Kepala Desa Ferro sendiri yang mengantarkan Brockley menuju dermaga karena dia khawatir nantinya Brockley salah naik perahu. Dia berkata kepada anak buahnya di sana. “Antar tamuku bernama Fric dan kekasihnya ini. Mereka mau singgah terlebih dahulu di Goa Glor. Pastikan mereka menikmati perjalanan mereka.”
Dua orang itu pun sigap menyiapkan perahunya.Kemudian Kepala Desa menghadap ke Brockley dan berkata dengan wajah riang. “Kau adalah orang yang ke empat puluh lima menjadi tamuku. Tidak ada yang tidak berhasil kalau mereka mau meminta tolong kepadaku. Aku pastikan kau akan menjadi Komandan pasukan sesegera mungkin.”Brockley mengangguk paham. “Tuan Kepala Desa memang orang yang luar biasa. Aku harap kita akan berjumpa lagi di lain waktu dan kesempatan.”“Tentu, Anak muda. Sampaikan salamku kepada Tuan Mundric dan Jenderal Muda Hopkin,” pungkas Kepala Desa tanpa sedikit pun membicarakan Raja. “Oh iya, kasihlah anak buahku sedikit makanan, Fric. KaBrockley kembali mengatur napasnya beberapa saat, baru kemudian memeluk Riley dari belakang. Kulit mereka hanya terhalang oleh sehelai kain tebal. Tapi, karena tubuh dan pakaian Brockley masih basah, lantas dia pun segera memundurkan tubuhnya.“Kau bisa tambah kedinginan, Riley.”Namun, Riley masih bergetar sekujur tubuhnya. Bibirnya pucat dan matanya sayu. Dia tetap cantik meski tampak layu. Dia meniup-niup telapak tangannya sendiri.Brockley melucuti semua pakaiannya hingga bertelanjang bulat, lalu mengeringkannya beberapa saat dengan menggunakan handuk. Setelah kering, barulah dia menempelkan kulit tubuhnya di kulit tubuh Riley, memeluknya dari belakang, memberikan kehangatan.Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Punggung Riley merasakan detak jantung lelaki perkasa itu. Sementara bibir Brockley tepat berada di leher Riley yang lembap. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya tubuh Riley mulai sedikit merasakan hangat.
Brockley 18“Pendapatku diterima oleh kebanyakan petinggi di istana, alasannya karena Grock dinilai masih belum layak memimpin. Namun, beberapa waktu setelah Ratu Megan dinobatkan sebagai pimpinan tertinggi kerajaan, aku difitnah telah berkhianat kepada kerajaan. Kata mereka, aku termasuk ke dalam orang yang merencanakan pembunuhan terhadap Raja.”Brockley menatap mata Hudde cukup lama. Pandangannya menajam dan raut mukanya sangat serius. “Guru, apakah Mundric, mantan Kepala Desa Arbilis yang telah memfitnahmu?”“Siapa lagi kalau bukan orang itu?”Hudde pun menyampaikan bahwa semenjak Avraam diangkat menjadi Raja dua puluh tahun lalu, sejak itulah Mundric punya rencana buruk untuk menggulingkan kekuasaan Avraam. Sejak dulu Mundric tidak sudi posisi pimpinan desa pindah tangan, apalagi sang Raja dulunya merupakan bawahannya.“Mundric selalu tampil baik di hadapan mendiang Raja Avraam dan orang-orang di istana, akan tetapi di bali
Masih ada beberapa pertanyaan yang berhamburan di dalam benak Brockley. Dan pertanyaan itu harus segera terjawab sebelum nantinya dia pulang ke Gloriston. Meskipun sejauh ini dia sudah paham pokok permasalahan dan alur ceritanya, dia masih butuh arahan dan solusi dari sang guru.“Guru Hudde, aku beberapa waktu lalu berkunjung ke Desa Ferro dan bertemu dengan anaknya Mundric. Dia menemui Kepala Desa lalu membeli racun di tabib Saxon. Aku pikir, semua itu erat kaitannya dengan semua cerita yang telah aku dengar, tragedi pembunuhan kedua orang tuaku.”“Brockley, kau masih muda dan sudah bisa berpikir sekritis itu. Siapa orang yang telah mengajarimu?”“Perempuan yang sedang tidur itu, Guru. Dia banyak mengajariku tentang ilmu berpikir yang berasal dari Yunani.”Hudde tersenyum lagi. “Aku tahu bahwa Mundric pintar dalam hal negosiasi. Seluruh Kepala Desa yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Glory, semua dikenalnya, termasuk Kepala Desa Ferro. Aku da
Kekuatan otot akan percuma kalau pikirannya kacau dan jiwanya sakit. Oleh karena itu, di hari pertama, Hudde mengajarkan ilmu spiritual kepada Brockley, supaya nanti mental Brockley akan jauh lebih siap dalam menghadapi tekanan di sekitar istana.“Duduk bersila. Pejamkan mata. Cukup dengarkan suara kicau burung dan gemerisik dedaunan. Kosongkan pikiran dan fokus. Hilangkan semua apa pun yang terbayang di dalam benakmu. Tenangkan hatimu.”Brockley pun melakukan semua apa yang diperintahkan oleh Hudde, meski di awal agak sulit karena dalam beberapa detik saja, ada beberapa hal yang terbayang, dan juga ada suara yang terngiang di telinganya.“Brockley, itu hal yang sangat wajar dan semua orang pasti akan mengalaminya. Tapi, setiap orang mempunyai tingkat stres dan ketenangan yang berbeda. Upayakan selalu tetap tenang dan rileks. Jangan pernah tegang, nanti sarafmu bisa terganggu.”Kemudian Brockley mengatur pernapasannya untuk menenangkan fisik dan j
