Terima kasih banyak yang sudah baca, apalagi vote. walau baru 4 orang, bang djiyan haas, bang Zainal Abidin, bang Imron Rosid, dan yang selalu jadi top vote bang Joehandi. Novel ini belum dapat giliran promosi, semoga segera mendapatkan promosi dan semakin ramai. Sedang nabung bab, sementara up 1 bab/hari dulu, kemungkinan February baru bisa crazy up.
Tombak ditangkap oleh Renggo. Bocah itu melayang di udara, dengan luapan energi kegelapan dari tubuhnya, disusul kilatan listrik merah yang membentuk aura naga. Walaupun hanya satu pola, namun tekanan intimidasinya membuat para pemburu tersungkur di tanah. Mereka menyalakan aura ranahnya, ranah Sinom 3 bola energi, bahkan pemimpin pemburu yang berada di ranah Kinanti 4 bola energi sampai merangkak. Hampir semua pemburu berteriak ketakutan, mereka memanggilnya dengan sebutan 'monster'. Renggo menghilang, disusul hancurnya rantai besi yang melilit para binatang sihir. Beberapa saat kemudian teriakan kesakitan terdengar dari mulut para pemburu. Teriakan yang singkat karena mereka langsung terkapar tak bernyawa, hingga akhirnya dentuman terjadi di tempat pemimpin pemburu. Debu mulai tersapu angin, memperlihatkan Renggo yang membungkuk. Ia mencengkram leher belakang pemimpin pemburu dengan cakar naganya. Pemburu menoleh dengan berat, terlihat darah yang mengalir dari bibirnya saat ia ber
Akara yang bertelanjang dada mendekati Jade dan berteriak. "Pak tua, pinjam dulu se… alat tempamu!"Pria bertubuh kekar itu menoleh dengan malas sebelum berkata. "Tuan Regera, tungku pembakaranku sulit dikendalikan, juga palu tempaku terlalu berat untuk badan kurus sepertimu.""Sudahlah pak tua, apa kau merasa minder jika aku lebih lihai saat menempa?" Akara terkekeh melecehkan, membuat Jade panas dan mengibaskan satu tangannya. Seperangkat alat tempa muncul. Berupa alas, palu besar yang bagian tengahnya ada batu giok hijau dengan magma di dalamnya, dan sebuah tungku pembakaran dengan lebar tiga meter. Tungku yang berbentuk seperti telur yang dipeluk oleh sayap naga, sedangkan kepalanya melingkar dari samping, mengarah ke dalam dari mulut tungku. Di dalam tungku masih terlihat nyala merah layaknya kawah magma."Terima kasih pak tua!" Akara berjalan menjauh, seperangkat alat tempa itu ikut melayang dan mengikutinya. Setelah meletakkan seperangkat alat tempa, Akara mengibaskan tangannya
"Kak Vionaa!!" Alice muncul dengan cemberut, lalu ikut rebahan dengan bantalan lengan Akara. Ia lalu mendongakkan kepalanya hingga rambut hitam lembutnya berantakan di wajah cantiknya. "Jangan marah kak, kak Viona kebiasaan bicara setengah-setengah!" ucapnya menenangkan Akara. "Itu anaknya Kaisar Atla, mamanya si Sania. Tenang saja kak, cewek nyebelin itu sudah suka sama kakak dari kecil, sama seperti Alice," lanjutnya membuat Akara segera menoleh ke arah Viona."Maaf,""Kenapa kakak minta maaf? Harusnya kak Viona yang minta maaf!" Alice bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah Viona, dengan tatapan tajam yang lebih terlihat imut. Viona tersenyum melihatnya, lalu menoleh ke bawah dan berkata. "Dengarkan adikmu Akara, harusnya Viona yang minta maaf!" "Tetap saja aku yang terburu-buru menanggapi, aku juga minta maaf untuk sebelumnya,""Masalah yang mirip, tidak perlu minta maaf lagi." Viona mengusap lembut rambut kekasihnya. "Bukan itu, tapi karena tidak ada waktu luang untukmu,""K
"Portal antar dimensi di dunia Magna telah aku ambil, paman Jade juga sedang mengurus kaisar Magna agar mau bergabung dengan kita. Apa ada portal lainnya?" tanya Akara.Serin berjalan dan mengamati pemandangan hutan sebelum berkata. "Oyen telah aku perintahkan bersama pasukan ASU, mereka menemukannya di wilayah milik Violet. Dunia Nekro, dunia malam tanpa cahaya. Mereka beraktivitas biasa tanpa cahaya, jadi dimanfaatkan oleh salah satu klan pembunuh. Kamu tenang saja, biar Oyen dan pasukan ASU yang membereskannya.""Baiklah mama." Akara terdiam beberapa saat. "Regera ingin memicu portal Perburuan lagi," ucapnya seraya memalingkan wajahnya ke arah pemandangan hutan. …Saat para warga kekaisaran Amerta sedang melakukan aktivitas di siang hari, mereka serentak menoleh ke atas. Tidak ada awan sedikitpun, namun suasana menjadi gelap dan mencekam. Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh saat langit mulai retak dan menganga. Itu tidak hanya terjadi di satu tempat, namun setiap kota, b
