Di Kamar Apartemen
"Andrieeek yang sok-sok an baik, Pliss yaa..jangan tinggal sekamar dengan gue tuh barang-barang loe!"
Keyla melempar barang-barangnya.Andriek cuma menghela nafas kecil.Dan kemudian meraba-raba setiap barangnya, keyla cuma menertawainya.
"Kasian banget sial ya nikah sama gue." Gerutunya.
"Makasih udah perlakuin aku kayak gini."
"What, elo bermaksud ngancem gue? Nyadar diri dong loe tu siapa? Artis terkenal? Atau direktur? Dia tersenyum."lucu ! Lanjutnya lagi.
"Gak juga tapi roda itu selalu berputar, gak mungkin ban itu, jalannya datar-datar aja. Mungkin hari ini kamu bisa merendahkan orang lain tapi besok, kamu gak akan tau nasib orang itu."
"Elo ngecoba nasehatin gue?"
"Gak juga tapi bersikaplah sopan!"
"Udah udah, ah mual gue ngedengernya. Cepetan beresin semua barang lo!"
Andriek tak lagi menjawab, dia langsung merapikan barangnya dan berjalan turun.
"Hati-hati kalau jalan ntar kalau jatuh trus mati, janda dong gue." Keyla meneriakinya sambil tertawa. Andriek berhenti sejenak dan lanjut melangkah lagi.
"Sial Kaki gue sakit gimana gue bisa kuliah kalau begini, Gara-gara kualat kali ya. Huff." Dia melirih kesal.
dringgg.... driingggg.... driiiingggg...
Suara handphone mengejutkannya.Riko menelpon.
"Hai, Beb." Sapa riko di sebrang.
"Hai."
"Lagi ngapain, Beb?"
"Habis kemas-kemas barang, mama udah beliin apartemen baru buat gue."
"Bagus dong jadinya kita bisa bebas ketemu kapan aja." Riko tertawa.
"Apaan sih."
"Suami loe di situ juga beb?"
"Iyalah gak mungkin jugakan gue ngusir dia."
"Eh, iyaya. Gue jemput ya?'
"Beb hari ini kayaknya gue gak masuk kuliah dulu deh."
"Looh kenapa?"
"Tadi pagi kaki gue keseleo trus pincang deh."
"Terus udah di urut?"
"Belum sih."
"Yaah, kok belum sih? Ntar kalau kenapa-kenapa gimana?"
"Gak papa beb, gue baik-baik aja kok."
"Ya udah deh kalau gitu, gue tutup ya telponnya?"
"Iya see you."
Tut... tut... tut....
Telponpun dimatikan.
Di balkon apartemen, Andriek menatap lurus kedepan. Selama bertahun-tahun dia tak pernah tahu.. seperti apa penampakan dunia ini.
Dia menghela nafas.
"Aaaachhh, kenapa dunia ini terasa begitu sempit!" Erangnya pilu,dia tahu sekarang begitu rendahnya dia di mata Keyla bahkan Keyla sama sekali tak menganggapnya ada.Dia seperti hantu ada namun tak terlihat.Setelah kepergian ibunya, dia pernah merasa putus asa tapi dia punya Riana ataupun ayah yang selalu menyemangatinya sebelumnya dia sudah cukup bahagia tapi kini ? Pernikahan telah membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Seperti debu... seperti pasir tersapu ombak,mata Andriek tiba-tiba sembab, air matanya pun jatuh membasahi pipinya.Akankah dia sanggup untuk berdiri di antara kerasnya ombak menerjang.Andriek langsung terduduk sedih lututnya lemah.
Haruskah dia kecewa lagi? Dia terus bertanya dalam tangisnya yang perih.
"Duniaa kata orang engkau indah, Kata orang engkau seperti sekumpulan bunga-bunga yang mekar. Tapi bagiku tidak! Kau seperti pedang yang menusuk jantungku," Ucap Andriek frustasi. Berlalu sudah hari yang cukup menyebalkan itu.
Keesokan harinya di ruang dapur
Andriek sedang menata makanan di meja.Tiba-tiba keyla datang menghampirinya. Dia masih berjalan dengan kaki terpincang-pincang, mendengar langkah kaki keyla Andriek menyapanya.
"Key apakah kakimu sudah membaik?"
Perempuan itu kemudian berhenti dari langkahnya.
"Apa perduli loe?"Jawabnya ketus sambil memandang kearah Andriek yang sedang berdiri.Dan dia melihat nasi goreng yang tertata rapi di atas meja."Oh gak nyangka banget gue, ternyata si buta bisa masak." Dia tertawa mengejek. "Kira-kira enak gak sih? oh atau jangan-jangan garam di kirain gula lagi!" Suaranya makin keras."Secara dong mata diakan gak ngeliat alias buta!"
"Bisakah kau memanggilku lebih sopan?" Andriek menyela.
