Radisha tersentak dari lamunannya ketika Danu bertanya padanya. "Aku tidak melamun," ucapnya menengadahkan kepalanya menatap pada Danu.
"Kalau kau tidak melamun tentu saja kau sudah menjawabku," Danu berharap Radisha mengabulkan permintaannya. Dengan tatapan memelas Danu terus melancarkan bujukannya."Memangnya kau bertanya apa padaku?" Radisha menarik nafasnya perlahan mulai serius menanggapi Danu, "Katakan apa memangnya?" ulang Radisha."Aku mau kita melakukan hubungan layaknya Suami-Istri pada umumnya, apa kau bersedia,""Jangan akui aku Istrimu, kalau aku menolak segala kebutuhanmu. Kau mau menyalurkan kebutuhan biologismu kan?" Radisha mendesak Danu agar secepatnya menyalurkan hasratnya itu."Apa kau bersedia milikmu bersatu dengan milikku?" Danu ragu untuk memulai, lantaran ia takut kalau Radisha masih marah padanya."Kapan aku menolakmu? Tunaikanlah sekarang, aku tidak akan menolaknya," Radisha segera merangkak naik ke ata"Jangan marah Drey, aku hanya bercanda," Radisha bergegas menuju dapur untuk membuat makanan. Ia sangat puas melihat wajah kesal adik ipar yang selalu saja memandangnya sebelah mata.Dengan senang hati ia melakukan pekerjaannya itu setiap hari, demi cintanya pada Danu Radisha rela melakukan apapun untuknya. Terlebih lagi sekarang dia mulai mengumpulkan kembali kepercayaannya yang sempat hilang karena pengaruh Tifany."Aku bingung harus membuat apa untuk Suamiku? Sepertinya dia akan suka jika aku membuat roti bakar untuknya," ucap Radisha pada dirinya sendiri, sambil membolak-balikkan roti di atas teplon itu.Tidak berselang lama Radisha pun kembali ke meja makan, tapi sepertinya Danu belum juga turun dari kamarnya.Aroma nikmat tercium oleh Natalie, ia memuji menantunya. "Wangi apaan nih? Sepertinya nikmat sekali," puji Natalie melirik arah Radisha, "Apa Mama boleh mencobanya?" Natali, lantas meminta makanan bikinan Radisha."Ini khusus d
Radisha berusaha melerai selisih paham di antara ibu mertua, dan ibunya ia berpikir keras mencari solusi agar salah satu dari mereka tidak ada yang merasa di sebelah pihakkan olehnya saat berusaha menguraikan permasalahan mereka.Sebelum mendamaikan kedua orang tuanya, sejenak Radisha menarik nafasnya dalam-dalam, "Ma, mungkin maksud Ibu dia khawatir sama Radisha karena kan Mama tahu Radisha ini dari kampung, bukan maksud Ibu untuk melarang Radisha pergi sama Mama," ucap Radisha berusaha menengahi keduanya.Kemudian, Radisha beralih pada ibunya. "Ibu juga tidak usah mengkhawatirkan Radisha, lagi pula Radisha perginya kan sama Mama Natalie, jadi sebisa mungkin Mama Natalie akan mengajari Radisha bagaimana cara bersikap layaknya Perempuan kota," dengan sangat hati-hati Radisha berusaha memberi masukan pada ibunya, lalu Radisha balik menatap pada Mamanya, "Mama akan mengajari Radisha kan, mana mungkin Mama juga melepas Radisha begitu saja, iyakan Ma?""Yang k
"Aku hanya ingin memberitahu kamu kalau dalam lima menit kita ada meeting penting, kali ini aku harap kamu bisa hadir kak," Audrey berdiri di ambang pintu memberitahu Danu kalau sebentar lagi akan ada meeting yang harus di realisasikan."Baiklah kau pergi duluan," Danu mengibaskan jemari tangannya mengaba-aba pada adiknya agar pergi dari ruangannya."Oke aku pergi!" sinis Audrey.Danu hanya menggeleng kepalanya dia semakin dibuat heran dengan tingkah adiknya semakin hari semakin buruk sikapnya.'Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini Audrey? Padahal dahulu kau Perempuan lemah lembut, tidak pernah sedikitpun bersikap sini sama kakakmu ini,' Danu membatin dia sedih dengan perubahan sikap adiknya itu.Danu menghela nafasnya sebelum ia bangkit dari tempat duduknya. Setelah berdiri Danu melihat arloji di tangannya, waktu terus berjalan seiring dengan waktu meeting yang sebentar lagi akan di laksanakan.Danu telah sampai di ruangan
