Lelaki itu turun dari dalam mobil. Dia melangkal mendekati mobil Clarissa yang berada di bawah pohon.Clarissa baru sadar jika lelaki yang bernama William Zhi itu sudah mengetahui jika mobilnya telah dia ikuti. Clarissa dengan santai keluar dari mobil, menunggu kedatangan William yang menghampirinya dengan memainkan kuku manis miliknya tanpa melepaskan kaca mata hitam yang masih menutupi kedua matanya."Siapa kamu? Untuk apa kamu mengikutiku?""Menurut kamu?" tanya Clarissa, membuka kacamatnya."Clarissa!""Kenapa kamu terlihat terkejut, William? Aku kira kamu sudah mati menyusul ibu dan adikku, tetapi rupanya kamu mempunyai banyak cadangan nyawa hingga aku harus kembali mengotori tanganku untuk membunuhmu."Aura wajah Willam berubah saat dia tahu seseorang yang saat ini ada di depannya. Matanya memerah melihat wanita yang selama ini telah berani menembaknya. Untung waktu itu anak buah David Lee dengan sigap menolongnya. Jika satu jam saja David Lee telat, maka William tidak tahu apa
Clarissa menarik kerah baju lelaki itu dari belakang dan membunuh lelaki tersebu lalu dia lempar mayat lelaki itu ke arah tong sampah. Sehingga, semua orang yang ada di lokasi menghampiri mayat teman dan melihat ke arah Clarissa. Semua orang yang ada di situ bergantian menghajar Clarissa. Namun, tidak ada di antara mereka yang berhasil melukai Clarissa.Brak ….Clarissa menutup pintu dengan sangat kencang, membuat semua orang menatap ke arah pintu, begitu pula dengan Isabella Lee.Dia menoleh ke arah Clarissa. "Siapa kau? Kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini?"Clarissa membuka tudungnya. Dia menoleh ke arah Isabella. "Hai, Tante."Isabella melongo melihat wajah Clarissa yang sangat mirip dengan seseorang yang dia kenal."Kenapa Tante terlihat kaget? Apa Tante mengenaliku? Atau Tante sudah lupa kepada keponakan Tante?""Clarissa ….!" "Ternyata ingatan Tante sangat tajam. Aku memang Clarissa, seorang anak yang kalian renggut kebahagiannya," ucap Clarissa berjalan mendekati Isabella."J
"Sebentar lagi kamu akan tamat, Clarissa. Itu pasti David dan Justine mereka akan segera membunuhmu."Clarissa biasa saja. Dia menyandarkan tubuhnya di tembok dan memainkan kuku-kukunya."Apa kau tidak mendengarkanku, Clarissa!" teriak Isabella, merasa dipermainkan oleh sang keponakan yang sangat dia benci.Clarissa mengambil ponselnya. Dia memeriksa isi ponsel tersebut tanpa memedulikan setiap perkataan yang keluar dari mulut orang yang saat ini menjadi tahanannya.[Clarissa, kamu di mana? Apa benar jika kamu yang menculik Isabella Lee. Jika benar itu terjadi, kamu dalam bahaya, Nak. Seluruh anggota geng mafia yang ada dalam naungan David Lee saat ini telah menuju ke tempatmu. Lebih baik kamu tinggalkan Isabella daripada kamu terkena masalah, Nak. Paman tidak mau terjadi sesuatu kepadamu.]Sorot mata Clarissa berubah menjadi semakin tajam ketika dia selesai membaca isi pesan yang dikirim Alexander Lee kepadanya.Clarissa pergi meninggalkan Isabella. Dia berjalan ke ruang tamu, sediki
Dorr …Sebuah peluru masuk ke dalam perut Clarissa. Clarissa hanya mampu menghentikan langkahnya. Dia menatap perutnya yang mengeluarkan banyak darah."Kau …." Clarissa tergeletak di lantai disaksikan oleh Antonio Lee dan Leonardo Shu. Kedua orang itu menjerit memanggil nama Clarissa. Leonardo Shu berusaha memberontak agar bisa terlepas dari genggaman anak buah Justine Lee. Sehingga, dia menginjak kaki anak buah Justine dan memukul orang tersebut. Dia berjalan ke arah Clarissa dengan air mata, menggenggam tangan penuh darah dan menciumi telapak tangan Clarissa."Seharusnya kamu tidak melakukan semua ini, Clarissa." Leonardo Shu tidak berhenti menangis melihat keadaan Clarissa, wanita yang sangat dia cintai."Cek keadaan gadis itu," perintah Justine Lee kepada salah satu anak buahnya yang masih tersisa."Apa yang ingin kamu cek, Justine?! Tidak mungkin dia bisa bertahan hidup dengan peluru kalian. Kau keterlaluan! Apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana keadaan gadis ini? Dia hany
"Clarissa masih hidup, Tuan. Dia belum mati. Aku sangat yakin jika dia akan selamat.," ucap Leonardo di telinga Antonio Lee.Mendengar ucapan Leonardo Shu, mata Antonio Lee langsung terbuka. Dia bangun dan menatap Leonardo Shu. Dia mencari kebenaran di mata Leonardo. "Benarkah dengan apa yang kamu katakan, Leonardo? Kamu tidak hanya ingin menghiburku, 'kan?"Leonardo Shu menggelengkan kepala. Dia menceritakan semua yang terjadi kepada Antonio. "Aku membohongi Justine Lee, Tuan. Aku yakin Clarissa masih hidup. Tapi, tadi waktu aku dan Justine Lee pergi dari rumah itu, aku melihat ada seseorang yang memasuki rumah tersebut. Semoga saja orang itu adalah orang baik yang akan menyelamatkan Clarissa. Kita hanya bisa berharap tanpa bisa bernuat apa pun."Leonardo Shu tampak berpikir siapa orang itu. Dia seperti sering melihat orang tersebut. "Aku seperti mengenal orang itu. Tapi, aku lupa siapa dia," lanjut Leonardo Shu dengan mengingat-ingat lelaki paruh baya yang memasuki rumah Clarissa.