Keyla langsung terdiam. "Sorri kalau gue udah nyinggung elo? Tapi, emm apa perlu ya gue minta maaf? Kayaknya gak perlu deeh? Oke gue pamit berangkat yadan satu hal lagi jangan tungguin gue pulang. Okei daaa.... si buta." Keyla melambaikan tangannya dan berlalu dari hadapan Andriek. Andriek berusaha menahan amarahnya tak seharusnya keyla terus memakinya,Dia juga punya perasaan.
"Oke, aku gak perlu dengar semua perkataan kasarnya, sabar Ndriek...sabar."
Dia mencoba untuk tersenyum, setelah itu menikmati sarapan yang baru saja di buatnya.
Dirumah kediaman kedua orangtua Keyla. Mama berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali menggerakan tangannya gelisah. "Mah ada apa?" Papa menatapnya dengan raut yang penuh tanda tanya. "Gak ada apa-apa, Pah.""Selagi kejujuran itu baik kenapa harus berbohong?" Mama langsung terpaku dan ikut menatap kearah pria berumur 30 tahunan itu. "Pah, mamah masih mikirin mereka berdua.""Mereka udah sama-sama berumur 20 tahun dan setidaknya mereka bisa bertindak lebih dewasakan." "Tapii, Pah, Mamah masih gak percaya sama keyla dan itu pastinya sangat berat buat Andriek. Keyla itu benar-benar gak perduli sama dia." Suara mama agak meninggi. "Papah, yakin sama Andriek!" "Iya, cuma.""Apa?" "Gak apa-apa, Pah ini hanya kekhawatiran sedikit." "Apakah mamah akan mengunjungi mereka lagi?""Gak, Pah." "Ya udah kalau gitu gak usah terlalu di pikirin." Mama
Tiba-tiba lelaki itu menghantamkan tinjuan ke wajah Andriek, sehingga membuat Andriek jatuh tersungkur.Hidung mancungnya mengeluarkan darah, Andriek mengaduh kesakitan.Mereka tak perduli semakin brutal.Kali ini memaksa serta membentak. "Man duit lo! Cepet dih lama banget sih." Andriek tampak gemetaran dan segera merogoh kantong celananya.Dia bermaksud memberikan semua uangnya.Lelaki yang berpenampilan preman itu tertawa. "Bagus." Sambil mengelus rambut Andriek. "Ini."Andriek memberikan beberapa lembar uang kepadanya.Lelaki itu menerimanya, akan tetapi itu belum cukup membuatnya senang.Lelaki itu menendangnya hingga Andriek terkulai lemah tak berdaya. Matanya berkunang-kunang. Dia teringat. Sayang kamu kenapa? Kamu terluka ayoo kemari ibu akan mengobatimu. Tapi.... Kata-kata itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika ibunya masih hidup. Dunia seakan membuatnya terus menderita, semangat juangnya pun hampir
"Jelas itu cowok buta dan ternyata si cewek kayaknya tulus aja deh nerima apa adanya, yakan?" "Iyaa tuh... keliatan mesra lagi." Ratna terkikik di buatnya. "Iih.... Kalian bertiga ngomongin apa sih? Lagian... Ogah gue emang yang lebih sempurna gak ada apa! Gak level, jijik!" Keyla baru menjawab, ketiga sobatnya hanya tertawa mereka udah tau banget Keyla itu cewek seperti apa. Keyla melanjutkan langkahnya, ekspresi wajahnya sedikit kesal. Keyla menatap dengan sinis ketika langkahnya hampir dekat dengan Andriek, Keyla pura-pura tak mengenalnya. Tentu saja, hal itu akan sangat merendahkan pamornya sebagai Keyla cewek primadona di kelasnya. Tak mungkin Keyla mengakui Andriek sebagai suaminya. Seorang pria buta yang telah menikahinya beberapa hari yang lalu. Keyla mempercepat langkahnya tak sampai 10 menit Keyla dan sobatnya sudah sampai di cafee victoria, milik Riyan. Karena ternyata kampus Keyla tak begitu jauh dari posisi cafee itu berada. Seperti biasa
Gadis imut ini bernama Riana Fairuz. Lampu belajar berdiri sangat antusias menemani gadis berpipi merah, dia adalah Riana Adik tersayang Andriek...Sudah hampir 1 jam, dia duduk di bangku sambil mencatat buku hariannya. Matanya terlihat sembab. Dia sedang menangis waktu itu, Dia telah kehilangan ibu dan kini kakaknya pergi karena pernikahannya dengan keyla si cewek sombong. "Riana." Panggil Ayahnya tiba-tiba, dia segera menyeka air matanya. "Apakah kamu sudah tidur? Ayah buka ya pintunya?" Susah payah dia menyahut. "I... iiya Yah buka aja, Riana belum tidur kok." Jawabnya parau. Tak lama kemudian Ayahnya masuk, dia pandangi puteri semata wayangnya. "Riana, Kamu kenapa?" Tanyanya pelan. "Kamu kok nangis." Lelaki tegap dengan wajah tirus terus menatapnya. Riana tersenyum kecil, menyembunyikan kesedihan yang sangat ia rasakan. "Ayah... Riana baik-baik aja kok, siapa bilang Riana nangis tuh kan Riana senyum." Dia terus mencoba tersenyum.
