KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 6
Anisa terus memohon agar aku mau mengizinkannya tinggal di rumah ini, tetapi keputusanku sudah bulat tidak anak pernah mengizinkannya, sekarang, besok, dan selamanya.
"Ayolah, Ul. Biarkan Anisa tinggal di sini. Kamu bisa tinggal di atas dan Anisa di bawah," rengek mama mertua.
"Enggak bisa, Ma." Aku berkata dengan tangan bersedekap. Bagiku, sekali tidak tetap tidak.
"Ya udahlah, kalau memang Ulfa tidak mau mengizinkan Anisa untuk tinggal di sini sebagai madu, aku saja yang tinggal di sini bersamanya. Bagaimanapun juga aku ini masih suami sah karena aku belum mengucapkan talak dan tidak akan pernah mengucapkannya," ucap Mas Rey percaya diri.
"Maksudnya apa? Kamu bilang mau tinggal di sini bersama perempuan jelek ini dan menyuruhku pergi bersama Mama?" tanya Anisa dengan nada tinggi dan menunjuk mukaku.
Belum apa-apa saja dia sudah berani menunjuk mukaku dan sok cantik begini. Jelas aku tidak mau menjadikan ia sebagai madu."Ya, Rey. Anisa ini juga istri kamu, jadi di mana pun kamu tinggal, Anisa juga harus ada di sana," ucap wanita yang sudah tidak muda lagi itu. Wanita yang sangat kusayangi seperti ibu kandung sendiri, pun sebaliknya.
"Betul kata Mama, Mas. Silahkan kamu pergi bersama Anisa dan tinggalkan rumah ini sekarang juga." Kuhela napas dan membuangnya dengan kasar.
"Lalu, bagaimana dengan kamu, Sayang?" Mas Rey menatapku.
"Jangan panggil aku sayang lagi setelah apa yang kamu lakukan di bekakangku. Semua harus pergi dari sini termasuk kamu, Mas!" ucapku lantang.
"Aku tidak mau. Aku akan tetap di sini meskipun harus tidur di luar seperti tadi malam." Mas Rey berusaha meraih tanganku, tetapi kutepis secepat kilat.
"Aku juga," sahut Anisa.
"Tidur di luar? Dari pada tidur di luar lebih baik tinggal di rumah Ibu. Ayo!" Ibu menyeret tangan Anisa, tetapi wanita itu tak bergeming.
"Aku mau bersama Mas Rey, Ma. Dia itu suamiku," ucap Anisa dengan suara yang dibuat-buat.
"Rey, ajak Anisa ke rumah Mama dulu. Kasihan, dia lagi hamil." Mama menggoyangkan lengan Mas Rey.
"Iya, Mas. Sebaiknya kamu ajak istri barumu ini ke rumah Mama atau ke mana terserah, asalkan pergi dari sini, enyah dari hadapanku." Teriakku lantang.
Aku meraih ponsel untuk menghubungi seseorang. Saat ini aku merasa tidak bisa menghadapai mereka seorang diri. Apalagi mereka juga ngeyelan semua. Sudah disuruh pergi, tetap saja tidak mau.
Tidak berapa lama seorang lelaki berbadan tegap datang memasuki halaman rumahku.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak Ul?" tanya lelaki berkumis tipis itu setelah aku mempersilahkannya masuk.
"Untuk apa kamu manggil security kompleks segala?" tanya mama mertua mendelik.
"Tolong bawa pergi ketiga orang ini dari rumah saya!" titahku pada lelaki yang katanya masih single itu."Lho, bukannya dia itu suami Mbak Ulfa dan ini siapa, Mbak?" Security dengan name tag Juna itu menunjuk mama mertua dan Anisa."Oh, ya, perkenalkan ini mama mertua dan ini Anisa, istri baru Mas Rey," jawabku tersenyum sinis.
"Apa? Istri baru? Tidak mungkin Mas Rey menikah lagi. Saya tahu dia lelaki yang setia dan tidak mungkin mengkhianati Mbak Ulfa," ucap Juna dengan sedikit meninggikan suaranya."Itu yang kamu tahu, tetapi terkadang apa yang kita tahu tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Seperti Mas Rey yang kamu dan aku pikir setia ternyata mendua.""Tapi, Mbak ....
