Jessica tercenung mendengar cerita Moses. Tak pernah disangkanya lelaki don juan itu telah menjadi seorang ayah. Diakah jodoh yang Kau peruntukkan bagiku, Tuhan? jerit gadis itu dalam hati. Terus terang tak terpikir olehnya untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun. Ia lebih suka sendirian. Hingga Tommy tiba-tiba hadir kembali dalam kehidupanya dan menghendaki mereka berdua bersatu kembali.
Tapi aku sudah tidak mempunyai perasaan cinta padanya, cetus gadis itu jujur dalam hati. Aku hanya ingin menyakiti hati Tante Wanda dengan menyiksa batinnya secara perlahan-lahan sebelum meninggal dunia akibat penyakit kankernya.
“Bagaimana, Cantik? Kamu sudah percaya bahwa aku tidak menuntutmu memberikanku keturunan? Seorang William bagiku sudah cukup.”
&nbs
Moses sampai melongo dibuatnya. Jenny cuma cengengesan dan berkata ringan, “Ya begitulah adikku kalau sedang galau, Ses. Pikir-pikir aja dulu. Kamu kuat nggak seumur hidup menghadapi sikapnya yang cuek bebek itu.” Pria tampan itu nyengir sambil menyahut ringan, “Saya sudah menunggu selama lima tahun, Kak. Sudah nggak bisa mundur lagi. Hehehe….” Jenny mengangguk senang. Mudah-mudahan kamu menepati janjimu untuk tidak mundur, Ses. Adikku butuh pria yang kuat seperti dirimu, cetusnya dalam hati. Sesaat kemudian pria itu berpamitan dan melangkah keluar rumah menyusul Jessica yang sudah membuka pintu pagar. *** “Silakan Bu Wanda membubuhkan tanda tangan di bagian-bagian yang sudah saya beri tanda,” ujar sang pengacara penuh hormat. Wanda, Tommy, pengacara, dan asisten pengacara s
Dipandanginya Moses yang masuk ke dalam mobil dengan tatapan tidak suka. Jenny yang menyadarinya segera mengajak laki-laki itu dan Jessica masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, dimintanya Tommy duduk menunggu di ruang tamu sementara dia masuk untuk membuatkan minuman. “Nggak usah repot-repot, Kak,” sahut pemuda itu sungkan. “Nggak apa-apa, kok. Tunggu sebentar, ya. Jes, kamu temani Tommy di sini,” ujar Jenny seraya menatap tajam adiknya seakan-akan memberi ultimatum yang wajib dipatuhi. Yang ditatap mengangguk acuh tak acuh seperti biasanya. Setelah sosok kakaknya menghilang, gadis itu lalu membuka mulutnya, “Katanya besok baru datang untuk menunjukkan sesuatu padaku. Kok sekarang udah muncul?” &
Tommy benar-benar terkejut kali ini. Bagaimana mungkin penerus bisnis keluarga Saputra menikah secara sederhana di tempat ibadah tanpa perayaan yang meriah?! Jessica tersenyum sinis melihat pemuda itu tertegun mendengar permintaannya. Tapi sepertinya Tommy tak berani menolaknya karena takut gadis itu akan berubah pikiran. Sungguh perjuangan yang tak mudah hingga akhirnya ia berhasil menyematkan cincin pengikat cintanya di jari manis Jessica. Masa segala upayanya harus berakhir sia-sia hanya karena ia bersikeras merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran seperti tradisi keluarganya selama ini?! “Baiklah,” jawab Tommy mengalah. “Kita akan menikah secara sederhana sesuai kehendakmu. Tapi tidak apa-apa kan, kalau aku bersikeras mengajakmu bulan madu keliling Eropa selama tiga minggu?” &
“Apa Jessi nggak salah dengar, Kak?” tanya gadis itu meminta penjelasan.Sang kakak menggeleng. “Mas Yakob ternyata ditipu oleh kekasih gelapnya itu. Janin yang dikandungnya ternyata benih laki-laki lain. Teman baik Mas Yakob pernah tak sengaja melihat perempuan itu keluar dari supermarket bergandengan tangan dengan pria lain. Dia langsung memotret mereka dengan ponsel dan mengirimkannya pada Mas Yakob. Akhirnya Mas Yakob memaksa kekasihnya untuk melakukan tes DNA pada janin yang dikandungnya. Hasilnya sudah keluar dan ditunjukkannya padaku tadi siang sewaktu aku pergi membeli bahan-bahan kue….”Jessica terbelalak. “Jadi selama ini Kak Jenny diam-diam masih menjalin hubungan dengan orang itu di luar sepengetahuanku?! Hebat sekali!” ucap gadis itu ketus seraya bertepuk tangan.
