Hujan deras terjadi di bulan November. Ingin sekali waktu itu Iskha segera pulang, tetapi hujan menghentikannya di halte tempat ia biasa menyegat angkot. Dia masih SMP waktu itu. Bosan menunggu sudah pasti, apalagi di hujan seperti ini angkot-angkot jarang ada yang mau mengambil penumpang. Tak habis pikir juga memang kenapa mereka melakukannya. Akhirnya seorang anak SMP termenung di pinggir jalan menanti-nati kendaraan tersebut tanpa pernah tahu kapan akan tiba di halte. Meskipun kendaraan beroda empat itu tidak datang, ada sesuatu yang menarik. Seorang anak perempuan menganyuh sepeda mini berkeranjang terlihat dari kejauhan. Tak berapa lama kemudian dia pun berhenti di depan halte. Saat wajahnya menoleh ke Iskha barulah perempuan itu mengenalinya.
“Saphira?!” seru Iskha sambil terkejut. “Ngapain kamu hujan-hujan ke sini sambil naik sepeda?”
“Jemput kamu dodol!” ujarnya. “Nih, jas hujan. Pake gih, trus naik di boncengan.&
“Assalaamua’alaykum,” salam Saphira dan Iskha bersamaan ketika masuk ke dalam rumah.“Wa’alaykumsalam. Eh, ada tamu!” seru mamanya Iskha. “Apa kabar Saphira?!”Saphira segera mencium tangan orangtua Iskha, lalu diapun dipeluknya.“Lama nggak ketemu, gimana sekarang? Sekolah di mana?” tanya wanita itu lagi.“Di SMP Pawyatan Daha, tante,” jawab Saphira.“Oh, nggak bareng sama Faiz?” tanya mamanya Iskha.Saphira menggeleng.“Ma, minta jeruk anget dua dong. Kedinginan nih!” keluh Iskha yang sudah masuk kamar.“Oh, sebentar! Duduk dulu! Tante bikinin minum,” ucap mamanya Iskha.“Makasih tan,” ucap Saphira. Ia lalu duduk di sofa yang empuk sambil menyandarkan tubuhya.Selama dua menit Saphira bengong melihat isi ruang tamu. Dia melirik ke sana ke sini, menoleh kiri dan kanan. Dia meli
“Kapan kamu berangkat?” tanya Iskha.“Bulan depan. Jadi aku akan sekolah di sana juga,” jawab Saphira.“Kalau gitu, aku ingin satu bulan ini kita habiskan waktu bersama, sepuas-puasnya,” ucap Iskha. “Kumohon. Aku tak ingin menyesal berpisah denganmu.”Saphira mengangguk. “Iya, aku ingin menghabiskan waktu bersama-sama denganmu sebelum pergi.”Keduanya masih berpelukan, sementara hujan di luar sudah mulai mereda. Terdengar hanya rintik-rintik rapat yang masih saja membuat dedaunan basah. Air genangan masih nampak, sungai-sungai masih terlihat deras membawa air hujan. Suara binatang penyuka hujan terdengar riuh riang. Mereka senang dengan tumpahnya hujan hari ini. Namun tidak bagi dua sahabat yang akan berpisah.Sebulan. Hanya butuh waktu sebulan bagi mereka untuk bisa bersama. Maka Iskha dan Saphira menghabiskan waktu mereka dengan sebaik-baiknya. Hingga akhirnya sampailah mereka ke hari di
Kayla mendengarkan cerita Iskha dengan seksama. Sepertinya ia bisa memahami bagaimana perasaan temannya itu saat ini. Kesepian, kehilangan sedangkan tak ada yang bisa menggantikan Saphira di dalam hidupnya. Kayla mengerti kalau Iskha merindukan suasana saat mereka bersama. Andainya ia bisa membantu Iskha dalam hal ini, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya. Hari itu Kayla menjadi tempat curhatan Iskha untuk pertama kalinya, betapa merananya dia tanpa Saphira. Seharusnya Faiz bisa menjadi temannya tetapi entah apa yang terjadi dengan anak itu sehingga mereka tidak lagi menjadi dekat.Keesokan harinya aktivitas sekolah kembali seperti biasa. Ini hari Jum’at. Waktu jam pelajaran cukup singkat karena akan terpotong aktivitas ibadah salat Jum’at. Sekolah tempat Kayla belajar juga memiliki masjid yang lumayan besar bisa menampung murid-murid yang beragama Islam. Pagi harinya ketika bel jam pelajaran dimulai semua murid langsung ke lapangan untuk mengikuti pelajaran olah
Sementara itu Faiz berkumpul lagi bersama teman-temannya. Melihat Faiz sendirian tanpa Iskha membuat Kayla bertanya-tanya kemana sahabatnya itu pergi? Lusi juga keheranan.“Faiz!? Kemana Iskha?” tanya Lusi.“Tauk,” jawab Faiz sambil mengangkat bahunya.“Lha? Tadi dia ngejar kamu bukan?” lanjut Lusi.“Iya, tapi dia sama Arief, nggak tahu ngapain. Lagi pacaran kali,” ucap Faiz dengan dingin.“Nggak lucu tauk!” ucap Lusi sewot.“Dibilangin, cari aja sendiri sanah!” ujar Faiz sambil membuat isyarat seperti mengusir temannya.Kayla mendengus kesal. “Dasar bego!” katanya. Dia langsung berbalik meninggalkan Faiz dan Lusi. Lusi yang melihat tingkah Kayla keheranan, akhirnya ia pun mengikutinya.Faiz mengernyit. Baru kali ini dia dibilang bego ama orang lain. Orang itu ternyata Kayla seorang murid baru yang ia sendiri belum begitu mengenalnya. Tetapi mel
