Mendengar Boy akan datang ke rumah untuk memperkenalkan calon istrinya membuat kedua orang tua Boy menjadi penasaran.. Lama mereka tidak mendengar kedekatan sang putra dengan perempuan lain kenapa hari ini tiba-tiba anaknya ingin memperkenalkan dan langsung menjadikannya calon istri.
"Kenapa Boy datangnya lama sekali ya pak?" tanya Margareth gelisah.
"Tunggu saja nanti juga datang," jawab Bowo sembari bermain ponsel.
Di satu sisi Boy memberitahu kepada Maya perihal apa saja yang nantinya harus di lakukan.
"Mau.. Hari ini saya mau mengajakmu bertemu dengan kedua orang tuaku, maka dari itu saya mau kamu nantinya bekerja sama dengan baik ya.. Kamu boleh menjawab dengan jujur bagaimana latar belakangmu namun satu hal yang harus kamu rahasiakan, jangan beritahu pada mereka jika nantinya kami menikah hanya sebatas kontrak, mengerti?" ucap Boy.
"Kenapa semuanya mendadak sih pak? Mana siap saya bertemu orang tua anda? Saya takut kalau nantinya mereka tidak suka pada saya lalu mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya," tolak Maya.
"Tolong bantu saya.. Ingat kita sudah sepakat dan sudah menandatangani surat perjanjian di atas materai, apa kamu lupa jika beberapa hari yang lalu saya juga sudah membantu ayahmu untuk melunasi hutangnya pada rentenir kampung itu," gertak Boy yang berhasil membuat Maya tak bisa berkutik.
***
Di mansion kedua orang tua Boy.
"Akhirnya kamu datang juga Boy.. Mamah pikir kamu lupa," ucap Margareth.
"Tidak akan mah.. Oh iya kenalin ini Maya Syaqilla," jawab Boy yang langsung merangkul pinggang Maya.
"Astaga dia ambil kesempatan dalam kesempitan, hih.." batin Maya kesal.
"Ini calon istrimu?" tanya Margareth yang memperhatikan penampilan Maya dari atas sampai bawah.
"Selamat siang tante.. Perkenalkan saya Maya Syaqilla," sapa Maya lalu mengulurkan tangan.
"Saya Margareth Yudhistira," jawab Margareth angkuh.
"Kami gak di persilahkan masuk nih mah?" sindir Boy dan akhirnya mereka masuk dan duduk di ruang keluarga.
"Dia calon istrimu?" tanya Bowo.
"Tentu saja pah.. Namanya Maya Syaqilla, kenalin sayang dia papahku," ucap Boy.
"Se..selamat siang om.. Saya Maya," sapa Maya kikuk.
"Hmm…" jawab Bowo dingin dan Maya semakin gerogi.
"Kamu berasal darimana?" tanya Margareth penasaran.
"Dari kampung G, tante," jawab Maya jujur.
"Apa?? Yang benar saja ini Boy," pekik Margareth.
"Memang ada yang salah dengan asal kampung saya ya tan?" tanya Maya hati-hati.
"Cih.. Orang udik macam kamu mana pantas bersanding dengan anak saya, jangan mimpi deh!! Oh I know.. Kamu pasti hanya mengincar hartanya saja kan? Mau kaya tapi pakai cara instan? Betul kan?" sindir Margareth yang langsung membuat Maya sedih.
"Kamu bekerja dimana?" tanya Bowo.
"Masih mencari pekerjaan om," jawab Maya lirih dan menunduk.
"Lulusan apa emangnya?" tanya Bowo.
"Hanya sampai SMP om," jawab Maya dan membuat kedua orang tua Boy terkejut.
"Serius dia calon istrimu? Kamu kenal dimana Boy?" tanya Bowo heran.
"Kami tidak sengaja bertemu di sebuah pusat perbelanjaan, tolong lah jangan ukur semuanya dari status sosial, setidaknya Maya ini berani berkata jujur menunjukkan siapa dia sebenarnya, ini yang aku cari pah.. Wanita yang tidak banyak drama," ucap Boy membela Maya.
"Tapi ya gak gini juga dong.." pekik Margareth kesal.
"Gak gini apanya mah? Apa salah Maya? Dia perempuan baik-baik," tanya Boy.
"Cih.. Mana kamu tau dia beneran baik atau hanya pura-pura saja.. Jangan tertipu oleh tampang," sindir Margareth dan seketika Maya berlinang air mata.