Esok siangnya Tommy menerima telepon dari ibunya sewaktu bekerja di kantor. “Tom, hari ini Mama ulang tahun. Kamu sehabis dari kantor nanti langsung pulang ke rumah, ya. Kita berdua makan sama-sama,” pinta Wanda dengan riang.“Ya, ampun! Selamat ulang tahun ya, Ma. Maaf Tommy lupa.”“Nggak apa-apa, Tom. Yang penting kamu nanti jangan pergi kemana-mana, ya. Temani Mama di rumah aja. Sudah lama kita nggak ngobrol-ngobrol berdua.”“Bisakah Tommy ajak Sica untuk ikut merayakan ulang tahun Mama?”“Mama ingin merayakannya berdua saja denganmu, Tom. Karena mungkin ini terakhir kali kita melakukannya. Tak lama lagi kamu
Melani lalu membimbing Wanda berjalan menuju meja makan. Tommy menarik kursi di ujung meja dan mempersilakan ibunya duduk. Ia lalu menyalakan lilin pada kue ulang tahun ibunya dan memberikan instruksi kepada Suster Nilam, perawat Wanda, “Tolong fotokan Mama waktu berdoa dan meniup lilin, Sus.”Sang perawat mengangguk. Diterimanya ponsel yang disodorkan majikan mudanya. Lalu Melani berkata riang, “Ayo Tante sekarang berdoa. Semoga diberi kesehatan, umur panjang, dan diberkati selalu.”Wanda terkekeh senang. Dia melakukan persis seperti yang diminta oleh tamu spesialnya itu. Suster Nilam memotretnya mulai sejak majikannya itu menutup mata untuk berdoa sampai membuka mata dan meniup lilin-lilin ulang tahunnya.“Eh, se
Sementara itu di dalam kamarnya Tommy merasa kepalanya berat sekali. Dia masih meracau dan bahkan akhirnya menyebut-nyebut nama Jessica. Dirinya tiba-tiba merasa rindu sekali pada gadis itu. “Ah, aku ingin bertemu Sica. Kangen sekali rasanya,” celetuknya seraya berusaha bangkit berdiri dari atas tempat tidur. “Tom, aku sudah berada di sini. Kamu nggak usah kemana-mana.” Pemuda itu menengadahkan wajahnya dan tampak samar-samar olehnya seraut wajah gadis yang teramat dicintainya. “Oh, kamu datang, Sica. Kepalaku pening sekali. Pandanganku terasa berkunang-kunang. Tapi kamu benar Sica, kan?” “Masa aku bohong, Tom? Kamu kelihatan capek sekali.” “Sini, Sica-ku S
Ketika Jessica turun dari mobil, dilihatnya seorang asisten rumah tangga sudah menunggu di teras. Perempuan itu tersenyum sambil menyapanya sopan, “Non Sica, mohon maaf. Bu Wanda kalau jam segini sudah beristirahat di dalam kamarnya.” “Oh,” sahut sang gadis kecewa. “Tapi Tommy belum tidur, kan?” “Tadi Pak Tommy ngobrol berdua sama Non Melani di meja makan. Saya tinggalkan mereka untuk mencuci piring di dapur. Lalu Pak Satpam menghubungi saya kalau ada Non Sica menunggu di luar. Ya sudah, saya bilang supaya Non Sica masuk aja.” “Lalu Tommy dan Melani sekarang masih berada di meja makan?” Seketika sang asisten terdiam. Dia menggeleng pelan lalu menundukkan wa