Jika ingin menjadi seorang panglima perang yang tangguh, maka terlebih dahulu harus paham teori dasarnya. Brockley telah belajar cukup banyak dari Herbet dan juga membaca buku-buku kuno, tapi itu semua tidak cukup. Jadi, di hari kedua ini dia akan banyak belajar tentang cara menjadi seorang panglima perang sejati.“Pada saat perang melawan tentara Kekaisaran Omra, ayahmu mengutamakan taktik dari pada teknik. Sebab, pada saat itu para pasukan tidak punya pengalaman perang dan juga mereka tidak pula diperlengkapi dengan persenjataan yang baik. Strateginya adalah menempatkan para pemanah di dua sisi bukit. Pancingannya adalah infanteri yang berada di dekat danau. Musuh mengira bahwa pasukan dari Desa Arbilis hanya yang berada di dekat danau, padahal ada pasukan pemanah yang berada di balik bukit.”Sebagai salah satu komandan perang waktu itu, Hudde ingat betul seperti apa Avraam memimpin pasukannya. “Aku belum pernah melihat ada seorang lelaki yang begitu gagah dan be
Pagi harinya, Brockley dan Riley melanjutkan perjalanan, dan pada akhirnya mereka pun tiba pas berada di depan gerbang utama benteng Kerajaan Glory di Kota Gloriston pada malam hari.Riley terpana melihat semua perubahan yang ada. “Suasananya sangat berbeda ketika aku meninggalkannya dua puluh tahun lalu.”Mereka berdua dihadang oleh lima orang penjaga keamanan yang bertugas di gerbang. “Siapa kalian, dari mana, dan mau ke mana?” tanya seorang dari mereka yang siap mengambil pedang di balik punggungnya.Brockley maju. “Aku Fric dan dia kekasihku, Rose. Kami berasal dari utara hendak menetap di Gloriston. Aku adalah orang bawaan dari Kepala Desa Ferro, izinkan aku bertemu dengan Jenderal Muda Hopkin.”“Tidak bisa! Hari sudah malam. Jenderal tidak bisa diganggu. Apa keperluanmu?” tanya kepala keamanan yang juga menjabat sebagai prajurit senior, namanya Harlino.“Aku mau mendaftar menjadi Komandan pasukan.”Prajurit senior dan empat
Hopkin masih mengawasi gelang perak yang berkilau ini. “Fricker, kedatanganmu ke mari telah memberikan kejutan besar padaku.” Kemudian dia memandangi wajah Brockley dengan sebuah senyuman getir. “Kalian berdua silakan tidur di kamar tamu yang istimewa. Kalian berdua juga akan dapat hidangan enak malam ini, apa pun yang kalian pinta, akan ada pelayan yang mengantarkannya. Nikmatilah malam bahagia kalian!”Hokpin pergi ke kediaman ayahnya malam ini juga, di sebuah rumah dinas mewah bagi seorang penasehat kerajaan, tidak jauh berbeda dengan rumah dinas mewah miliknya.Brockley dan Riley masuk ke dalam. Karena dua puluh tahun hidup dengan serba keterbatasan, maka mereka sangat takjub saat mendapatkan pelayanan yang sangat memuaskan dari Jenderal Muda. Jika kamar tamu saja sudah mewah luar biasa, bagaimana dengan kamar Jenderal Muda? Jadi, wajar jika banyak orang di dunia yang gila kekuasaan, karena inilah yang mereka kejar, kesenangan, kenikmatan.Tiga pelayan
Sebuah barak berisi satu peleton, atau antara empat puluh sampai lima puluh prajurit. Mereka dipimpin oleh satu prajurit senior. Satu kompi berisi empat sampai sepuluh peleton, mereka dipimpin oleh satu orang Komandan pasukan.Jenderal Muda Hopkin akan menambah satu orang Komandan yang sebelumnya terdapat sembilan belas orang, hingga menjadi genap dua puluh orang. Keputusan tersebut diambil lantaran saat ini jumlah pasukan utama hampir menyentuh angka sepuluh ribu orang.Jenderal Muda Hopkin mengumpulkan semua Komandan pasukan serta perwakilan dari tiga puluh prajurit senior. Hari ini mereka semua akan menjadi penilai dan juga saksi atas pengangkatan sang calon Komandan baru.“Fricker! Majulah ke tengah lapangan itu. Pertama, kau akan adu gulat dengan salah satu prajurit biasa yang sudah terlatih. Jika kau gagal pada tahap pertama, kau tidak akan bisa melanjutkan ujian tahap selanjutnya.”Brockley pun bersiap, meloncat-loncat sambil mengepalkan ti