kecurigaan ReyRomansa menghapus air matanya, dia selalu berlinang air mata setiap kali mengingat Rosi dan semua tentang kehidupannya. Kisah gadis kecil yang begitu nestapa, menerjang kenyataan pahit, harus kehilangan harga diri di tangan ayah sendiri.“Kau pasti sangat tertekan, dengan semua kenangan masa lalumu,” bisik Romansa yang terlihat mengamati taman bunga di siang hari yang terik.“Kadang, manusia lebih bejat dari pada binatang, memakan darah dagingnya sendiri,” gumam Romansa.Di luar ruang perawatan nomor 33, Rey terlihat berdiri, mengamati tulisan nomor kamar.“Ya, kamar ini, tidak salah lagi,” ucap Rey. Dia bersiap untuk masuk, bagaimanapun caranya, dia harus masuk ke dalam ruangan itu, untuk mencari sebuah kebenaran demi memuaskan rasa penasaran yang menggerogoti tubuh.Rey terlihat menggenggam pegangan pintu, bersiap masuk, namun tangannya dihentikan oleh seseorang.“Mau apa dokter Rey?” ucap seseorang. Rey melihat ke arah pemilik tangan itu, rupanya dia adalah perawat E
Cerita Ayam KampusRomansa terlihat mengamati pemandangan yang menurutnya menarik di luar kamarnya, lewat jendela kamar yang dibuka sebagian.“Ada apa?” tanya perawat Erna yang tiba tiba sudah ada di belakangnya.“Oh, bu Erna, i-itu,” ucap Romansa seraya menunjuk ke arah segerombolan mahasiswa kedokteran.“Oh itu, mereka mahasiswa kedokteran dari salah satu universitas di Jakarta,” ucap perawat Erna.“Sejak kapan mereka di sini?” tanya Romansa penasaran.“Beberapa hari yang lalu,” ucap perawat Erna seraya meletakkan obat Romansa di meja.“Sampai kapan?” tanya Romansa.“Mungkin dua atau empat minggu,” jawab perawat Erna.Romansa terlihat diam, dia memikirkan sesuatu yang tiba tiba terlintas di kepalanya.“Bu Erna tahu ayam kampus?” tanya Romansa.“Apa? a-ayam?” tanya perawat Erna.“Ayam kampus,” jawab Romansa menegaskan apa yang tadinya dia ucapkan.“Apa itu?” tanya perawat Erna.“Setelah melihat mahasiswa mahasiswa itu aku teringat sebuah cerita mengenai ayam kampus,” ucap Romansa.“Be
Cerita Ayam Kampus Part 2Devina keluar dari ruang guru dengan perasaan gugup, jantung berdegup kencang dan seluruh tubuh seperti bergetar, sungguh itu pengalaman pertamanya melakukan hal gila pada dosen yang terkenal kalem, lembut dan sopan.Tidak masalah bagi Devina, lagipula dia sudah tidak memiliki keperawanan, sudah dirampas mantan kekasih yang meninggalkannya meninggalkannya dengan wanita yang menurutnya lebih baik. Bukan pengalaman pertama dalam seks, Devina akan berusaha menikmatinya, karena dia berpikir, ini adalah jalan termudah untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Sesuai jadwal, Devina sudah berdiri di depan pintu kamar hotel, persis seperti yang dituliskan dosen muda itu. Memakai pakaian penuh pesona, dress seksi, pendek diatas lutut, juga riasan sederhana namun menarik untuk dilihat.Devina bergumam pada diriku sendiri, dia berpikir dirinya seperti seorang pelacur yang mendatangi pelanggan, bukan untuk uang, melainkan hanya untuk nilai baik.Devina gugup, jantungnya be
Cerita Ayam Kampus Part 3Devina melenguh, sungguh permainannya sangat cepat dan rapi.Aliran keringat sungguh tidak mampu lagi mereka berdua singkirkan, mengalir deras, membasahi kulit, membuat kulit itu bercahaya.Setelah beberapa menit, akhirnya pria itu sampai pada puncak, mengeluarkan cairan kental ke rahim Devina, menyemprotkannya dan Devina merasakan kehangatan mengalir di dalam tubuhnya, terasa, sensasi nikmat itu.“Kau benar benar membuatku tidak berdaya, aku sangat puas. Tenang saja, kau akan mendapatkan nilai itu, nilai sempurna,” ucap dosen muda itu.Benar seperti yang di janjikannya, Devina mendapat nilai A+, nilai sempurna, nilai yang didapat tanpa mengerjakan satu tugaspun.Devina terlihat sangat senang, tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi, nilai ini sudah cukup membuatnya percaya diri menghadap kedua orang tua dan keluarga besarnya.Setelah pengalaman pertama itu, Devina tidak mempermasalahkan apapun lagi. Devina terus melakukannya, setiap tugas dan ujian, tidak p