"Sudahlah, kamu tidak perlu banyak bertanya lagi. Bawa mereka pergi dari sini kalau perlu seret dan besok jangan izinkan mereka ini datang lagi. Tolong kamu ingat-ingat wajahnya, ya!" titahku.
Benar saja, security itu tidak banyak bertanya lagi dan langsung menuruti permintaanku. Ia menyeret tangan mama mertua dan Anisa keluar dari rumahku.
"Ul, kita bicarakan ini baik-baik. Izinkan aku untuk tetap tinggal di sini meskipun tanpa Anisa. Aku akan meninggalkannya demi kamu." Mas Rey meraih tanganku saat Pak Juna menyeret Anisa dan mama mertua.
"Apa? Nikah itu bukan permainan yang dengan mudahnya datang dan pergi. Meskipun kamu meninggalkan Anisa, aku tetap tidak akan mau kembali padamu. Sekali bilang pisah, ya, pisah."
"Aku mohon, Ul. Biarkan aku tinggal di sini," ucap Mas Rey.
"Pak Juna, tolong bawa Mas Rey pergi dari sini!" teriakku lantang
Security itu tidak bergeming setelah berhasil membawa keluar mama mertua dan Anisa, tetapi tidak mau menyeret serta mantan suamiku.
"Maaf, Mbak. Saya tidak berani untuk mengusir Mas Rey. Bukankan rumah ini miliknya?" ujar Pak Juna menunduk sambil memainkan jari tangannya.
Aku tepuk jidat, security bernama Juna itu memang sudah lama bekerja di sini. Jadi, dia tahu betul siapa Mas Rey.
"Dulu ini memang rumahnya, tetapi sekarang tidak lagi."
"Maksudnya?" Security itu masih tidak paham dengan ucapanku.
"Mas Rey sudah menyerahkan rumah ini padaku dengan suka rela, jadi secara hukum akulah pemilik rumah ini sekarang. Dan sebagai pemilik rumah yang sah, aku mau Mas Rey pergi dari sini?" Jelasku pada Pak Juna.
"Benar begitu, Mas?" tanya sang security sambil memandang lekat Mas Rey untuk meyakinkan.
"I--iya. Aku sudah tidak berhak atas rumah ini lagi." Mas Rey menunduk.
"Baiklah, untuk memudahkan tugas saya, silahkan Mas Rey pergi dari sini sesuai permintaan Mbak Ulfa," ucap Pak Juna tersenyum.
"Ul, tolong pikirkan sekali lagi keputusanmu untuk mengusirku. Aku tidak mau pergi dari rumah kita."
"Aku sudah mantap untuk berpisah dengan seorang lelaki yang sudah nikah diam-diam, Mas. Silahkan kamu pergi dan besok aku kan mengajukan gugatan cerai di pengadilan. Kamu tinggal menunggu saja surat resminya keluar dan saat itu kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita hanya mantan." Aku berkata sambil menahan rasa sesak di dada. Perpisahan ini sangat menyakitkan, tetapi aku pasti bisa menjalaninya.
Mas Rey berbalik dan tidak menyanggah lagi. Ia pergi dengan tubuh lunglai.
"Tunggu, Mas!" Tanganku terulur untuk menahannya.
"Ya, kamu berubah pikiran? Tidak jadi memintaku untuk pergi?" tanya Mas Rey dengan mata berbinar.
"Aku hanya mau minta kunci mobil. Bukankah mobil itu juga atas namaku?" Aku mengulurkan tangan dan tersenyum manis untuknya.
"Apa?"