Tak perlu ditanya lagi tentang Faiz yang memenangkan lomba lari estafet. Larinya seperti alap-alap, cepat dan gesit. Kelompoknya memenangkan lomba lari estafet di mata pelajaran Penjaskes. Tak ada yang perlu dibuat heran dengan itu. Semuanya juga bakal mengira Faiz bakalan menang. Dia memang terkenal pelari cepat mengalahkan semua siswa sekelasnya, bahkan mungkin juga semua siswa di sekolah.Setelah berganti baju dengan seragam pramuka, murid-murid kelas XI-3 memasuki jam istirahat. Sebagian di antaranya pergi ke kantin seperti Iskha dan kawan-kawan. Mereka mengisi perut mereka dengan semangkok bakso. Suasana kantin riuh dengan banyak siswa yang mengantri untuk mendapatkan menu spesial. Lain Iskha lain halnya dengan Arief. Ia masih berada di depan cermin di dalam kamar ganti memandangi tubuhnya yang tubuh bagian bawahnya tak memakai apapun. Saat itulah Faiz baru selesai ganti baju kemudian memakai wastafel yang ada di sebelahnya.“Kau menceritakan tentang hubunga
Sore hari Iskha tampak sedang menjemur baju. Dia mencuci beberapa pakaian kotornya yang sudah menumpuk di dekat mesin cuci. Setelah pulang sekolah ia langsung mencuci baju. Di antara baju yang dicucinya antara lain baju-baju seragam yang sudah dia pakai. Saat sedang enak-enaknya menjemur baju Iskha dikejutkan dengan penampakan wajah Kayla yang tiba-tiba saja ada di depannya, lebih tepatnya muncul di pagar sambil melotot kepadanya.“Anjir! Hampir saja tadi aku melompat. Kaget tauk!” ujar Iskha yang menepuk-nepuk dadanya karena kaget.Kayla tertawa cekikikan melihat reaksinya. Gadis itu segera membuka pagar lalu masuk ke dalam. Iskha kemudian langsung mencubit pipi kawannya itu.“Aduuuuh!” Kayla menjerit saat pipinya dicubit Iskha.“Biarin, ini balasan karena ngagetin aku,” ujar Iskha. Dia lalu melepaskan cubitannya.Kayla mengusap-usap pipinya yang memerah karena cubitan kawannya. Dia lalu mengambil salah satu pak
Iskha kembali menyeruput teh lemonnya. Dia menikmati ketika cairan itu membasahi kerongkongannya. Sangat menyegarkan, hingga tak terasa ia telah menghabiskan separuh gelas. Dia mendongak melihat langit yang mendung.“Yah, padahal baru saja jemur udah mendung aja,” gerutu Iskha.“Cuaca akhir-akhir ini sedang tidak menentu. Tahu sendiri kan? Mungkin memang isu pemanasan global itu beneran,” ujar Kayla.“Pemanasan global? Apaan sih itu sebenarnya?” tanya Iskha yang memang tak begitu peduli dengan persoalan semacam ini.“Itu suatu kondisi dimana kadar CO2 di udara lebih tinggi dari biasanya. Hal itu akan menyebabkan perubahan iklim, pencairan es di kutub serta menipisnya lapisan ozon,” terang Kayla.“Ooohh, begitu,” ucap Iskha sambil manggut-manggut.“Emang kamu ngerti?”“Enggak,” jawab Iskha singkat sambil cekikikan.Kayla berkacak pinggang sambil
Saat Arief kembali ke bangkunya, Iskha buru-buru kembali ke bangkunya. Arief duduk ke tempatnya dengan kesal. Lusi masih tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan keduanya.“Ada apa sih?” tanya Lusi kepada Arief.“Tak ada apa-apa. Aku cuma kesal,” jawab Arief. Dia menghela napas berat. Rasa penasarannya ini malah membuat ia ingin memaksa Kayla dengan cara yang lain.“Kesal kenapa?” tanya Lusi.“Tak ada apa-apa, jadi tak perlu khawatir,” jawab Arief. “Kalau kau tak suka duduk di sini karena kekesalanku silakan pindah.”“Eh, kok gitu. Nggak kok. Aku nyante saja,” ucap Lusi.Arief kemudian membuang muka. Dia menatap keluar jendela mencoba menenangkan diri. Dia tak mau Lusi bertanya lebih jauh lagi tentang apa dan mengapa. Sekarang bukan hanya Arief yang penasaran tetapi juga Lusi yang penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan Arief dan Kayla. Tetapi dia tak mau s