Hari ini adalah hari yang sangat Carla benci seumur hidupnya, dunianya sangat hancur dan seakan runtuh. Pada saat Jourdy dengan bangganya menunjukkan senyuman terbaiknya, Carla justru terus meneteskan air matanya tanpa henti.Pernikahan yang seharusnya menjadi suatu hal yang membahagiakan, tetapi itu tidak berlaku bagi Carla. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja Carla tak sanggup melakukannya, hingga Jourdy nampak sangat kesal dengan sikap istrinya itu.“Bisakah kau tersenyum sedikit saja?” bisiknya dengan penuh penekanan.Mendengar perkataan suaminya Carla masih diam membisu, ia enggan melakukan perintah lelaki yang telah sah menjadi suaminya.Hembusan yang kasar dan berat akhirnya keluar dari mulut Jourdy dan ia kembali berkata, “Ini pesta pernikahan kita, seharusnya kau terlihat bahagia di depan semua orang bukannya malah terus menangis. Jangan membuatku merasa malu, atau kau akan mendapatkan pelajaran dariku setelah pesta ini selesai!”“Aku hanya merasa lelah,” sahut Carla singk
“Jaga mulut kalian!” tegas Jourdy yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.Sontak keduanya terkejut dan langsung menatap Jourdy dengan ketakutan karena mereka sudah sangat mengenal lelaki kejam yang satu ini, “Kami hanya—.”“Kalau kalian tak tahu apapun jangan pernah berani berkomentar mengenai kehidupan orang lain, apalagi orang-orang terdekatku!” sahut Jourdy lagi.“Maafkan kami, Jourdy. Kami tak bermaksud begitu,” sahutnya gugup.Jourdy mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pintu keluar lalu berkata, “Lebih baik kalian pergi dari sini, aku sama sekali tak merasa rugi jika kalian tak hadir di pestaku.”Tak ingin membantah perintah Jourdy, keduanya bergegas pergi meninggalkan pelaminan dengan wajah yang cukup ketakutan. Kepergian mereka membuat Carla bisa merasa sedikit tenang, karena tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan mematikan yang harus ia dengar.Sekarang tatapan Jourdy tertuju pada Carla yang tubuhnya nampak sangat lemas seperti tak punya semangat hidup, sebenci apapun Jourd
Jourdy baru saja berhasil membuka gaun pengantin yang dipakai Carla, hanya tersisa underware berwarna gelap menutupi bagian kebanggaan yang dimiliki istrinya.Tanpa sadar senyuman kecil terukir di bibir Jourdy karena sekarang wanita impiannya sejak lama bisa ia miliki sepenuhnya, telah cukup lama Jourdy menanti hari ini tiba sehingga ia merasa sangat senang.Dengan lembut Jourdy membelai pipi mulus Carla yang begitu cantik untuk merasakan sensasi tak biasa yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, “Carla, akhirnya aku bisa memiliki. Sudah sangat lama sekali aku menunggumu, dan sekarang sepenuhnya kau adalah milikku.” CupppJourdy mengecup lembut bibir Carla yang manis dengan penuh cinta, ia bahkan sampai memejamkan kedua matanya untuk menikmati momen yang telah ia tunggu-tunggu.Tangganya pun ikut bermain menyentuh dua buah bukit kenikmatan milik Carla, sesekali ia meremasnya kencang penuh gairah. Tindakan yang dilakukan Jourdy dapat Carla rasakan dalam pingsannya, secara tak langsung
“Apakah kau melihatnya?” tanya Lula yang terkejut bukan main melihat pergerakan tangan Kevin.Sontak Dani ikut terkejut karena ia juga melihat hal yang sama, “Iya, aku juga melihatnya?”“Apakah Ayah akan bangun?” tanya Angel dengan polos.Dani memegang lembut rambut cucu sembari menjawab, “Semoga saja ya, nak.”“Kevin? Apakah kau mendengarku, Sayang?” panggil Lula pada Kevin berharap putranya bisa memberikan respon. Keajaiban yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, perlahan Kevin membuka kedua matanya dengan susah payah. Pandangannya masih buram dan tak jelas, namun ia terus berusaha untuk bisa sadar dari tidurnya beberapa waktu ini.Semua orang yang berada di ruangan itu menunggu dengan gugup dan tak sabar, mereka terus menatap wajah Kevin yang masih terlihat sangat pucat. Lula juga tak henti-hentinya mengusap lembut tangan Kevin, sembari memanggil namanya dengan lirih. “Di mana aku?” ujarnya pelan.Air mata Lula menetes mendengar suara Kevin yang rasanya sudah sangat lama sekali
