"Bukannya kami tak tau Pa, jika selama ini Papa hobi main perempuan, kalau bukan karena Mama tidak sudi kita nampung Papa disini, dan kenapa kita tega sama Papa, karena Papa juga tega sama kita terutama Mama, kurang apa Mama sama Papa hingga Papa tega hianati kesetiaan Mama hingga sedemikian rupa, " ujar Kevin sengit. "Kalian tidak tahu apa yang Papa rasakan karena kalian belum menikah, Papa butuh hak batin dan itu tidak bisa Mama kalian lakukan pada Papa, lalu Papa harus bagaimana? Papa juga manusia yang masih punya nafsu."Ketiga anak Pak Wito terdiam karena memang yang diucapkan Pak Wito adalah benar adanya."Lalu apa mau Papa?""Izinkan Papa menikah lagi, tidak perlu resmi hanya siri pun tak masalah.""Mama bagaimana? " tanya Intan pada Mamanya. "Entahlah, Mama capek, Mama sudah tak mau lagi tau urusan Papamu, Mama bertahan hingga saat ini hanya demi kalian, Mama gak mau kalian jadi anak broken home, kalau Papamu mau menikah lagi terserah dia saja, tapi jangan harap
"Ya menyatakan perasaan sekaligus melamarmu, umurku sudah tak lagi muda Riana, orang tuaku menyuruhku menikah secepatnya, dan sekarang pilihanku jatuh padamu, kamu mau kan menikah denganku dan menjadi ibu dari anakku kelak? ""Iya Mas aku mau, " ucap Riana yang tersipu malu. "Terimakasih sayang, aku janji tidak akan menyakitimu seperti mantan suamimu itu. "Degh, tiba-tiba wajah Riana berubah sendu kala mengingat Mirza. "Apa kabar dengan Mirza, sudah lama ia tak tahu tentang Mirza setelah sidang terakhir yang memutuskan hukuman Delapan tahun yang dijatuhi Hakim untuk Mirza."Kamu kenapa Ri? " tanya Efendi saat sadar ada yang berubah dari wajah Riana saat dirinya mengungkit tentang masa lalunya. "Ah, enggak Mas, hanya sedikit teringat tentang masa lalu yang menyakitkan. ""Maaf ya, aku sudah membuatmu sedih, tapi aku bersungguh-sungguh akan membahagiakanmu.""Iya Mas, aku percaya," ucap Riana sembari tersenyum. "Yasudah, yuk lanjut lagi makannya, keburu dingin nanti gak enak. "Ria
Setelah kurang lebih Dua jam lamanya, akhirnya pekerjaan Bu Widya pun selesai, masakan pun ia hidangkan diatas meja makan.Desi yang mencium bau masakan pun menuju meja dan melihat lauk yang dimasak Ibunya itu.Saat Desi membuka tudung saji, Desi hanya melihat tumis kangkung , tempe goreng dan ikan asin tersedia di meja makan, melihat itu Desi merasa kesal, pasalnya ia tidak suka dengan ikan asin, Desi pun membanting tudung saji tersebut ke atas lantai hingga menimbulkan suara yang membuat Bu Widya terperanjat karena bahan tudung aji itu terbuat dari stainles."Ibu nih gobl*k banget sih, udah tau aku gak suka ikan asin kenapa Ibu masak ini! ""Maaf Des, uang yang kamu kasih ke Ibu, hanya cukup untuk masak itu aja, " jawab Bu Widya lirih."Kalau masaknya untuk bertiga ya memang tidak cukup tapi akan cukup kalau masaknya untuk aku dan Mas Rian! "&nbs
"Sebenarnya Sinta juga pengen Mas, tapi nanti kalau ketahuan gimana? ""Mereka sedang pergi, sebaiknya sekarang kita lakukan, nanti keburu mereka pulang, kapan lagi kesempatan itu ada Sin? ""Ya tapi Mas, aku takut," ucap Sinta sembari menggigit bibirnya karena tangan Pak Wito sudah menjamah ke bagian sensitif Sinta."Mas... ""Ayo kita ke kamar, Mas udah gak tahan, " ujar Pak Wito sembari menarik tangan Sinta menuju kamar yang Sinta tempati atau lebih tepatnya kamar pembantu.Pak Wito membaringkan Sinta di kasur miliknya, ia juga membuka seluruh pakaian Sinta, setelahnya dengan sangat buas Pak Wito melahap daging mentah yang tersedia di depan matanya, dan akhirnya dua insan itu kembali melakukan perbuatan haram mereka yang sudah lama tak mereka lakukan.Di saat yang bersamaan istri Pak Wito dan juga kedua anak perempuannya baru saja pulang
