Bola mata Luna membola sempurna bahkan hampir lepas dari kelopaknya.Itu hanya dompet kecil dan harganya dua puluh lima juta? Luna hampir pingsan hanya dengan mendengarnya.“Apa kalian mencoba memerasku? Ini hanya dompet kecil.” Kekeh Luna.“Tapi harganya memang segitu, Nona. Lihatlah! Aku tidak mengada-ada.” Petugas kasir itu mencoba membela diri dan menunjukkan label merk beserta harga yang masih menempel di sana.Dan Luna terhuyung ke belakang saat melihatnya sendiri karena itu benar-benar dua puluh lima juta.“Bagaimana Nona, apakah anda sanggup membayarnya?” tanya salah satu petugas keamanan itu dengan tatapan menghina.Luna mendesis geram dan dia tidak sengaja menatap Rebecca dan Misella di sudut lain yang sedang menertawakannya, dia kemudian segera mengerti.“Brengsek!” umpat Luna pelan.“Nona, jangan menunda-nunda! Kalau memang anda tidak memiliki uang, lebih baik selesaikan ini di kantor manajemen kami, ayo!”Luna menghela nafas dan dia hanya bisa berdoa dalam hati agar bisa
Jeremy tidak mengatakan apapun sampai pintu lift terbuka dan mereka tiba di Victoria Apartemen.Luna tercengang karena dia tidak menyangka kalau Supermall tersebut akan terhubung dengan Victoria Apartemen. Setelahnya, mereka berdua masuk ke sebuah lift pribadi yang kemudian membawanya ke unit apartemen Luna.Selesai memindai sidik jari, Jeremy dengan marah menarik Luna masuk ke dalam dan menjepit tubuhnya ke dinding.“Luna dengar! Kamu belum sepenuhnya bebas dariku, jadi jangan pergi semaumu sendiri lain kali.”Kalau biasanya Luna akan takut, kali ini dia menatap Jeremy seolah dia menantangnya.“Kenapa harus begitu? Aku tidak terlibat apapun denganmu!”Jeremy menyeringai saat dia mencondongkan wajahnya semakin dekat dengan wajah Luna.“Baiklah, kecuali kau tidak ingin bertemu Xander lagi.”“Brengsek! Jeremy memang licik.” Maki Luna dalam hati.Tentu saja dia tidak berani memaki Jeremy secara langsung karena bagaimanapun Jeremy baru saja menyelamatkannya dan menangguhkan uang dua puluh
“Apa kamu tidak ingin menyelesaikannya untukmu sendiri? Aku bisa membantu.” Tawar Jeremy.Padahal dia sendiri yang masih menginginkan bermain-main di tubuh Luna meski tidak harus menyatukannya.Luna menggeleng, entah kenapa tiba-tiba kepalanya sangat sakit dan dia ingin tidur.“Kepalaku sakit Jer.”“Biar aku pijat setelah aku membersihkan diri.”Luna mengangguk karena memang kepalanya sedang benar-benar sakit, bahkan dia sampai mendesis kesakitan sambil menelungkupkan tubuhnya dengan tangan memegangi kepalanya.Jeremy buru-buru turun dari ranjang, melilitkan handuk di pinggangnya dan membuang tisu yang berantakan ke tempat sampah. Barulah setelah itu dia membersihkan dirinya di kamar mandi dengan cepat.Dia kembali lagi ke ranjang dengan handuk yang masih melilit rendah di pinggangnya dan segera mengulurkan tangannya untuk memijat kepala Luna dengan pelan-pelan.Luna dulu sering mengalami sakit kepala seperti itu dan Jeremy selalu memijatnya.“Apa sangat sakit? Aku bisa membawamu ke r
Satu minggu berlalu begitu cepat, Luna bergegas pergi ke bandara bersama Zacky untuk menjemput Sean.Meski beberapa minggu terakhir dia sangat sibuk bersama Jeremy seperti pasangan baru, tapi hari ini Sean datang, bagaimanapun dia harus tetap menjemputnya meski Jeremy sebenarnya tidak mengijinkannya.Jujur Luna lelah menuruti Jeremy, tapi dia masih belum siap jika Jeremy benar-benar membawa pergi jauh Xander bersamanya dan melarangnya bertemu untuk selamanya.“Sean!”Luna melesat bagai anak panah ke dalam pelukan Sean saat melihat Sean sudah menunggunya.Tidak peduli itu di bandara yang sedang ramai, Luna sangat merindukan Sean seolah mereka tidak pernah bertemu dalam satu abad.Sean balas memeluk Luna dengan erat sambil menciumi puncak kepala kekasihnya itu.“Kamu bisa melampiaskannya nanti, ayo pergi!” bisik Sean pada Luna.Justru Sean yang takut ketahuan paparazi, mengingat dia masih status tunangan Aura di mata publik.Luna mengangguk, lagipula Luna juga tidak bodoh, dia memakai t
“Kamu ingin aku memakainya?” tanya Luna dengan ekspresi agak ngeri.Pasalnya, bikini merah itu justru mengingatkannya pada Jeremy dan dosa-dosanya di masa lalu.“Kamu keberatan?”Luna mendesah sebelum berkata, “Hmm, apa tidak ada baju renang yang lebih sopan?”Sean terkekeh.“Kenapa harus terlihat sopan di depanku?”Luna tidak tahu harus berkata apa lagi pada Sean, dia hanya kembali menatap bikini merah itu.“Hmm baiklah, tapi apa tidak ada warna lain?”“Ada, kebetulan aku membeli beberapa untukmu.”“Beberapa?” Luna tidak habis pikir.Sejak kapan Sean menjadi sangat suka melihatnya memakai bikini?“Ya, ini! mungkin ada sekitar sepuluh.”Luna membeliak.“Sepuluh bikini? Apa tidak berlebihan?” batin Luna.“Kita akan segera menikah dan saat itu juga kita butuh honeymoon, entah kenapa aku juga ingin mencoba melakukannya di kolam renang. Bagaimana menurutmu?” sean berkedip nakal.Luna hanya mendesah tanpa daya dan mengambil salah satu dari kesepuluh bikini itu.“Aku akan segera kembali.”L
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa