Kemudian Audrey pun ikut meninggalkan ruangan itu. Perlahan Audrey meninggalkan ruang keluarga dan bergegas menuju kamarnya seperti yang dilakukan Naratama, Papanya.
Kini di ruangan keluarga itu, hanya menyisakan Danu, Natalie, dan Radisha. Lalu Danu berusaha menghibur Radisha yang dilema saat ini."Kamu jangan berpikir jika semua masalah dalam Keluargaku ini disebabkan olehmu Radisha!"Radisha menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan kesedihan itu dari pria yang amat mencintainya. Namun, Danu meraih dagu Radisha sehingga membuat wajah Radisha terdongak menatap wajahnya.Danu menelan salivanya ketika menyaksikan kecantikan Radisha dari jarak hanya beberapa centi saja dari wajahnya."Tutuan ... tolong jangan seperti ini!" gugup Radisha ketika jemari tangan Danu menyentuh dagunya. Dengan segera Danu mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu."Maafkankan aku, aku tidak bermaksud kurang ajar padamu!" ucap Danu gugup.'Apa!' Tifany benar-benar tidak menyangka sepak terjang asistennya itu akan sejauh ini. Seketika Tifany terdiam, dan langsung memutuskan sambungan.Stevani dan Alexandre menatap pada putrinya yang terlihat sedih dengan sekejap, mereka berdua sangat heran pada sikap Tifany yang tiba-tiba berubah murung."Nak ... kamu kenapa?" tanya Stevani memastikan, kalau putrinya itu baik-baik saja. Namun, Tifany hanya menangis di hadapan kedua orang tuanya itu."Apa yang terjadi Tifany, katakan pada papa?" tuan Candler pun ikut bertanya lantaran heran dengan sikap putrinya.Tanpa menjawab sepatah katapun Tifany langsung bangkit dan berlari menuju kamarnya. Sehingga membuat Stevani merasa khawatir dengan kondisi putrinya itu.Stevani dan tuan Candler saling bertatapan mereka berdua terheran-heran. "Kenapa dengan Putri kita Suamiku?" "Entahlah ... sepertinya kita harus memastikannya!" tuan Candler bangkit, dan segera menemui putrinya.
Pada saat Natalie dengan Danu berjalan menuju ruang keluarga, mereka sangat terkejut melihat kedatangan tuan Candler, dan istrinya telah berada di ruangan keluarga mengobrol dengan tuan Naratama."Wah, rupanya ada tamu terhormat malam ini?" sapa Natalie tersenyum sinis menatap pada mereka berdua."Ada apa nih kalian semalam ini bertamu ke Rumah kami?" lanjutnya bertanya dengan tatapan penuh kekecewaan terhadap mereka.Stevani dengan tuan Candler berusaha menahan emosinya, mereka berdua berusaha memaksa bibirnya untuk tersenyum membalas sapaan Natalie."Malam Nyonya Natalie, sepertinya Anda terlihat begitu bahagia malam ini, begitu juga kamu Calon Mantu!" ujar Stevani dengan suara sedikit meninggi.Natalie pun menimpali Stevani dengan ucapan yang sama sekali tidak terduga. "Hah! Kata siapa saya bahagia hanya malam ini, sepertinya Anda salah Nyonya! Saya ini selalu bahagia setiap hari, ya memang harus saya akui malam ini sangat membahagiaka
Gerutuan dan rasa kesal terus bergelayut di dasar hati Tuan Candler dengan istrinya. Betapa tidak kesalnya mereka. Danu yang begitu mereka harapkan untuk jadi menantunya telah menolak mentah-mentah putrinya yang memiliki kualitas prima dari perempuan lainnya di kota ini."Saya benar-benar tidak terima dengan semua ini Suamiku. Rasanya saya ingin mencabik-cabik Putra dari keluarga Nara itu, dia sangat kurang ajar!" tukas Stevani setelah berada di dalam mobilnya, duduk sejajar dengan suaminya di baris depan dalam mobil itu.Alexandre Candler yang sedang mengemudikan mobilnya pun ikut menimpali istrinya. "Bukan kamu saja yang tidak terima dengan perlakuan Danu, Istriku. Sama saya juga kesal pada Pria searogan Danu!" timpalnya dengan tangan yang terus mengendalikan kemudi.Stevani memijat kepalanya yang mulai terasa pusing, lantaran memikirkan bagaimana caranya menyampaikan pada putrinya tentang penolakan ini.Tuan Candler menatap kasihan pada is
"Sudah cukup Pa! Jangan diteruskan lagi!" Danu segera meninggalkan rumahnya, dengan tangan mengepal dan langkahnya yang tegas. Sama sekali tidak menanggapi papanya, yang ada hanya mengabaikan pria yang tidak lagi muda itu."Ingat Danu kamu akan menyesal karena telah membangkang sama Papa!" teriak Nara menatap pada langkah putranya kian menenggelamkan dirinya ke dalam mobil.Pada saat Tuan Nara memarahi Danu, tiba-tiba saja Audrey berjalan mendekati sang papa."Papa kenapa?" tanyanya penasaran.Tuan Nara pun menoleh pada sumber suara itu. "Papa tidak kenapa-kenapa Drey ... hanya saja pikiran Papa sedang kacau!" ujar tuan Nara menyampaikan.Audrey merasa kasihan pada papanya, lantaran wajah sang papa terlihat seperti tertekan. Namun, Audrey tidak mau bertanya lebih lanjut."Kalau begitu Audrey berangkat ya Pah, masih banyak pekerjaan di kantor, dan saat ini juga Audrey harus menyelesaikan semua pekerjaan!" ijin Audrey segera bergeg