"MAH JANGAN BICARA SEPERTI ITU!! MAYA DATANG KESINI BAIK-BAIK KENAPA KALIAN MENYAMBUTNYA PENUH KEBENCIAN? APA SALAH DIA? KALIAN KAN JUGA BARU PERTAMA KALI BERTEMU.. APA KARENA STATUSNYA?? SETIDAKNYA MAYA ADALAH TIPE WANITA YANG AKU CARI DI ZAMAN SEKARANG MAH PAH.. JIKA KALIAN TIDAK MENYUKAINYA TIDAK MASALAH, BOY AKAN TETAP MENIKAHINYA," pekik Boy murka.
"Jangan sembarangan kamu.. Jangan asal memasukkan orang di lingkup keluarga ini," tolak Margareth.
"Maya bukan penjahat ataupun mantan narapidana, jadi dia berhak untuk masuk di lingkup keluarga Yudhistira," ucap Boy dengan mantap.
"Tidak akan pernah.. Jangan harap itu terjadi," tolak Margareth mentah-mentah.
"Coba pikirkan lagi dengan baik.. Jangan karena faktor umur dan perjanjian kekuasaan menjadikanmu asal memilih calon istri, menikah itu sekali untuk seumur hidup," nasehat Bowo.
"Papah ini juga kenapa ikutan mamah? Apa salah Maya pada kalian, ha? Kalau Boy udah membawa perempuan kesini apalagi sampai memperkenalkan dia sebagai calon istri maka artinya Boy sudah serius dengannya.. Ingat pah mah, Boy anak laki-laki jika mau menikah tidak perlu memakai wali pun pernikahan tetap sah," ucap Boy membuat kedua orang tuanya murka.
"PAPAHMU MASIH HIDUP DAN SEHAT TAPI BISA-BISANYA KAMU INI TIDAK MENGGUNAKAN PAPAH SEBAGAI WALI NIKAHMU, JANGAN JADI ANAK KURANG AJAR HANYA DEMI PEREMPUAN ITU YA BOY!!! SELAMA INI PAPAH TIDAK PERNAH MENDENGARKAN OMONGANMU YANG MEMBUAT PAPAH DAN MAMAH MURKA, BARU KALI INI KAMU BERSIKAP BEGITU," pekik Bowo murka.
"IYA.. APA KAMU INI KEKURANGAN WANITA YANG SELEVEL DENGANMU? MENGAPA KAMU MALAH MENCARI GADIS DESA YANG PENDIDIKANNYA PUN HANYA SAMPAI SMP.. PANTAS SAJA DIA MASIH MENCARI PEKERJAAN, MAU JADI APA KERJA DI KOTA JIKA IJAZAHNYA HANYA SMP? PEMBANTU SIH IYA.. MENDING KAMU JADIKAN DIA PEMBANTU SAJA JANGAN JADIKAN CALON ISTRI!!!" ejek Margareth tersenyum sinis.
"MAH.. PAH.. KALIAN INI KETERLALUAN!!! INGAT KATA-KATA BOY, MAU KALIAN SETUJU ATAU TIDAK MAKA BOY AKAN TETAP MENIKAHI MAYA, TITIK!!!" ucap Boy tegas dan tatapannya sungguh tajam.
"SEMUA ASET AKAN TERPAKSA PAPAH CABUT JIKA KAMU MASIH TETAP MENIKAHI PEREMPUAN INI," ancam Bowo.
"Silahkan saja.. Apa papah sudah lupa siapa yang memegang saham perusahaan paling banyak? Boy kan? Hampir 90℅ saham perusahaan sudah Boy beli jauh sebelum berniat menikah dengan Maya," tantang Boy tersenyum smirk.
"Oh rupanya kamu bermain cantik di belakang kami," ucap Bowo kecewa.
"Bukan bermain cantik melainkan antisipasi.. Yang terpenting sekarang Boy sudah memperkenalkan Maya kepada kalian setidaknya Boy masih memiliki rasa hormat dan menganggap kalian orang tua Boy, jika setelah ini kalian tidak menyetujui atau bahkan mencoret nama Boy dari KK, silahkan saja.. Boy berhak mendapatkan kebahagiaan dengan caraku sendiri," ucap Boy penuh penekanan.
"Puas kamu sudah membuat anak saya jadi pembangkang?" tanya Margareth pada Maya dengan mengangkat dagunya secara kasar.
"Ti..tidak tante.. Maya tidak pernah memperkirakan akan jadi seperti ini, maafkan Maya.. hiks.. hiks.." jawab Maya sembari menangis.
