari menuju ranjang tapi tidak ada siapapun di sana.Segera menyambar bathrobe yang tergantung di pintu kamar mandi kemudian membuat simpul tali di pinggang seraya berlari menuruni tangga rumahnya.Setiap ruangan di rumah Kin
Akhirnya Ayah dan Bunda merestui Kejora yang ingin menikah tiga bulan lagi.Tidak mau kalah dengan Arjuna dan Elma yang juga akan meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.“Kejora mau nikahnya di Berlin ya, Yah ...,” pinta Kejora pada sang Ayah dalam sambungan video call.Bukan hanya Ayah dan Bunda, Kakek dan Nenek dari pihak Ayah dan Bunda beserta ketiga Kakak Kejora ada dalam sambungan video call tersebut.Satu alasan yang membuat Ayah mengalah mengikuti keinginan Kejora adalah karena sekarang Kejora sangat memaksa dengan keinginannya tersebut, mengingat jauhnya jarak antara mereka dan sang Ayah tidak bisa mengawasi Kejora secara langsung.Juga untuk meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan misalnya tiba-tiba Kejora mengandung anak Marvin.Pergaulan anak muda sekarang sangat bebas baik di Indonesia apalagi di Berlin, keluarga tidak bisa jamin jika Kejora masih perawan jika dibiarkan terlalu lama berpacaran dengan Marvin.Jangan lupakan jika banyak gadis yang pe
Udara sejuk menerpa wajah dan rambut Kejora saat Marvin membuka atap mobilnya.Sinar matahari hanya menembus sedikit saking lebatnya dedaunan di pohon-pohon yang berada di sisi dan kanan jalan.Tangan sang gadis terangkat seakan hendak menggapai udara kemudian bibir tipis itu pun tersenyum.Mata Kejora yang dibalut sunglasess melirik ke arah sang tunangan tampan di sampingnya.Tangan Marvin terangkat mengelus sayang pipi Kejora.Keduanya sesaat saling memberikan senyum sebelum Marvin kembali fokus pada jalan di depannya.Belum pernah Marvin tergila-gila pada seorang gadis, sepanjang hidupnya perempuan adalah tempat untuk menyalurkan hasrat tapi bagi Marvin—Kejora lebih dari pada itu.Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam akhirnya mereka tiba di tempat tujuan.Raut wajah ceria Kejora tadi tiba-tiba saja menyendu saat mata indahnya melihat mobil Arjuna di parkiran resort.Marvin memiliki pemikiran yang sama dengan Kejora, kedatangan Arjuna ke resort tersebut pasti bukan untuk
Para sahabat Arjuna termasuk sekertarisnya menempelkan telinga pada pintu ruangan sang CEO.Semenjak kabar tentang pertunangan Elma dan Arjuna beredar, seakan pemilik perusahaan ini adalah Elma.Sudah dua karyawan perempuan yang Arjuna pecat atau lebih tepatnya Elma yang memaksa Arjuna untuk memecatnya karena ada indikasi jika dua karyawan perempuan yang malang itu menyukai Arjuna.Semakin hari, Elma memang semakin tidak terkendali seperti saat ini—wanita itu sedang teriak-teriak di dalam ruangan Arjuna hingga suara terdengar hingga luar.Menurut dari suara lantang yang mereka dengar, Elma sedang komplain keras karena Ibunda dari Arjuna menolak memberikan perhiasan keluarga Folke yang seharusnya turun temurun dilakukan.Meski tidak seterkenal keluarga Benedict apalagi Alterio, Elma yang akan menjadi menantu keluarga Folke sudah semestinya mendapatkan perhiasan tersebut.“Kamu harus memberi pengertian kepada Ibumu, Arjuna ... itu hak kamu dan hak aku juga sebagai menantu.” Elma masih b
“Biarkan seperti ini sebentar saja, aku mohon ... .”Kalimat itu sudah beberapa menit yang lalu keluar dari mulut Arjuna, Kejora menurut.Diam saja, tidak bergerak meski bulu kuduknya meremang karena wajah Arjuna berada tepat di lehernya.Bukan hanya hembusan napas pria itu namun bibir Arjuna juga sesekali mengecup lehernya dalam dengan bibir bergetar.Kejora tidak ingin menanyakan apa yang terjadi dengan pria itu, ia sedang berusaha untuk tidak peduli.Meskipun benaknya menggaungkan banyak pertanyaan.Kenapa Arjuna bisa ada di rumahnya?Arjuna memang mengetahui pascode pintu depan tapi untuk apa pria itu mengunjungi rumahnya?Apa bermaksud untuk meminta kembali jaket yang sempat Kejora pinjam?Lalu kemana Elma? Jika Arjuna menginap di rumahnya, wanita itu pasti ada tapi beberapa menit Kejora berada di atas pangkuan Arjuna—batang hidung Elma tak jua muncul menandakan jika Arjuna tidak bersama Elma.Apa mereka sedang bertengkar lantas Arjuna akan membatalkan pernikahannya?Katakan saj