Jourdy menatap istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, ia nampak kesal pada Carla yang tak memakai baju tidur pemberiannya. Padahal sebelum mandi tadi, Jourdy sudah menyuruh Carla berpenampilan seperti keinginannya.“Mengapa kau tak memakai bajunya?” tanya Jourdy datar. Dengan gugup Carla menjawab, “Maafkan aku, Jourdy. Tapi aku ha—.” “Apa lagi? Kau ini benar-benar kelewatan ya! Malam ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin, tak bisakah kau menyenangkanku sekali saja?” bentaknya kesal. Carla bergegas mendekat ke arah Jourdy, lalu ia menggenggam hangat tangan lelaki itu sambil menatapnya teduh dan mendalam. “Bukan begitu, Jourdy. Aku harus pergi ke rumah sakit, karena Kevin sudah sadar.” Carla berbicara dengan sangat berhati-hati.Lagi-lagi nama itu yang harus Jourdy dengar keluar dari mulut istrinya, Jourdy tak dapat menerimanya dan ia merasa sangat marah pada Carla. Seharusnya wanita itu bisa berpikir lebih masuk akal pada malam pertama mereka, “Lalu maksudmu, kau i
Bugh bugh bugh“Jourdy, tolong buka pintunya!” teriak Carla dengan sangat kencang sambil terus menggedor pintu kamar mandi.Jourdy hanya terdiam sebentar di depan sana kemudian melangkah pergi menuju kasur, lelaki itu duduk dengan tenang sambil menatap kosong ke arah kamar mandi. Tak ada satupun orang yang bisa mengubah keputusan lelaki kejam satu ini, sekali saja ia merasa kecewa maka ia akan melakukan apapun untuk melampiaskan amarahnya termasuk kepada orang terdekatnya. “Istri tak berguna! Dia benar-benar sudah membuatku kecewa!” gumam Jourdy seorang diri lalu berdiri dari duduknya.Jourdy pergi keluar dari kamar dengan wajah yang dipenuhi amarah, beberapa anak buahnya yang berada di ruangan lain menunduk sopan untuk menyambut majikannya. “Jaga baik-baik kamarku! Jangan sampai wanita itu bisa keluar dari sana,” perintah Jourdy tegas. “Baik, Tuan.”Tak lama setelah itu, Jourdy melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah. Pikirannya sangat kacau, ia diselimuti oleh amarah yang
“Jourdy, bangunlah!” panggil Hanna dengan sangat lembut sembari mengusap halus kepala lelaki itu.Perlahan Jourdy membuka matanya dan merasakan sinar mentari begitu menyilaukan pandangannya, “Apakah ini sudah pagi?” “Ya, tentu saja. Apakah kau masih mengantuk?” tanyanya dengan perhatian. Jourdy bergegas bangun dari tidurnya kemudian duduk di samping Hanna yang sudah terlihat cantik dan rapih, “Tidak, aku sudah tak mengantuk. Mengapa kau sudah sangat rapih?”“Bukankah kita harus pergi ke kantor, Sayang?” tukasnya yang sudah berdiri dan kembali menatap dirinya di depan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna.“Aku sangat malas untuk pergi ke kantor, bagaimana kalau tidak masuk saja?” rayu Jourdy masih dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Hanna menghampiri lelaki itu mendekat ke arahnya kemudian memberikan kecupan lembut yang singkat di kening Jourdy, “Tidak, Sayang. Kita harus pergi ke kantor, karena pekerjaanku minggu ini masih cukup banyak.”“Oh, Ayolah! Kau bisa me
BrakkkJourdy membuka kasar pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa, pandangannya langsung tertuju pada Carla yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai kamar mandi. Rasa sesal telah menghantuinya saat ini melihat keadaan Carla yang sangat mengkhawatirkan, “Carla! Bangun, Carla! Apa kau mendengarku?” “Carla!” panggil Jourdy sekali lagi. Tanpa berlama-lama lagi, Jourdy segera mengangkat tubuh Carla dan membawanya ke atas kasur untuk dibaringkan. Tak lupa Jourdy juga langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh Carla yang sudah sangat kedinginan, entah apa yang terjadi pada Carla tapi Jourdy yakin kalau keadaannya cukup parah. “Aku harus segera menelepon dokter,” tukas Jourdy kemudian berniat menelepon dokter.Namun baru saja selangkah Jourdy menjauh, tangan Carla lebih dulu menggenggam halus lengan lelaki itu menahannya untuk pergi. Sontak saja Jourdy terkejut dan ia langsung memandang ke arah Carla yang perlahan sedang berusaha membuka kelopak matanya, “Carla, kau suda