Hati Radisha berdesir perasaannya mulai terombang-ambing. Ketakutan mulai menghiasi kembali hatinya. Namun, Radisha tidak bisa menghindari kenyataan ini ia harus menghadapinya."Senang sekali saya bisa melihat Nona kembali!" ucap Radisha berusaha tersenyum, dan bersikap biasa-biasa saja saat bertemu kembali dengan mantan bosnya.Tifany menatap sinis pada Radisha, lantaran mantan asistennya itu sama sekali tidak bereaksi kaget seperti yang di inginkannya.'Sial! Kenapa dia bersikap tenang seperti ini. Seolah-olah tidak terjadi apapun dengan kami!' kesal Tifany membatin, dan menatap sinis pada Radisha."Kamar aku nantinya di mana Drey?" Tifany sengaja bertanya soal letak kamarnya, lantaran ingin membuat Radisha merasa terancam dengan keberadaannya."Oh-iya sampai lupa mau mengajakmu melihat kamar!" ajak Audrey meraih tangan Tifany, perlahan Audrey melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang akan Tifany tinggali.Tifany tersen
Audrey dengan Tifany menatap kesal pada Radisha lantaran bertanya soal kamar yang akan dirapikannya. Sudah jelas di sana ada Danu terlihat sedang memarahi mereka.'Sial! Dasar so polos, saya tahu dia pasti sengaja agar kami di marahi Danu!' batinnya bergumam.Tidak mau kena marah oleh kakaknya, Audrey bersikap sopan pada Radisha dan berusaha bersikap sebaik mungkin padanya."Em ... tidak usah Radisha, saya bisa membereskannya sendiri kok. Kamu tidak usah repot-repot!" ucap Audrey sedikit mengeratkan rahangnya, dan menatap pada Tifany lalu meminta tanggapan darinya."Iya kan Tifany ... kau bisa membersihkan kamar kamu sendiri kan?" Audrey mengedipkan matanya berusaha mengaba-aba agar Tifany mengikuti sarannya agar tidak kena marah Danu."Iya saya bisa ...,""Apa katamu Audrey? Kamar Tifany?" Danu menatap marah pada adiknya.Audrey menelan salivanya dia teramat sangat takut pada kakaknya itu, karena belum berkompromi soal Tifany yang akan tinggal di Ru
"Sebenarnya bukan tidak suka, hanya saja tidak pantas saja di dengar. Masa Calon Istri memanggil Calon Suami dengan sebutan Tuan!" protes Danu terhadap Radisha."Hem," Radisha menggeleng kepalanya. "Baiklah, Tuan pemaksa!" lanjutnya lagi.Perlahan Radisha kembali melangkahkan kakinya, dia menuruti permintaan Danu yang akan membawanya ke salon."Ayo masuk!" ajak Danu setelah sampai di depan salon kecantikan.Radisha menelan ludahnya, saat dia menatap pada salon kecantikan yang terlihat begitu megah itu. Seumur-umur baru kali ini Radisha di ajak ke salon, untuk mempercantik dirinya.Pada saat mereka berdua berdiri di ambang pintu salon tersebut. Salah seorang pekerja salon kecantikan itu datang untuk menyambut kedatangan mereka."Silakan masuk Tuan, Nona!" sapa salah satu karyawan kecantikan itu. Dengan segera Danu mengajak Radisha masuk ke dalam salon itu. "Ayo sayang!" ucap Danu mengajak Radisha dengan mesra.S
"Pembantu selamanya akan menjadi Pembantu, tidak akan pernah berubah menjadi Nyonya besar!" hina tuan Naratama terhadap Radisha.Pernyataan tuan Naratama begitu menyakiti hati Radisha, padahal selama ini juga Radisha tidak pernah berharap jika dirinya akan menjadi Nyonya besar terlebih lagi jadi bagian dari keluarga Nara, siapa dirinya bagi Radisha ia dengan Danu bisa di ibaratkan bumi dan langit yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa bersama meski sekuat apapun mereka melawan takdir.Wajah Radisha memerah merasa malu sekaligus marah pada tuan Naratama atas penghinaan yang di terimanya.Namun, Danu berusaha menguatkan hati kekasihnya itu. "Kau jangan ambil hati ucapan Papa, percayalah suatu saat hubungan kita akan di restuinya. Kamu percayakan sama aku?" ucap Danu pelan, dan menggenggam tangan Radisha."Tidak Danu, benar yang di katakan Papamu Seorang Pembantu sepertiku tidak akan pernah berubah jadi Seorang Nyonya, terlebih lagi untuk jadi I