HIV AIDSRomansa mengingat sebuah kisah mengenai karma yang muncul setelah sekian tahun berlalu. Pagi itu, Romansa melihat perawat Wiji mengomel tidak karuan,“Tidak tahu malu, aku baru saja memberinya uang yang cukup, kenapa harus membuatku merasa kesulitan seperti ini, harusnya dia tahu diri,” gerutu perawat Wij ketika masuk ke dalam ruang obat, dia terlihat meletakkan sekotak kasa yang baru saja diterimanya dari penyedia bahan.“Ada apa?” tanya Romansa.“Di depan klinik ada seorang tunawisma wanita, dia sudah tiga hari disana, duduk di pojok klinik. Mungkin karna saya memberikannya makanan. Apa dokter tahu, setelah selesai makan, dia justru memaki makiku karna memberinya makan dengan ikan goreng, seharusnya dia bersyukur,” ucap perawat Wiji.“Mungkin dia memang sangat lapar, sudah, berikan saja lagi dan minta dia untuk pergi,” ucap Romansa.“Tidak semudah itu dok, saya sudah berusaha mengusirnya, saya juga minta satpam yang bekerja di koperasi sebelah klinik untuk mengusirnya, namun
Rencana Rey Menemukan RomansaRomansa mengigau, di dalam tidur. Dia melihat ada tangan mungil, kecil, terjepit di atas kanul yang dicucinya. Romansa berkeringat begitu banyak, mengigau tidak karuan.“Tidak, tidak, tidak, maafkan aku, maafkan aku, tidak,” bisiknya lirih. Keringatnya semakin bercucuran. Ketakutan itu sungguh memiliki ruang di dalam pikirannya, di mana akan hadir di saat tidak terduga, juga tidak dapat diprediksi. Ketakutan itu menangkapnya dalam mimpi, seolah mencekik, menghentikan nafasnya, sangat menyakitkan.Romansa membuka mata, lalu mencoba bernafas dan bangkit. Romansa mengambil nafas cepat, sungguh dia seperti terbebas dari hal yang mengerikan. Romansa mengusap keringat yang membanjir di wajahnya. Dia berusaha mengendalikan diri, menepiskan perasaan sesak yang menyerangnya habis habisan.“Ada apa Romansa?” tanya perawat Erna yang berlari ke arah Romansa.“Ibu dengar kamu berteriak,” lanjut bu Erna seraya memeluk Romansa.“Mim-mimpi itu datang lagi,” gumam Romans
Pandangan Pertama Yang MendebarkanSimon terlihat masuk ke dalam ruang perawatan VVIP. Dia mendekat ke ners station, di sana ada perawat Nindi dan perawat Nika.“Selamat sore, apa saya bisa bertemu bu Erna? wah saya sudah mencari bu Erna sejak tadi siang,” ucap Simon berusaha mencari alasan supaya bisa berlama lama di ruang VVIP.“Bu Erna sedang izin keluar, sejak tadi siang,” ucap perawat Nindi.“Oh begitu ya, pantas saja saya tidak menemukannya,” ucap Simon.“Ada perlu apa?” tanya perawat Nika.“Tidak, saya hanya ingin meminta bantuan bu Erna untuk melihat laporan saya mengenai salah satu pasien yang ada di ruang perawatan umum,” ucap Simon serta menunjukkan buku yang dibawanya.“Iya, bu Erna cukup berpengalaman untuk itu,” ucap perawat Nindi.“Datang saja lagi besok,” ucap perawat Nika.“Wah, malam ini saya harus segera mengirim email tugas ini pada dosen terkait,” ucap Simon yang menyiratkan isyarat kekecewaan.“Hmmm, coba saya lihat, mungkin saya bisa membantu,” ucap perawat Nind
Aku Bukan SALOMEBeberapa menit sebelumnya.Simon terlihat begitu asik bersama perawat Nindi dan juga perawat Nika, mereka membahas mengenai kondisi salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa itu. Sebenarnya hanya kasus karangan Simon saja, tidak ada tugas mengenai itu, dia hanya membuat riset sendiri untuk membantu Rey mengelabui perawat di ruang perawatan VVIP.Tiba tiba dari jauh terdengar langkah kaki dari beberapa orang, Simon melirik ke arah lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang perawatan VVIP, dia melihat ada dokter Gede sedang berjalan bersama dengan perawat Dante.“Dok-dokter Gede,” gumam Simon dalam hati. Dia mulai gugup, tidak ingin ketahuan, dia segera mencari alasan supaya bisa secepatnya pergi.“Perawat Nindi, perawat Nika, saya ucapkan terima kasih. Saya ingin berlama lama dengan perawat perawat yang ramah juga baik seperti kalian, tapi sayangnya ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda lagi,” ucap Simon seraya menunjukkan ekspresi seseorang yang sedang