"Ndriek. Lo." Ujarnya khawatir karena melihat wajah pucat Andriek yang sama sekali tak bergerak. Dia sentuh kening dan leher Andriek panas mungkin bisa di bilang panas itu mencapai 40°C jika di ukur dengan Termometer. "Ndriek... lo bisa denger guekan?" Dia menggoyang-goyangkan tubuh Andriek. Entah mengapa tiba-tiba perasaan khawatir itu semakin lama semakin besar. Dia sangat takut dan bingung apa yang harus dia lakukan, dia gugup. Di pandanginya lagi wajah tampan Andriek wajah itu pucat, bibir yang sebelumnya merah juga pucat. Sepertinya Andriek merasakan sakit yang begitu sakit. Ada sesal di hati Keyla, kenapa waktu itu dia sangat tak perduli spontan Keyla langsung mendekati tubuh Andriek yang terbaring kaku dan mendekapnya. Dekapan itu terasa menghangatkan tubuh Andriek yang dingin akibat dari suhu badannya yang terlalu panas tinggi. Tiba-tiba lelaki di sampingnya itu bergerak, tanpa Keyla sadari tangan Andriek balas mendekapnya. Mendekap dengan erat tentu saja itu
"Jika itu alasan kamu kesini, sekarang udah gak ada masalahkan? Kamu bisa keluar dari kamarku, silahkan." Keyla langsung menatapnya tak percaya. "Apa-apa ini! Lo ngusir gue? Huh sampai mati juga gue gak akan sudi tinggal di kamar lo!" Jawabnya kesal, keyla berdiri dari duduknya serta pergi dari hadapan Andriek. Lelaki itu hanya tersenyum. "Ouh apa yang udah aku lakuin? Ini bodooh." Desahnya kesal sambil memegangi bibirnya pelan. Dia sangat menyalahkan dirinya karena ciuman tadi. Setelah keluar dari kamar Andriek Keyla duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela nafas pendek. 'Apa maksud Andriek bilang kayak gitu? Dia itu bener-bener cowok yang gak tau diri banget. Key ada apa ini?' Batinnya lagi. Perasaannya sangat menyesal dan kesal sekali bagaimana mungkin dia bisa berciuman dengan seorang lelaki yang sangat dia benci. Kenapa dia bisa begitu pasrah dalam pelukan lelaki itu. Ting... Tung.... Tiba-tiba bel berbunyi. Keyla terkejut dari lamunannya d
Tentang Riko Pranata. Cinta itu terkadang mengalahkan segalanya. Menyisahkan sebuah cerita..... Tentang apa itu masa lalu.... Tentang apa itu kesetian... Seperti arti kebersamaan dan apa itu ketulusan... Terkadangpun sebuah senyuman selalu meninggalkan kerinduan yang begitu dalam.... Tak bisa jauh karena kesepian akan selalu hadir dan membuat semuanya menjadi warna yang memudar. Tak ada kata yang lebih di dunia ini selain kata cinta... Riko Pranata adalah seorang cowok keturunan Turki indonesia. Yang sejak usianya empat tahun, sudah menetap di indonesia. Dia terlahir dari pasangan dua insan yang saling mencintai, dia juga anak lelaki satu-satunya atau bisa di artikan dengan kata yang lebih dalam yaitu "semata wayang." Hidupnya terbilang sangat beruntung karena Papahnya seorang pengusaha sukses dan dia adalah pewaris satu-satunya juga. Akan tetapi usia Papahnya tidak lagi muda. Sudah empat tahun dia menjali
Riko terdiam sejenak. "Apa nungguin si Keyla jadi istri kamu?Bukannya pacar kamu itu udah jadi istrinya orang sekarang." Mamah berkata sambil mendudukan pantatnya di sofa. "Gak tau deh mah."Riko baru menjawab. "Yang sudah menjadi milik orang ya tidak usah di harap lagi lah Rik."Kali ini Papahnya yang berbicara. "Tapi... Riko cinta banget sama Keyla sekalipun Riko harus jadi bujang tua, Riko akan tungguin jandanya Keyla." "Aduh... Riko... Riko... berpikir itu yang luas sedikit kenapa? Perempuan lainkan masih banyak Riko." Riko menggeleng. "Setia sih boleh aja tapi tidak segitunya juga kali Rik." Papahnya tersenyum. "kamu itu lucu, atau gimana kalau papah nikahkan kamu sekarang?" "Maksud papah?" "Iya Papah itu punya temen dan beliau pernah nawarin anaknya buat jodohan sama kamu." Riko tersenyum lagi. "Papah Rikokan udah bilang, Riko masih pengen sendiri kalaupun ada jodoh gak akan ketuker kok." Kedua orang