BAB KE : 84ANAK SULTAN 16+Rumah mewah itu terpancak dengan angkuh di sebidang tanah yang sangat luas. Walau berpagar besi, tapi ada celah-celah yang membuat mata dapat melihat dengan jelas ke dalam pekarangan.Halaman di dalam pekarangan itu persis seperti taman yang tertata dengan rapi. Sangat indah, memanjakan setiap mata yang memandangnya.Di depan pintu gerbang berwarna biru, yang terbuat dari besi dengan ornamen dan ukiran menarik, di sanalah motor Faiz berhenti. Sisilia segera melompat dari jok belakang."Terima kasih!" katanya datar, tanpa menoleh pada Faiz dan bergegas menuju tombol bel yang ada di pintu gerbang rumah tersebut. Walau bergegas, tapi Sisilia sengaja mempertajam indra pendengaran untuk mendengar jawaban Faiz. Namun, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut lelaki itu.Benar-benar manusia pelit, bahkan untuk menjawab ucapan terima kasih pun orang itu tidak mau. Padahal apa salahnya cuma menjawab dengan 'ya ... terima kasih kembali' atau cukup 'ya' saj
BAB KE : 85DIGANGGU BAYANGAN 16+Sejak kejadian di gubuk, Sisilia lebih suka mengurung diri di dalam kamar. Kehadiran Azral pun tidak digubrisnya lagi. Beberapa kali lelaki itu datang berkunjung, tapi tak pernah ditemui oleh Sisilia.Bila kedua orang tuanya bertanya tentang perubahan sikapnya. Sisilia beralasan, lagi fokus belajar. Memang sampai sejauh ini Sisilia belum pernah menceritakan perlakuan Azral kepada papa dan mamanya. Biarlah hal itu hanya dia berdua yang mengetahuinya dan bertiga dengan si mata elang. Sisilia bukan tipe anak pengadu. Walau anak semata wayang, tapi gadis itu tidaklah manja, apa lagi kolokan. Orang tuanya mempercayai saja alasan yang dikemukakan Sisilia tersebut, karena tidak sampai dua bulan lagi Sisilia memang akan menghadapi ujian kenaikan kelas.Tapi, di dalam kamar sebenarnya Sisilia tidak belajar. Dia malah asik melamun dengan pikiran berkelana entah ke mana. Pernah sih, dia memaksakan diri untuk belajar. Namun, pikirannya tak pernah bisa fokus
BAB KE : 86TEMAN SATU SEKOLAH 16+Ternyata Vira mengenal salah satu dari mereka, yaitu yang lebih tinggi. Vira dulu pernah satu kelas dengan dia. Memang tinggi anak itu lebih dari rata-rata. Jangkung!Tubuhnya yang atletis membuat dia semakin menarik. Apa lagi wajah cowok itu memang tampan. Ditambah dengan helaian-helaian rambut yang mulai tumbuh di atas bibirnya. Mungkin itu cikal bikal kumis bagi kaum Adam. Hal ini membuat lelaki itu semakin menawan."Hai...." sapa Sisilia sambil melambaikan tangan kanannya pada lelaki tinggi, ketika mereka berpapasan. Lelaki itu hanya menjawab dengan anggukkan tanpa senyum.Sikap Sisilia ini membuat Vira melongo. Kenapa tidak? Sebab, selama ini dia belum pernah melihat Sisilia menyapa cowok. Temannya yang memang populer dengan kecantikannya itu, biasanya selalu di sapa cowok terlebih dulu. Bukan sebaliknya!"Hoi ... kamu naksir dia?" tanya Vira sambil menyentak lengan Sisilia. Volume suara Vira sengaja direndahkan, takut kedengaran oleh kedua
BAB KE : 87RESAH DAN GELISAH KARENA CINTA16+"Kenapa?" tanya Sisilia dengan alis hampir bertaut."Emang benaran kamu jatuh cinta sama dia?" Vira membalas pertanyaan Sisilia dengan pertanyaan. Senyum kembali hadir di bibirnya dengan mata mengedip genit."Bukan ... bukan!" jawab Sisilia sambil menggerakkan telapak tangan ke arah Vira."Bukan, bukan ... tapi mukamu kok jadi aneh gitu? Ha, ha, ha!" ledek Vira dengan tawa nyaring.Wajah Sisilia kembali bersemu merah. Entah kenapa sekarang dia merasa mati kutu oleh ledekkan Vira. Biasanya Sisilia tidak pernah kehabisan kata untuk membalas kejahilan sahabatnya itu. Tapi kali ini berbeda, sepertinya otak Sisilia begitu sulit diajak bekerja sama untuk membalas celoteh Vira. Mungkinkah hal ini terjadi karena adanya desiran aneh di hatinya? Desiran yang mengundang gejolak di dada, desiran yang membuat berdebar-debar tak menentu?Entahlah!Yang jelas desiran itu selalu datang bila ingat si mata elang. Apa lagi kalau menggibahkannya, bukan han
BAB KE : 88RENCANA PINDAH KELAS 16+Ketika jam istirahat, Sisilia dan Vira mengurungkan niatnya ke kantin. Mereka malah menuju kelas dua Biologi satu. Kelasnya Faiz.Benar saja, Faiz masih di dalam kelas. Dia terlihat asik menulis, mungkin sedang menyelesaikan tugas sekolah.Di dalam ruangan itu, juga ada beberapa murid lain. Mereka menghabiskan waktu jam istirahat dengan menunggu di dalam kelas. Ada empat orang yang duduk berkelompok di meja paling belakang. Mereka sedang ngobrol sambil bercanda.Kedatangan Sisilia dan Vira tentu menarik perhatian mereka. Apalagi mereka mengetahui siapa kedua gadis itu. Tapi mereka hanya saling berbisik tanpa berani menggoda.Vira memasuki kelas dengan tenang, sementara dada Sisilia mulai berguncang.Debaran aneh itu muncul lagi, membuat Sisilia sedikit grogi.Bukan grogi pada kelompok cowok yang berbisik sambil melirik mereka. Namun, karena sosok cowok yang lagi asik menulis di bangku nomor dua dari depan, persis dekat dinding kelas."Hai, Faiz!