"Lalu kamu memperkirakan nya apa? Diterima dengan baik dan bisa langsung menikah setelah itu menjadi nyonya besar, gitu? Mimpi.." ejek Margareth sembari menghempas dagu Maya kasar.
"MAH JANGAN KASAR SAMA CALON ISTRIKU, MAU BAGAIMANA PUN NANTINYA DIA BAGIAN DARI KELUARGA INI," pekik Boy dan mamahnya hanya melengos saja.
Episode 6-Menikah KontrakSetelah kepulangan dari rumah orang tuanya, Boy langsung menyuruh Handoko untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Maya dalam waktu seminggu.. Hanya Handoko yang mengetahui pernikahan kontrak sang majikan. Maka dari itu Handoko tidak mau mengecewakan majikannya itu.. Segala keperluan ia persiapkan sedetail mungkin sampai menyewa orang tua bayaran untuk menjadi wali nikah Maya. Acara pernikahan ini memang sengaja mengundang beberapa tamu terdekat sekaligus keluarga inti, maka tak heran jika persiapannya harus sangat matang apalagi sang majikan hanya memberikan waktu sangat terbatas. Untung saja ada WO yang bersedia membantu proses pernikahan Boy dan Maya berlangsung sampai souvenir juga catering pun sudah siap, ya meskipun Handoko harus merogoh kocek dua kali lipat mengingat semuanya ini serba mendadak. "Ada-ada saja kemauan orang kaya mah, nikah aja ribet banget.. Untung masih ada WO yang mau menangani pernikahan mendadak ini jika tidak ada duh bisa ribet s
Setelah acara pernikahan juga resepsi berlangsung dengan lancar dan meriah kini keduanya langsung meninggalkan gedung dan bergegas menuju mansion Boy. Maya dibuat kaget dengan keberadaan rumah baru Boy yang tidak sama dengan apa yang ditempati Maya ketika pertama kali datang ke kota. Karena takut akan dijebak sang majikan akhirnya Maya memberanikan diri bertanya. "Maya.." panggil Boy setengah berteriak. "Iya Pak, ada apa?" tanya Maya kaget. "Kenapa diam mematung disitu? Ayo masuk," ajak Boy sambil melihat Maya. "Ini rumah siapa ya pak?" tanya Maya. "Ya rumah saya lah," jawab Boy ketus. "Jangan bercanda deh pak.. Setahu saya rumah bapak gak disini," sanggah Maya. "Kamu ini udah nanya malah ngeyel lagi, itu kan setahu kamu la ini saya kasih tau," jawab Boy geram. "Jangan menjebak saya ya pak, ingat kita ada perjanjian tertulis," gertak Maya. "Menjebak apanya? Kamu jangan buat saya kesal ya, tanya sana sama Handoko rumah ini siapa pemiliknya kalau perlu tanya sekalian sama pak
Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. "Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. "Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. "Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. "Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. "Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. "Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. "Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi
Setelah keduanya bersiap kini Boy kembali dibuat heran dengan penampilan istrinya itu. Memang sih Maya memakai pakaian yang ada di lemari namun itu kan pakaian yang digunakan dirumah, apa Maya gak bisa membedakannya ya? Udah gitu gak ada polesan make up, semakin menambah keprihatinan bagi Boy. "Istri pengusaha penampilannya kok begini sih nanti jadi bahan gunjingan karyawan kantor, ganti baju sana," suruh Boy dan Maya dibuat kebingungan. "Dimana salahnya? Ini kan pakaian yang ada di lemari, seusai apa yang anda suruh," tanya Maya heran. "Salahnya karena kamu pakai baju santai, itu baju untuk dirumah, yang untuk acara formal ada di bagian ujung kanan," ucap Boy memberitahu. "Saya sudah membuka lemari itu namun semuanya terlalu mewah jika saya gunakan, gak pantas pak," tolak Maya sungkan. "Astaga memang itu penampilan yang seharusnya melekat di dirimu," ucap Boy. "Tapi pak.." jawab Maya hampir menolak namun tiba-tiba Maya teringat perkataan Handoko yang menyuruhnya untuk patuh pad