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 7PoV Rey"Apa?" Aku menoleh saat Ulfa memanggilku kembali. Aku pikir ia berubah pikiran, ternyata ia hanya mau meminta mobil yang biasa kukendarai.Tepuk jidat, memang bukan hanya rumah dan toko yang sudah balik nama atas nama dia, bahkan mobil juga. Kalau sudah begini, aku tidak bisa berkutik lagi.Aku merogoh kunci mobil di celana. Ulfa benar, mobil yang selama ini kukendarai ini juga atas namanya.Aku dulu memang sangat mencintai wanita di depanku ini. Bahkan aku rela melakukan apa saja asalkan dia bahagia, termasuk memberikan semua aset yang kumiliki.Aku pikir kami akan bisa hidup bahagia selamanya. Karena itulah aku tidak berpikir ulang saat semua aset menjadi atas namanya.Ulfa tidak pernah memintaku untuk memberikan semua aset, tetapi ini atas inisiatifku sendiri. Semua ini kulakukan sebagai penghargaan karena ia rela meninggalkan keluarga yang menyayanginya demi aku.Awalnya, hubungan
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 8Suatu hari Ulfa jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Untuk bisa menemaninya aku harus kucing-kucingan dengan ibunya. Saat ibunya tidak ada di sampingnya, Ulfa segera mengirim pesan padaku agar segera datang ke rumah sakit dan segera pulang saat ibunya datang.Ulfa dirawat selama satu minggu sehingga aku hafal kapan ibunya datang membesuk. Biasanya ia menjenguk Ulfa hanya di siang hari, itu pun hanya sebentar karena ayah Ulfa sakit sehingga tidak bisa ditinggal sendiri.Aku benar-benar memanfaatkan kesempatan ini, tiap pagi aku datang ke rumah sakit dan akan datang pada sore hari untuk menemaninya dan pulang lagi saat ibunya membesuk.Bukan hanya aku yang rajin membesuk Ulfa di rumah sakit. Mama dan semua anggota keluargaku juga tidak mau ketinggalan untuk menjenguk calon agggota keluarga kami.Tepat di hari ke lima Ulfa di rumah sakit dan diam-diam aku selalu menemaninya, entah kenapa hari itu ibunya da
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 9"Jadi, Ibu sudah merestui kami?" Mata Ulfa berbinar kala mendengar restu yang kami nantikan itu kami dapatkan juga."Iya, tetapi terpaksa. Ibu sudah capek berusaha memisahkan kalian yang ternyata seperti batu karang yang tak tergoyahkan. Dengar, ya, Ibu memang sudah merestui, tetapi tidak ikhlas lahir batin.""Kenapa begitu, Bu?""Ya, memang begitu. Intinya Ibu sudah merestui kalian, tetapi Ibu tidak akan bisa mendo'akan kalian akan bahagia dan pernikahanmu langgeng," ucap Bu Salma dengan bibir bergetar dan air mata berderai."Tidak masalah, Bu. Kami akan tetap menikah karena kami yakin akan hidup bahagia." Ulfa menggenggam erat tanganku."Kenapa kamu begitu yakin akan bahagia hidup bersamanya?""Kami kenal sudah lama dan saling mencintai. Kami sudah paham karakter masing-masing sehingga tidak ada alasan untuk tidak bahagia dan tidak langgeng seperti yang Ibu katakan."
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 10"Iya, Bu, pasti akan saya makan. Terima kasih, ya?" Aku tersenyum malu."Sama-sama.""Ul, Ibu pulang dulu. Kasihan bapak di rumah sendirian." Ibu mencium anak perempuannya itu."Iya, Bu." Ulfa mencium tangan ibunya."As, titip kakakmu, ya?""Siap, Budhe," jawab gadis berambut panjang itu sambil mengangkat tangan di wajah seperti orang yang sedang hormat pada upacara bendera, kemudian ia mencium tangan Bu Salma, pun denganku."Mas, dimakan dulu makanannya!" pinta Ulfa sambil menyodorkan bungkusan nasi padaku."Iya." Aku menerima dan segera menbuka makanan yang dibelikan calon mertuaku itu.Aku terpaku saat membuka nasi bungkus itu. Isinya hanya nasi putih. Benar-benar hanya nasi putih tanpa lauk secuilpun. Bukankah nasi yang dimakan Astry dan Bu Salma ada lauknya? Kenapa yang diberikan padaku berbeda?Aku pikir Bu Salma sudah berubah dan benar-benar