"Apa ada yang salah dengan pikiranmu? Lihatlah itu musuhmu yang datang, ada apa dengan Anak Mama ini, kau masih mau membalaskan dendammu padanya kan?" Stevani terheran-heran pada Tifany yang bersikap biasa melihat kedatangan Radisha ke pesta ini."Oh astaga Ohhhhhh Mama mulai gerah, rasanya ingin sekali Mama mencekik Perempuan tidak tahu malu itu," Stevani heboh sendiri ketika melihat kedatangan Radisha ke acara arisan itu.Seketika Stevani terdiam kala Tifany memintanya. "Tunggu aba-aba dariku Ma, aku sedang menjadi Sahabatnya jadi tidak mungkin aku mempermalukannya secara terang-terangan di sini," Tifany tersenyum memiliki maksud terselubung pada Radisha.Ketika Tifany akan menghampiri Radisha, Stevani malah menahannya. "Kau mau menyapanya? Jangan gila Tifany turun derajat kita sebagai Perempuan dari kalangan atas," hadang Stevani memegangi tangan putrinya."Lepaskan tanganku Ma, aku minta Mama hanya diam dan ikuti saja permainanku," ujarnya mul
"Gadis kurang ajar, kau seperti kacang lupa kulitnya dasar tidak tahu malu!" umpat Stevani dengan tangan melayang akan menampar Radisha."Berhentilah Stevani, sudah cukup permainanmu," Bersyukur Natalie berhasil meraih tangan Stevani yang sudah mengudara hampir mendarat di pipi Radisha, "Meminta maaflah pada menantuku," perintahnya kemudian."Lepaskan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meminta maaf sama Radisha. Lepaskan Natalie," Stevani mengerang kesakitan saat Natalie memelintir tangannya."ARGHHH!" Stevani memekik kesakitan, "Lepaskan aku Natalie," pintanya lagi, kali ini dengan nada memohon."Minta maaf dulu pada menantuku, baru aku akan melepaskanmu," Natalie bersikukuh memerintah Stevani untuk meminta maaf pada menantunya.Ibu-ibu sosialita itu pun satu persatu bangkit dari tempat duduknya, berusaha melerai pertengkaran antara Natalie yang membela menantunya, dengan Stevani yang berusaha mempermalukannya.
"Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa menyebut nama Papa?" Tuan Alexandre Candler baru saja sampai rumahnya, perlahan ia menghampiri istri dan juga anaknya yang terlibat interaksi di ruang tamu."Ayo katakan, apa yang kalian bicarakan?" ucang tuan Alexandre setelah duduk di samping mereka berdua.Tifany tampak ragu saat ingin mengatakan kalau dia membutuhkan bantuan papanya, demi membalas atas perbuatan Natalie padanya.Alexandre mengalihkan tatapannya pada sang istri, dan mulai bertanya lagi. " Sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan?"Stevani menelan salivanya ia ragu untuk meminta bantuan pada suaminya. "Baiklah, kalau di antara kalian tidak ingin memberitahu Papa. Kalau begitu Papa mau ke kamar," Alexandre bangkit, dan pamit pada mereka berdua."Tunggu Pah ... kami ingin kau membantu kami," Stevani menahan lengan suaminya.Alexandre pun kembali menatap pada Stevani. "Masalah apa yang sedang membelit kalian?" tegas Alexandre menatap t
Sementara di sebuah restoran, Radisha bersama ibu mertuanya masih terlihat duduk santai menghadiri acara arisan yang masih belum juga selesai. Sedangkan, para ibu-ibu sosialita masih terus berdatangan ke acara arisan itu."Apa Mama sudah ingin pulang Ma?" Radisha bertanya pada ibu mertuanya, lantaran ia sudah ingin meninggalkan tempat ini, baginya berlama-lama di sebuah acara seramai ini bukanlah kebiasaannya.Natalie menatap pada Radisha, ia terlihat mengerutkan keningnya. "Apa kau sudah ingin pulang?" tanyanya menatap pada sang menantu.Radisha menganggukkan kepalanya, "Iya Ma ... Radisha ingin pulang," ucapnya menanggapi pertanyaan ibu mertuanya."Ya sudah ayo," Natalie bangkit dari tempat duduknya, mengabulkan keinginan menantunya itu.Radisha pun mengulas senyuman ia senang ibu mertuanya mau mengabulkan permintaannya untuk segera undur dari acara arisan itu."Jeng kami pulang duluan ya ... semoga di lain kesempatan kami bisa
"Ibu tidak boleh pergi ke manapun, jika Ibu berniat untuk pulang kampung Radisha juga akan ikut bersama Ibu," larang Radisha.Padahal ini baru rencana Prasasti, ia ingin mengetahui tanggapan putrinya jika ia ingin kembali ke kampung apa yang akan terjadi dengan putrinya.Reaksi Radisha sungguh di luar dugaan, Prasasti pikir dengan kembalinya dia ke kampung halaman akan membuat hubungannya dengan Natalie membaik, tapi malah semakin membuat runyam hubungan mereka."Kalau kau ingin keluar dari Rumah ini haruskah kau kembali ke Kampungmu Prasasti, oh aku tahu kau ini ingin membuat hubungan Radisha dengan Danu berantakan iya?!" tebak Natalie sungguh di luar dugaan."Kamu jangan asal ngomong Nat, siapa yang mau Rumah tangga Putrinya sendiri berantakan, tidak ada aku kepikiran ke sana," Prasasti segera meluruskan praduga yang salah dari besannya itu."Lantas, kenapa kau memutuskan untuk kembali ke Kampung?" Natalie berusaha memojokkan Prasasti.