BAB KE : 89MENGEJAR CINTA SANG PENOLONG16+Ada sebagian orang, dalam kehidupannya selalu dimudahkan. Tapi ada pula di antara mereka yang terkadang harus menemui kesulitan.Tentu semua itu terjadi atas ijin Tuhan, dan kita tidak bisa menduga apa makna tersirat dari semua itu. Apakah semua kemudahan adalah berkah? Atau apakah setiap kesulitan adalah hukuman?Belum tentu! Karena terkadang kesulitan itu adalah bentuk teguran atau ujian. Tapi tak jarang pula, semua kemudahan-kemudahan yang kita alami, justru istirojd dari Tuhan, atau azab yang ditunda.Semua kemudahan itu telah didapatkan oleh Sisilia. Begitu pula dengan niatnya untuk pindah kelas. Dengan pengaruh papanya, tentu sangat mudah bagi Sisilia memilih di kelas mana dia mau belajar. Sekarang Sisilia duduk di kelas tiga dengan jurusan Biologi. Dan dia meminta kelas Biologi satu. Resmilah dia satu kelas dengan Faiz. Keinginannya pun terkabul.Cinta ....Itu yang terkadang mampu membolak balik dunia. Membolak-balik hati manusia
BAB KE : 90TERNYATA ADA LUKA DI HATINYA 16+Apa yang diperkirakan Sisilia memang menjadi kenyataan. Karena sejak saat itu, hubungan mereka semakin dekat. Sisilia selalu memanfaatkan tugas pekerjaan rumah untuk mendekati Faiz. Malah sekarang dia berdoa, semoga selalu ada tugas pekerjaan rumah yang diberikan guru setiap hari.Hari-hari berikutnya kekakuan Sisilia mulai hilang, Faiz pun telah bisa diajak berkomunikasi dua arah. Namun, tetap ada yang menganjal di hati Sisilia. Karena dia belum juga bisa menyaksikan senyum Faiz.Walau Sisilia telah berusaha memancing tawa Faiz dengan berbagai macam banyolan, tapi jangankan tertawa, senyumnya saja tidak muncul. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membuat Sisilia gembira dan menganggap usahanya telah membuahkan hasil, karena Faiz telah bisa diajak berkomunikasi, jawaban yang diberikan cowok itu tidak pendek dan singkat seperti biasa. ****"Nih, aku bawa roti untukmu!" Sisilia meletakan dua bungkus roti dan sebotol minuman mineral
BAB KE : 91DIKALA CINTA MENERPA KARTA SETIAWAN MULAI CURIGA 16+Cinta itu fitrah, setiap orang pasti akan merasakannya. Demikian pula dengan Faiz. Karena kedekatannya dengan Sisilia membuat rasa itu tumbuh di hatinya. Rasa itu semakin besar karena Sisilia begitu baik di mata Faiz. Namun, sejauh ini belum ada sepatah kata cinta pun yang keluar dari mulut mereka. Faiz terlalu kaku untuk memulai, sementara Sisilia masih sungkan untuk mengungkapkannya. Tapi hubungan mereka semakin akrab. Bahkan beberapa kali Sisilia pernah berkunjung ke rumah Faiz.Dengan keakraban seperti itu, wajar saja ada teman sekolah yang menganggap mereka telah jadian. Begitu pun dengan ibu Faiz, sebagai wanita, dia bisa meraba apa yang ada di hati Faiz dan Sisilia."Dalam minggu ini sudah tiga kali Sisilia ke rumah kita. Apakah kamu telah pernah berkunjung ke rumah dia?" tanya Tina suatu malam pada Faiz."Aku sudah pernah ke rumahnya, Bu. Tapi tidak masuk, hanya mengantarkan Sisilia sampai pintu gerbang rumahn