"Kalian tidak salah dengar! Dewa ini adalah Dewa Penempa Iblis Hijau! Jiwaku jatuh ke dalam dunia bawah ini. Dengan sisa-sisa kekuatanku, terbentuklah ruangan ini yang akan terbuka saat ada keberadaan keturunanku! Kalian memicunya dan akan mendapatkan warisan dariku!" Banyak yang tidak percaya, namun ada beberapa yang ragu dan tolah toleh. "Hamba siap menerima warisan leluhur Dewa!" Salah saorang jatuh bersujud, membuat semua orang terdiam, bahkan yang menyepelekan Jade jadi bimbang sendiri. "Hamba juga siap menerima warisan leluhur Dewa Penempa!" Ada yang mengikuti jejaknya, membuat semua orang semakin bimbang dan akhirnya. Mereka bersujud dan serentak mengucapkan kalimat yang sama. Jgleng!... Sesuatu menghantam gunung emas dan permata, membuatnya berhamburan dan tidak sedikit batu yang menerjang klan Vasto. Tubuh besar mereka terhempas, namun segera bersujud kembali seakan tidak merasakan sakit. "Angkat kepala kalian!" Mereka serentak mengangkat wajahnya, namun malah ada yang i
Kedua pria sebenarnya telah berjalan di sebuah lorong. Hanya tinggal satu sangkar besi yang mengikuti mereka, sangkar berisi para gadis dengan bekas luka. Mereka berhenti di depan penjara besar, dengan pintu besi tebal. "Lihatlah ke dalam!" Ia menyarankan penjaga pemula itu dan segera merapat ke arah pintu, mengintip dari lubang yang ada. Di dalam sana sudah banyak gadis yang terkapar, berselimutkan lendir putih. Ada seorang pemuda bertubuh atletis yang gagah dan sangar, masih penuh energi melakukan tugasnya. "Wohh apa-apa itu? Aku mau jadi seperti dia!""Kau ingin anak-anakmu diperjual belikan?" ucapnya membuat semangat pemula itu luntur seketika. "Dia juga evolusi binatang sihir, pejantan unggul dengan genetik kuat yang diinginkan para pelanggan," lanjutnya, lalu membuka pintu sangkar yang ia bawa. "Longgarkan mereka agar tidak rusak!" ucapnya membuat si pemula berbinar-binar. "Wuhuu mari berpesta!" Ia dengan sembarang menarik pakaiannya dengan satu gerakan, membuat robekan kain
Kipas yang belum hancur juga segera berhenti, alhasil seluruh tornado melebur di udara. Kubah hitam yang acak-acakan segera kembali ke ukurannya semula, bahkan jiwa-jiwa ganas yang berputar jadi kembali menoleh ke arah Segoro dan mengejarnya. "Apa yang kau lakukan?!" "Mereka akan mati jika aku tetap memutarnya!" Eldon sekarang berfokus pada para Draking (evolusi para binatang sihir). Balok-balok tanahnya segera menangkap mereka. "Cepat hentikan dia Segoro! Pergerakan para Draking masih kaku, dia tidak bisa mengendalikan mereka dengan baik!" teriak Eldon, membuat Segoro yang dikejar kerumunan jiwa menghela napas. Namun ia segera melihat formasi yang hampir terbentuk sempurna di bawah sana, bahkan ada cukup banyak Draking yang lolos. Ia lalu berhenti di udara."Asssh sialan!" Segoro dengan nekat melesat lurus ke arah penjaga, menabrak para jiwa yang langsung memasuki tubuhnya. Membuat noda hitam di tubuhnya dan mengacaukan pikirannya. "Aku yakin tubuhmu mengeras saat membentuk forma
Di atas pulau melayang, sudah ada Akara, ditemani oleh Viona dan Serin. Begitu melihat lengan Akara yang bebas, Serin langsung bertanya. "Tumben, di mana adikmu?"Akara sekilas tersenyum tipis dan berkata. "Tidak apa-apa mama Serin. Lebih baik seperti ini, Regera pasti akan bimbang kalau Alice ada di sini." "Kalau begitu kemarilah!" Serin melayang di udara hingga tingginya sejajar dengan Akara. Begitu pemuda itu mendekat, ia menjulurkan satu tangan, menyentuh keningnya. Aliran energi mengalir, masuk ke dalam tubuh Akara dengan waktu yang cukup singkat. Setelah melepaskan tangannya, Serin berkata dengan raut wajah serius. "Ingat, di alam Danirmala hanya ada sedikit tempat yang bisa bebas berteleport. Kamu harus hati-hati, tidak ada yang bisa membantumu selain dirimu sendiri. Jangan terburu-buru dan jangan terlalu memaksakan dirimu!" "Baik mama Serin!" Akara lalu menoleh ke arah kekasihnya dan tersenyum ragu. "Ingat janjimu." Viona mena