Park Xiao meletakkan ponselnya. Dia tidak peduli jika David Lee beserta anaknya mulai curiga dengan dia. Bagi Park Xiao saat ini adalah bagaimana caranya Clarissa sembuh dan bisa membalas perbuatan mereka. Ketika Park Xiao memikirkan bagaimana cara Clarissa untuk membalas perbuatan David Lee, tiba-tiba terbersit dalam pikirannya tentang merubah wajah Clarissa.Park Xiao tersenyum membayangkan semua rencananya. Dia mengambil ponselnya kembali, mengetik sebuah pesan yang ada di pikirannya untuk di kirim ke Alexander Lee. Dia yakin Alexander Lee kali ini sangat setuju. Lagi pula David dan anaknya sudah berpikir bahwa Clarissa telah meninggal, saat ini sudah waktunya Clarissa untuk bangkit dengan wajah yang baru, dengan begitu Clarissa bisa mudah membalaskan dendam keluarganya."Kami akan segera membalaskan dendammu, Nona. Jangan khawatir, semua pasti akan berjalan sesuai rencanamu, tuan Antonio dan Leonardo Shu akan kembali ke sisimu."Park Xiao kembali menatap ponselnya, membaca pesan
"Di mana Clarissa, Paman?" tanya Justine Lee saat dia tidak mendapati Clarissa di ruangan tersebut. Dia hanya melihat seorang wanita tua telah berbaring di sana."Maaf, Tuan muda." Park Xiao menundukkan kepala memberi kehormatan untuk Justine Lee. "Mungkin Anda salah paham. Dari tadi aku sedang mengantar ibuku yang sedang sakit parah, tetapi Anda sepertinya sudah tidak percaya dengan apa yang aku katakan, Tuan."Justine Lee berbalik arah. Dia menatap Park Xiao dengan tajam. "Apakah kamu pikir aku adalah orang bodoh yang gampang kamu tipu, Paman? Mungkin saat ini kamu bisa mengelabuiku, tetapi tidak untuk kedua kali."Justine Lee pergi meninggalkan Park Xiao dengan amarah di dadanya. Dia berpikir jika kali ini dia bisa membongkar pengkhianatan Park Xiao kepada sang ayah. Namun, ternyata Park Xiao tidak seperti yang dia pikirkan. Lelaki tua itu terlalu cerdik untuk di kalahkan oleh Justine Lee.Melihat kepergian Justine Lee, hati Park Xiao merasa lebih tenang. Dia pikir semua akan bera
"Kenapa kamu menatap paman seperti itu, Clarissa? Apa kamu tidak setuju?" "Jelas aku tidak setuju, Paman. Paman akan merubah wajahku? Bagaimana jika nanti ayah dan Leonardo Shu tidak mengenalku? Aku yakin pasti ada jalan lain selain ini." Clarissa memalingkan wajahnya dari Alexander Lee. Baginya, Alexander Lee mulai tidak waras saat ini. Alexander Lee mengambil napas gusar. "Coba kamu pikir, apakah ada jalan lain selain itu? Bagaimana kamu bisa menyelamatkan mereka, jika kamu saja tidak bisa masuk ke dalam anggota dari geng David Lee?" Clarissa menatap Alexander Lee. Dia memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut Alexander. "Beri aku waktu, Paman. Aku akan memikirkan hal ini." "Tidak ada waktu Clarissa. Kamu sudah lama tidak sadarkan diri." Alexander Lee berjalan menjauh dari Clarissa, menatap pemandangan di luar rumah sakit. "Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada ayahmu setelah dua tahun terakhir ini. Jika kita menunggu kamu berpikir, lalu seberapa lama lagi ayahmu akan menun