Share

BAB 3

"Kamu sudah pulang, Mas?" Suara Zahra terdengar di belakangku. 

Aku berbalik, tampak ia dan keluarganya sudah berdiri di belakang kami. Aku mengerutkan kening, jadi Zahra habis menjemput orang tuanya? 

"Iya." 

Aku menyalami Bapak dan Mama, lalu menyuruh mereka duduk di ruang tamu bersama Ibu dan juga kedua adikku. Kubawa Zahra ke kamar, aku yakin, saat ini ia hanya ingin aku bersikap baik padanya, makanya mengundang kedua orang tuanya. 

"Kenapa, Mas? Kamu pasti kangen, kan, sama aku?" tanyanya sambil mencoba memeluk tubuh ini. 

Aku mundur beberapa langkah, membuatnya mengerutkan kening karena sikapku. Bayangan ia yang bermesraan dengan lelaki lain, membuatku enggan bersentuhan dengannya. 

"Loh, kenapa, Mas?" 

"Kamu kenapa bawa Bapak dan Mama?" tanyaku. 

"Lah, emang kenapa? Kan biasanya juga, setiap kamu pulang, Bapak dan Mama pasti ke sini." 

Memang benar. Setiap aku pulang, mereka akan ke sini. Menemuiku dengan dalih lama tak bersua, namun nanti pulangnya menyuruh Zahra untuk meminta uang padaku. 

"Tapi suasananya lagi nggak bagus, Zah. Tolong kamu ngertiin." 

"Memangnya kenapa dengan suasananya, Mas? Bukankah baik-baik saja?" 

Aku mengembuskan napas panjang. Sepertinya, aku harus menunda untuk menginterogasi Zahra sekarang. Setidaknya sampai kedua mertuaku pulang. 

Aku balik lagi ke depan. Tampak Mama hanya diam, sementara Bapak mengajak ngobrol Ibu. Apakah, mama mertua terlibat dengan Zahra? Apa selama ini beliau mengetahui perilaku anaknya, dan membiarkannya begitu saja?

"Mil, tolong buatkan minuman untuk orang tuanya Mbakmu, ya," perintahku pada Mila. 

Tanpa banyak bicara, Mila segera ke belakang membuatkan minum, sementara aku duduk di sebelah Ibu untuk berbasa-basi. 

Aku memesan makanan siap saji saat hari sudah beranjak siang. Aku tak boleh melewatkan makan siang Ibu. 

"Bu, makan dulu," ucapku saat driver ojek online itu datang mengantarkan makanan. 

Kuajak Ibu ke meja makan, lalu mengeluarkan empat bungkus nasi beserta ayam goreng kalasan. Kedua mertuaku ikut bergabung, lalu tertegun saat tak lagi melihat makanan di atas meja makan. 

"Eh, maaf ya, Ma. Soalnya Gani kira, Zahra masak, jadi hanya pesan untuk makanan kami saja. Zahra, masakin untuk Bapak dan Mama." 

"Ih, Mas, kok kamu cuma pesan segitu doang, sih? Kamu emang nggak peduli pada orang tuaku," ujar Zahra. 

"Lalu, apa kamu peduli pada Ibu?" tanyaku sambil menyuapkan makanan ke mulut. 

"Y-ya iyalah, Mas. Kalau nggak, ngapain aku ngurus Ibu dengan baik?" 

Aku tersenyum muring. Mengurus dengan baik, katanya? 

"Oh, iya, saking baiknya sampai aku tak boleh datang ke sini, kan?" tanya Kamila. 

"Apa sih, Mil? Kok ngelantur?" 

"Sudah, Mama dan Bapak pulang saja,", ucap Mama akhirnya memutuskan untuk pulang. 

"Oh, iya, Ma, hati-hati di jalan," jawabku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. 

Zahra, Mama, dan Bapak terdiam. Karena biasanya aku pasti melarang mereka dan akhirnya mengeluarkan uang. Sekarang? Jangan harap! 

"Mas?" panggil Zahra. 

"Ya? Kenapa?" 

"Mama sama Bapak mau pulang."

"Iya, kan tadi Mas sudah salim. Apa lagi?" tanyaku pada Zahra yang membuat wanita itu menganga. 

Dikira, aku bakal terus baik? Setelah semua yang dilakukan oleh Zahra, aku malah ingin segera menendang perempuan itu dari rumah ini. 

Akhirnya, Bapak dan Mama pulang. Aku melanjutkan makan dengan nikmat. Kedua adikku pun makan dengan lahap. Aku tersenyum, lupa kapan terakhir kali makan bersama seperti ini. 

"Kamu keterlaluan, Mas. Bapak sama Mama ke sini itu gak jalan kaki. Mereka perlu ongkos," gerutu Zahra ssat aku masuk ke dalam kamar. 

"Loh? Kan yang ngundang Ibu itu kamu." 

"Kamu salah makan, Mas?" 

"Nggak kok. Aku makan nasi pake ayam tadi. Apanya yang salah?" 

"Tapi, kenapa aku merasa kamu berubah?" 

"Aku berubah karena ada alasannya, Zah. Aku baik, kalau orang lain baik padaku. Kalau orang lain jahat padaku, atau bahkan ke ibuku, aku tidak akan tinggal diam sekalipun itu istriku sendiri." 

"A-apa maksudmu, Mas?" 

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Zahra yang tergeletak di samping nakas. Hanya sebuah titik sebagai tanda pengenalnya. Siapa dia? Apakah dia lelaki yang kemarin ini berboncengan dengan Zahra?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status