Di ruangan Boy, Maya hanya diam saja dikursi panjang suaminya sembari menunggu perintah namun sayangnya sang suami terlalu fokus bekerja sampai Maya merasa dilupakan. Merasa jenuh akhirnya Maya keluar ruangan untuk mencari angin. "Pak saya izin keluar sebentar ya, suntuk," ucap Maya hati-hati. "Hmm.." jawab Boy tanpa mendengarkan dengan benar apa perkataan Maya. Merasa mendapat persetujuan akhirnya Maya keluar ruangan dan menaiki lift, disana ia tak sengaja menabrak seorang pria berjas hitam yang kebetulan juga ingin menaiki lift yang sama. "Eh maaf mas maaf gak sengaja," ucap Maya sembari melepaskan diri dari dekapan pria asing itu. "Ya gak papa mbak, btw gak ada yang luka kan?" tanya pria itu memastikan dan Maya hanya menggeleng saja setelah itu menunduk. "Syukurlah.. Mau kemana mbak? Apa salah ruangan??" tanya pria itu. "Enggak mas, mau cari angin saja," jawab Maya lalu menunduk. "Kebetulan sekali saya ada tugas diluar, apa mbak mau ikut?" ajak pria itu dan Maya menimbang d
Hari ini Boy sengaja tidak ke kantor lantaran ingin mengajari Maya untuk belajar bagaimana tata cara makan di dalam keluarganya, karena kebetulan malam nanti mamahnya mengundang mereka berdua untuk acara makan malam. Awalnya Boy menolak untuk datang namun karena ancaman mamahnya akhirnya dia pun setuju. "Kalau sampai kamu beneran gak datang maka jangan salahkan mamah akan tinggal dirumahmu dan menetap disana, ingat Boy mamah masih bertanda tanya dengan asal usul istrimu jadi jangan menambah kecurigaan mamah kepada kalian," ucap Margareth yang masih terngiang dipikiran Boy. "May.. Maya…" panggil Boy dan Maya yang masih menonton TV segera menghampiri suami kontraknya. "Iya Pak ada apa?" tanya Maya sedikit kesal karena sudah menganggu waktu acara menonton televisinya. "Nanti malam mamah mengundang kita untuk makan malam," jawab Boy dingin. "Apa?? Saya belum siap bertemu keluarga anda pak," tolak Maya. "Memang cuma kamu saja, saya pun juga. Malas rasanya bertemu dengan mereka malah
"Saya mau melanjutkan sekolah tan," jawab Maya dengan tenang. "Kenapa sampai sekarang belum juga sekolah?" tanya Silvi menjebak. "Karena waktu itu saya belum lolos, tahun ajaran depan mau berusaha lagi semoga saja lolos," jawab Maya dengan tenang hingga membuat Boy kagum. "Apa yang membuatmu tidak lolos?" tanya Silvi masih kurang puas dengan jawaban-jawaban Maya. "Syarat-syarat juga hasil tes," jawab Maya dan Silvi hanya mengangguk saja. "Di kampung orang tuamu bekerja sebagai apa May?" tanya Mia-sepupu Boy. Maya ingin menjawab jujur tentang identitas keluarganya di kampung namun takut membuat Boy malu, ketika menatap mata sang suami yang dia lihat hanya anggukan pelan saja dan Maya menganggap jika Boy setuju untuk berkata jujur. "Kedua orang tua saya bertani," Sontak saja jawaban Maya membuat seluruh anggota keluarga Boy kaget bukan main. Gimana jadinya seorang Boy yang terkenal dingin dan memiliki standar yang tinggi bahkan perfeksionis jatuh ke pelukan gadis kampung anak peta
Pagi hari yang cerah dengan awan yang terang membuat siapa saja pasti akan memulai aktivitas dengan penuh semangat, seperti halnya dengan sepasang suami istri kontrak ini, ya Boy juga Maya hari ini bersiap untuk berbelanja. Sebenarnya Maya sudah menolaknya karena stok pakaian di lemari masih banyak dan banyak yang belum terpakai, namun suaminya itu jika memiliki kemauan mana bisa dibantah? Lebih baik menurut saja seperti apa yang dikatakan pak Handoko waktu itu. "Sudah siap?" tanya Boy memastikan. "Sudah pak," jawab Maya tertunduk. "Ayo berangkat harusnya kamu bersyukur karena saya sampai meluangkan waktu khusus menemanimu berbelanja," ajak Boy sembari berbicara angkuh. "Astaga dia sendiri kan yang mau beliin aku baju, udah aku tolak padahal eh sekarang malah dia bilang kalau seakan-akan aku ini yang minta dibelanjain, hih emang dasar ya," gumam Maya geram sambil melirik Boy. "Apa lirik-lirik? Naksir?" tanya Boy ketus dan Maya kaget bukan main. "Jangan percaya diri dulu deh pak,