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 11Bu Salma menunjukkan wajah muram sepanjang acara pernikahanku dengan Ulfa. Sedikit pun ia tidak mau tersenyum.Sebelum pesta pernikahan sempat terjadi perbedaan pendapat antara Bu Salma dan Ulfa--anak satu-satunya.Mereka berbeda pendapat mengenai konsep pernikahan."Bu, aku mau pernikahan ini diadakan secara besar-besaran. Aku, kan anak tunggal," ucap Ulfa."Tidak perlu, Ul. Kita mengadakan pesta pernikahan yang sederhana saja.""Tapi, Bu ....""Sudah! Tidak perlu ada yang diperdebatkan lagi. Ibu tetap ingin mengadakan pesta pernikahan yang sederhana, yang penting sah, baik secara agama maupun negara." Bu Salma tetal pada pendiriannnya."Ibu, kan pernah bilang ingin melihatku menikah dengan memakai baju pengantin yang mewah seperti yang ada tivi-tivi itu?""Itu dulu, tetapi sekarang sudah berubah.""Kenapa?""Karena kamu menikah dengan lelaki yang tidak ibu suka.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 12"Baiklah, Mas. Aku izinkan kamu membawa mobil itu yang penting kamu segera pergi dari sini, tetapi namanya pinjam dan yang namanya pinjam harus dikembalikan," ucap Ulfa dengan tangan bersedekap."Terima kasih, Ul."Aku berbalik dan menyusul Mama dan Anisa yang sudah berada di luar.Aku mengajak Anisa pulang ke rumah Mama."Kalau tahu hanya diajak tinggal di rumah ini aku pasti tidak akan mau menikah denganmu, Mas." Anisa menghempaskan bokongnya di kursi dengan kasar."Terus maumu apa sekarang?" tanya Mama lembut."Aku nggak mau tahu pokoknya kamu harus bisa mendapatkan rumah itu kembali,""Sepertinya itu tidak mungkin, Nis. Aku sudah menyerahkan rumah itu secara suka rela tanpa ada yang memaksa.""Kok bisa-bisanya, sih, Mas, kamu menyerahkan begitu saja rumah itu padanya." Anisa uring-urungan."Aku pikir aku akan hidup bersama selamanya. Mana aku tahu ka
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 13"Mas, suruh mijitin kok malah tidur?" teriak Anisa tepat di telingaku sambil menepuk lenganku."I--iya, maaf, aku ngantuk banget ini." Aku mengucek mata yang terasa berat. Tadi malam aku tidak dapat tidur nyenyak karena tidur di luar. Tega sekali Ulfa.Aku kembali memijit kaki Anisa meskipun sambil menahan kantuk yang tak tertahankan. Berulang kali wanita yang baru kemarin kunikahi itu menepuk lenganku saat aku terlelap dan berhenti memijitnya.Terdengar pintu diketuk. Aku segera membukanya, ternyata Ulfa yang datang."Mas, aku minta maaf dan setelah kupikir-pikir aku mau menerima Anisa sebagai madu karena sadar aku tidak akan bisa punya anak." Ulfa menghambur ke pelukanku."Syukurlah kalau kamu menyadarinya. Terima kasih, ya, Sayang." Aku membelai rambutnya yang wangi."Kalau begitu sekarang kita pulang ke rumah. Ajak Anisa dan kita akan tinggal bertiga dalam satu atap menjadi keluarga yang damai dan ba
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 14"Iya, Mbak. Aku juga ingin pintar memasak agar disayang oleh Mas Reyhan." Anisa menunduk."Kamu nggak pinter masak sudah disayang suami karena bisa hamil dan sebentar lagi punya anak, sedangkan aku ...." Ulfa tidak melanjutkan kata-katanya, ia menunduk dan matanya berkaca-kaca."Kamu ini bicara apa, Sayang? Aku tetap sayang dan cinta kamu selamanya meskipun tidak bisa hamil dan punya anak. Cintaku padamu tidak pernah berubah dan pudar ditelan waktu. Apapun yang terjadi aku akan tetap mencintaimu." Aku mengusap pundak istri pertamaku itu dengan lembut."Aku wanita cacat, Mas. Aku tidak sempurna." Bulir bening itu meluncur bebas dari sudut mata Ulfa. Ia terisak."Ssttt." Aku menempelkan telunjuk di bibirnya yang bergetar, kemudian beralih mengusap pipinya yang sudah basah oleh air mata."Kamu tidak boleh ngomong kaya gitu. Bagiku, kamu adalah wanita sempurna." Aku tersenyum. Mata kami beradu, aku lega