Thanks a lot to my inner power yang telah menyampaikanku di flat Shopia tepat pada waktunya. Menurut perhitunganku sih, terlambat dua setengah menit. Tapi nggak menurut Shopia. Oooh, my goodness! Dia tersenyum ramah sekali saat menyambut kedatanganku.
Let's Talk One Each Other'One, two, three!' aku menghitung di dalam hati yang sebenarnya nggak bisa dikatakan baik-baik saja tapi juga nggak terlalu buruk, 'Came on Anya, say hi to your best friend, please?'Bayangkan!Elize ada di samping meja kasir, sedang memasukkan uang koin ke dalam kantong khusus sambil terus menatap ke arahku, penuh dengan tanda tanya. Tak setipis kulit ari pun ia mengulas senyuman untukku, berbeda dengan ketika bertemu di jalan tadi. Sekarang, dengan wajah yang keruh, dia berjalan ke meja nomor empat. Selang satu meja dari mejaku.
Kejutan Yang HakikiLega. Lega. Lega.Plong!Akhirnya, selesai sudah aku membuang semua sampah di rumah ke tempat pembuangan sampah umum, di dekat kopermolen. Meskipun harus berlari-lari untuk itu tapi rasanya benar-benar lega. Nggak, aku nggak mau Kenzy mengatakan aku stupid, pikun atau dengan bad word yang lainnya hanya gara-gara lupa membuang sampah. Pernah, itu pernah terjadi. Sekali, ketika aku dalam penderitaan PMS yang selama ini belum pernah berdamai denganku. Kenzy, mana mau tahu soal itu? Namanya juga batu karang!Aku kalau sudah PMS jangankan membu
Sudah. Aku sudah menghapus kontak Elize dari Rose. Untuk apa menyimpannya lagi? Dia sudah nggak pantas untuk berada dalam kisah hidupku lagi. Nggak. Bahkan ketika dia memakai topeng Puteri Salju pun aku nggak akan menerimanya lagi. Cukup sudah cerita persahabatan kami hanya sampai di sini. Ibarat sekeping puzzle, dia nggak bisa terangkai lagi dengan kepingan puzzle yang lain. Bukan hanya gambarnya saja yang sudah mengelupas dan hilang entah kemana tapi juga sudah penyok dan robek-robek di sana-sini. Halooo, hanya ada dua keping puzzle, lho. Aku dan dia.Big no!Kalau dia nggak berkhianat, aku masih bisa memaafkan dan menerimanya kembali. Kekurangan diri bisa diminimalkan. Kelemahan bisa dikuatkan. Kekhilafan lumrah terjadi pada setiap manusia tapi ini, berani-beraninya dia bermesraan dengan Kenzy? Sedangkan dia tahu Kenzy
Cling, cling, cling!Akhirnya, sisa hari itu kuhabiskan dengan membersihkan kamar, seluruhnya. Menyedot debu, mengepel lantai dan membersihkan kaca jendela. Kaca lemari, kaca cermin dan bingkai foto, semuanya hingga tak ada sebutir debu pun menempel di kamar.Aku juga mengganti sprei dan bed cover---padahal baru kuganti kemarin pagi---demi mendapatkan nuansa hidup yang baru. Bukan hanya itu, sebelum mengganti dengan sprei dan bed cover yang baru, aku juga menurunkan mattras dan membersihkan bed yang nggak terlihat kotor.Puas dan lega sekali rasanya, melihat kamar yang jauh lebih bersih dan rapi. Seperti baru saja membuka lembaran hidup yang baru. Ah, andai sesederhana itu. Mungkin, aku nggak akan semerana ini sekarang. Nggak akan merasa rapuh dan nggak berguna sama sekali. Jujur, selain dua perasaan itu, aku juga kesepian. Biasanya, Elize selalu di sini, menemaniku.Apa, apa aku baru saja me
Klik, klik, klik!Seperti biasa, aku mengunci pintu kamar sampai pol, meskipun tahu kalau Kenzy sedang nggak ada di rumah. Nggak, aku nggak mau kecolongan lagi, dalam bentuk apapun. Cukup yang sekali itu, waktu demam. Titik. By the way, mengapa hari itu Kenzy bersikap sangat baik terhadapku, ya? Padahal kan, ada Marcella? Haha. Haha. Sekarang semakin sadar kalau diri ini masih terlalu polos, lucu dan unyu-unyu untuk hidup bersama Kenzy. Tentu saja dia bersikap sebaik itu, Anyelir Nuansa Asmara. Karena dia perlu kain yang tebal, panjang dan lebar untuk menyembunyikan hubungannya dengan Marcella. Haha. Haha. Siapa sangka kalau ternyata dengan EVH juga? Elize Van Harry.Oooh, my God!
'It is wonderful,' batinku, setelah selesai menata ulang bingkai-bingkai foto, rak buku dan juga meja belajar, 'Anyelir's Palace!'Foto Mama, Papa dan aku waktu bayi, tetap kugantung di atas meja belajar. Bagiku, itu foto kami yang paling romantis. Mama dan Papa sama-sama sedang mencium sayang pipiku. Kata Papa, aku baru berumur tiga bulan, waktu itu. Tapi sungguh, aku terlihat mirip Mama, lho.Ya, yaaahhh, kata orang-orang sih, sampai sekarang juga mirip Mama. Hihi. Beruntungnya diriku, bisa mewarisi kecantikan Mama. Eh, tapi pada dasarnya aku memang anak Mama dan Papa. Hehe. Wajah, kulit dan jenis rambut, mirip Mama. Nah, perawakan mirip Papa. Adil, kan?
Betapa makan malam yang sempurna. Luar biasa.Sudah jam delapan malam tepat namun Kenzy belum juga pulang. Padahal, aku sudah menyiapkan pecel plus ayam bacem kesukaannya. Lengkap dengan tahu, tempe dan rempeyek kacang, sesuai dengan request yang tertempel di pintu lemari pendingin. Biasanya sih, Kenzy selalu on time, kalau sudah request. Nggak pernah absen sekali pun. Paling nggak, memberi kabar lah, kalau mau absen karena ada acara mendadak.By the way, apakah aku benar-benar memasak semua request Kenzy itu sendiri? Jawabannya, nggak. Bumbu pecelnya, aku beli di toko Indonesia pekan lalu. Jadi, tadi tinggal menyeduh dengan air panas, deh. Sesuai dengan petunjuk penyajian. Hehe. Nah, kalau ayam, tempe plus tahunya, asli aku m
Are you sleeping?Are you sleeping?Brother JhonBrother JhonMorning bell are ringingMorning bell are ringingDing dong ding!Ding dong ding!Meskipun terasa sakit di sekujur tubuh, aku tetap berusaha untuk membuka mata. Menggeli