"Rasakan itu jalang! Hahahahaha rasakan! " pekik Bu Retno yakni istri dari pak Wito, sembari menujamkan pisau dapur tersebut beberapa kali ke Sinta dan pak Wito. "Dan rasakan itu wahai bandot tua, sudah cukup lama aku menahan egoku untuk terus bertahan hidup bersamamu, kini saatnya malaikat maut menjemputmu hahahaha, dan kini aku mengirimmu ke neraka hahahaha, huhu hu hu hu" Bu Retno tertawa dan menangis secara bergantian, keadaan sudah sangat kacau, lantai yang putih berubah menjadi warna merah karena banyaknya darah yang keluar dari Sinta maupun pak Wito yang kini sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Mama kenapa jadi begini hu hu hu, " isak tangis Widi dan Intan pun menggema ke seluruh ruangan, hingga pada saat sebuah suara membuat mereka menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut. "Astaghfirullahaladzim kenapa ini! " dengan tergesa-gesa Kevin yang memang sedang bersama temannya menghampiri Sinta, Pak Wito dan Bu Retno yang masih tertawa bahkan kini bu Retno sudah
"Begitukah? " tanya Kevin dan dijawab anggukan oleh petugas tersebut. "Ya Allah Mama, kenapa bisa jadi begini, "Gumam Kevin menahan perih di dadanya melihat kondisi sang Ibu yang menjadi seperti itu. "Yang sabar bro, gue doain semoga masalah keluarga lo cepet selesai, " ucap Ridwan teman Kevin. "Thank bro. ""Yuk balik ke rumah sakit, gue mau liat kondisi bokap gue, " ujar Kevin lagi pada Ridwan. Setelah berpamitan dengan Petugas, Kevin dan Ridwan pun bergegas kembali ke rumah sakit dimana Papanya dan sang wanita simpanan di rawat. ****Setelah menempuh kurang lebih 15 menit akhirnya Kevin dan Ridwan pun sampai di halaman rumah sakit. Kevin berjalan dari parkiran menuju ruang IGD yang terdapat di muka rumah sakit tersebut."Intan, Widi, gimana kondisi Papa? " tanya Kevin pada keDua adiknya itu. "Papa Kak, hiks hiks hiks. " ucap Intan sembari terisak. "Papa kenapa Ntan""Papa, Papa meninggal Kak hu hu hu hu. " jawab Widi. "Kau yang benar Wid? " tanya Kevin sembari menatap tak
"Kenapa dia bisa dirawat di rumah sakit? ""Bu Sinta kena tusuk Bu, dan sekarang sudah melewati masa kritisnya, apa Ibu bisa kemari untuk menjadi penanggung jawab pasien? ""Maksudnya saya yang nanti harus bayarin biaya rumah sakitnya Sinta gitu? ""Kurang lebih seperti itu Bu, karena kami hanya tahu jika Ibu adalah keluarga dari Bu Sinta. ""Oh, maaf ya mbak, tapi saya gak bisa, ya udah ya saya tutup soalnya saya banyak urusan. ""Tapi Bu..." belum sempat pihak rumah sakit selesai bicara, Desi sudah menutup teleponnya."Huh, ganggu ketenangan hidup orang aja, lagian siapa juga yang mau ngurusin si Sinta, ogah, mampuslah sana, biar sekalian dia mati aja, hidup kok seneng banget nyusahin orang," gerutu Desi sembari beranjak menuju kamar nya.Bu Widya yang sempat mendengar ucapan Desi merasa sangat sedih karena anak perempuannya
"Kakakmu sudah menjadikan Ibu pembantu di rumahnya, jika Ibu tidak mengerjakan apa yang dia perintahkan maka Ibu tidak dikasih makan dan dikurung di gudang semalaman, " ucap Bu Widya dengan wajah sendu."Ya Tuhan, kenapa kak Desi tega seperti itu sama ibu, padahal setiap dulu ibu dapetin uang dari Lila pasti kak Desi yang ibu dahulukan, lalu kalau kita tidak ke rumah kak Desi kita akan kemana bu? ""Ibu sudah pikirkan, kita nanti ngontrak rumah saja Sin.""Lalu bagaimana untuk biaya hidup kita? Dengan kondisi seperti ini sudah pasti tidak akan ada perusahaan yang mau menerimaku bekerja. ""Kamu tenang saja, nanti biar ibu jualan saja, ibu kan bisa masak, dan kata kalian dulu masakan ibu selalu enak kan, " ucap Bu Widya sembari mencoba tersenyum, betapa ia sangat rindu masa lalunya saat mengurus anak-anaknya yang masih kecil.Kehidupan Mirza, desi dan Sinta kecil dulu